Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, dirinya ikut menjadi relawan untuk Vaksin Nusantara yang dimotori mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Siti mengikuti pengambilan sampel darah untuk uji klinik Vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (15/4/2021) lalu. Hal itu, menurut Siti, sebagai bentuk dukungannya kepada Terawan meski Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin uji klinik fase kedua untuk Vaksin Nusantara.
"Saya menghargai pemikiran dia (Terawan). Kalau ilmu pengetahuan tidak hanya logis, tapi juga harus dibuktikan. Saya rela menjadi relawan untuk membuktikan hipotesis dia," ujar Siti saat berbincang bersama jajaran redaksi serta Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network, Domu D Ambarita, dan News Manager Tribun Network, Rachmat Hidayat, Jumat (16/4/2021). Berikut petikan wawancara Tribun Network bersama Siti Fadilah Supari yang diturunkan dalam dua edisi mulai Minggu (18/4/2021):
Bagaimana pandangan Anda soal Vaksin Nusantara, kenapa mau jadi relawan?
Vaksin Nusantara merupakan vaksin dengan metode sel dendritik autolog yang dipaparkan dengan antigen protein S dari Covid-19. Sel dendritik yang sudah dikenali antigen akan diinjeksikan kembali ke dalam tubuh. Di dalam tubuh, sel dendritik itu akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus Corona. Sel dendritik adalah sel imun yang akan mengajarkan sel-sel lain untuk memproduksi antibodi.
Kalau BPOM mempunyai pertimbangan, saya tidak tahu. Saya menghargai pemikiran dia (Terawan). Kalau ilmu pengetahuan tidak hanya logis, tapi juga harus dibuktikan. Saya rela menjadi relawan untuk membuktikan hipotesis dia. Tidak ada perhitungan yang aneh-aneh, tidak ada. Cuma spontan saja, kok Pak Sudi ikut, Pak Ikhsan ikut, ya aku ikut dong. Tidak ada beban. Mudah-mudahan fase II ini tidak dijegal lagi. Akan ketahuan hasilnya.
Kalau hasilnya sesuai hipotesis Alhamdulilah, kalau tidak sesuai pasti ada yang ditemukan sesuatu. Itulah mengapa saya rela mengikuti uji klinik dari proyeknya dokter Terawan. Menurut saya tidak ada ruginya.
Sudah menjalani uji klinik fase II berarti?
Sudah diambil darahnya, 44 CC. Kemudian darah itu diproses, diambil sel-sel darah saya, sel dentitrik saya diambil dari darah saya tersebut, dipisahkan. Setelah terpisah dentitrik saya ini diadu dengan virus Covid-19 yang konon katanya berasal dari Amerika. Tidak apa. Setelah diadu, maka dendritik saya jadi pintar untuk melawan Covid-19. Setelah dia pintar, pada hari ke tujuh dikembalikan lagi ke tubuh saya. Jadi saya tidak dimasukkan apa-apa kan? Jadi dendritik sel saya itu yang disuntikkan ke saya pada hari ke delapan nanti.
Sebelumnya sudah divaksin?
Saya engga pernah. Saya mau menjadi relawan karena saya tertarik. Saya tidak bisa Divaksin dengan vaksin yang ada. Saya mempunyai komorbid. Kalau pakai Sinovac, katanya Sinovac belum pernah dipakai untuk lansia. Kemudian cocoknya sama Astrazenaca atau Pfizer, saya tidak mau. Saya tidak tahu side effect-nya jangka panjang. Maka begitu, ada alternatif vaksin Nusantara, itulah saya tertarik.
Sebetulnya menurut saya bukan vaksin, imunoterapi. Kalau vaksin itu pada prinsipnya memasukkan virus atau bagian dari virus ke dalam tubuh kita. Punya Pak Terawan itu tidak memasukkan virus maupun bagian dari virus ke tubuh kita. Kalau secara terjemahan murni, dia adalah imunoterapi.
BPOM sebut keamanan dan efektivitas Vaksin Nusantara belum meyakinkan?
Satu saya tidak tahu apakah itu diizinkan Badan POM atau tidak. Tapi saya ini peneliti, orang yang membimbing penelitian. Saya juga sering penelitian tapi tidak sampai ke Badan POM juga banyak. Kalau penelitian yang ke Badan POM, itu artinya resmi untuk semua orang di negara ini. BPOM itu adalah lembaga negara. Andai ada orang yang meneliti kadang-kadang kita tidak tahu, tapi tidak mungkin dilarang. Orang meneliti itu ya tidak mungkin dilarang. Penelitian juga belum tentu berhasil.
Keseharian ibu di masa pandemi Covid-19 bagaimana?
Saya pelaku protokol kesehatan yang disiplin. Apakah 3M apakah itu 5M. Pakai masker jaga jarak, cuci tangan teratur dan benar. Di rumah saya itu selalu terbuka. Anginnya langsung masuk, AC tidak saya pakai dan segala macam. Hanya di kamar tidur saja pakainya. AC itu mempermudah virus untuk masuk. Lebih baik kita buka rumah, angin masuk, sinar matahari masuk, lebih sehatkan.
Usia 70 tahun, mantan Menkes dan sebagai dosen. Kiat hidup sehat di masa pandemi terutama untuk para lansia?
Satu, sepengetahuan saya, lakukan protokol kesehatan dengan disiplin pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dengan betul, jangan banyak berkerumun, dan tidak usah pergi ke mana-mana kalau tidak perlu banget. Jangan jalan-jalan ke pasar sendiri dan sebagainya. Setelah itu tidur yang cukup, kira-kira 7 jam per hari, pada malam hari. Kemudian berolahraga ringan, konsumsi makanan yang lembut (teksturnya), banyak makan ayam dan ikan, serta jangan banyak-banyak daging merah. Banyak buah, sayur, kemudian banyak vitamin. Kalau saya sudah makan banyak suplemen.
Walau tidur saya kurang tapi suplemen saya cukup. Ada vitamin E, vitamin D3 2.000 miligram. Ada vitamin C 1.000 miligram. Omega tiga dan kemudian berjemur. Pakemnya jam 10 sampai jam 11 yang paling baik. Berjemur paling benar itu harus banyak-banyak kulit kita terpapar matahari. Dan yang paling penting, lansia tidak boleh stress. Lansia harus happy. Misal anaknya tidak bisa datang, tapi harus bisa telepon, video call dan sebagainya.
Vaksin Nusantara ini sebagian antusias, sebagian meragukan. Menurut Anda seperti apa?
Kalau saya biasa-biasa saja. Ada suatu inovasi yang datang dari seorang periset, kemudian dia membuat suatu hipotesis, dia mempunyai pendapat tertentu yang harus dibuktikan. Tunggu saja, terbukti atau tidak. Kalau memang ada syarat-syarat penelitian harus bagaimana, dia dipaksa harus sesuai dengan kemauan Pemerintah. Tetapi bukan dilarang. Kalau dilarang itu agak aneh, orang mau meneliti kok dilarang.
Saya itu mendukung dia (Terawan), supaya dia tidak putus asa. Saking menghadapi perlawanan yang sedemikian keras, saya sebagai temannya memberikannya dukungan. Aku ikut jadi relawan deh, itu saya sendiri yang minta. Karena saya pengin tahu. Saya ikut itu memang karena saya pengin tahu, hasilnya seperti apa.
Yang dimaksud peneliti itu siapa sih?
Pak Terawan. (Vaksin Nusantara) itu idenya dari dia. Kalau dia tidak mempunyai ide untuk membuat saya kira siapapun tidak akan bisa memaksa dia. Memang dia dikeliling oleh ahli-ahli yang kebetulan kerja di Amerika itu. Tapi, ide untuk itu, menurut saya dari beliau. Soal sel dentitrik, itu dia sudah bertahun-tahun bergelut dengan dentitrik sel itu dipojokkan RSPAD. Di situ memang ada ruangan yang khusus untuk itu.
Menurut saya tidak jatuh dari langit dia tiba-tiba punya ide itu (vaksin Nusantara dengan metode dentitrik). Menurut saya engga, tapi karena dia memang bergulat terus dengan sel-sel itu. Ini yang jarang diketahui orang banyak, bahwa Terawan itu memang bergelut dengan sel cure. Untuk pasien-pasien yang kena kanker, atau diabetes yang sudah parah, itu ada di ruangan RSPAD sebelah belakang itu ada (penelitiannya). Saya pernah diajak meninjau ke sana. Saya melihat sendiri, dan kerjasamanya dengan Jerman waktu itu, setahu saya. (tribun network/denis destryawan)