"Pernah suatu hari ketika awal saya melakukan aktivitas dakwah di Bulan Ramadhan di desa Lae Ikan, desa terakhir yang langsung berbatasan dengan Provinsi Sumut. Saya temukan masjid dengan jamaah hanya 1 orang," ceritanya.
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Ustaz Febrian Deli Putra merupakan satu dari sekian banyak da'i yang memilih mengabdikan hidupnya untuk berdakwah di perbatasan Aceh.
Ia bertugas di perbatasan Aceh-Sumatera Utara, tepatnya di Subulussalam.
Ustaz Febrian tiba di Subulussalam pertama kali, saat Bulan Ramadhan beberapa tahun lalu.
Ia sempat terenyuh ,ketika berkunjung ke sebuah masjid di desa yang berbatasan langsung dengan provinsi tetangga.
Karena di desa itu terdapat sebuah masjid, namun jamaahnya hanya satu orang.
"Pernah suatu hari ketika awal saya melakukan aktivitas dakwah di Bulan Ramadhan di desa Lae Ikan, desa terakhir yang langsung berbatasan dengan Provinsi Sumut. Saya temukan masjid dengan jamaah hanya 1 orang," ceritanya.
Baca juga: Viral Bupati Amor Marahi 2 Staf Menteri Sosial Risma, Amon Djobo: Mereka Langkahi Pemerintah Daerah
Jamaah tersebut tak lain adalah Imam Masjid tersebut.
"Beliau yang azan, imam, dan bilal sekaligus," ujarnya.
Dari peristiwa itulah, akhirnya Ustaz Febrian bertekad untuk berjuang bersama untuk menyiarkan Islam di desa tersebut.
Ia mengaku, sudah lama melakukan syiar Islam di daerah perbatasan Aceh-Sumatera Utara.
Kegiatan itu telah menjadi panggilan jiwanya.
Ia tak mengharapkan apapun dari aktivitasnya, kecuali bertambahnya keimanan masyarakat kepada Allah.
Beberapa hari lalu, Ustaz Febrian adalah satu dari sembilan penerima manfaat paket pangan dari program Sahabat Da’i Indonesia ACT Aceh-MRI Subulussalam yang tersebar di desa-desa kota Subulussalam.
Paket pangan itu diserahkan pada Minggu, (30/5/2021).
Ustaz Febrian mengatakan, menyiarkan nilai-nilai Islam di sekitaran perbatasan sudah keinginannya.
Baca juga: Jasad Riski Remaja Hanyut di Pantai Jilbab Ditemukan, Mengapung di Perairan Setia dan Tangan-Tangan
Hal itu karena rawannya aqidah di perbatasan, menjadi landasan ia membantu anak-anak di perbatasan yang kurang mampu, agar mendapat pendidikan Islam sejak dini dan menjadi bekal terbaik mereka ketika beranjak dewasa.
Hingga saat ini, secara bertahap ia terus melakukan penguatan keislaman di perbatasan dengan mengajak anak-anak perbatasan untuk bisa mengenyam pendidikan di pesantren di sekitar perbatasan.
Dengan adanya program ini, para da'i sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi.
Cerita berbeda dikisahkan, Ustaz Ansarni.
Ia adalah salah satu dai yang telah lama menetap di Desa Jontor, Kota Subulussalam.
Saat ini, ia berstatus guru/ustaz di pesantren perbatasan dan guru mengaji.
Ia mengutamakan mengajar mengaji anak-anak mualaf di rumah sendiri, dan saat ini ia juga membimbing mualaf di desa tempat dirinya tinggal.
Sudah 15 tahun Ustaz Ansarni mengajar pendidikan Islam di pesantren dan desanya, mulai dari sebelum menikah dan hingga saat ini telah dikaruniai 3 anak.
Tak ada yang dapat menyurutkan niatnya untuk terus mengabdikan diri.
“Tujuan kami adalah para dai yang tengah berjuang lebih kera,s sehingga kami berharap program berupa bantuan biaya hidup ini dapat menjadi pemantik semangat mereka dalam jalan menegakkan agama,” ujar Munandar dari Tim Program ACT Aceh.
Dengan adanya program ini, para Da'i sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi.
Pengiriman sedekah untuk mendukung dai pelosok di Aceh dapat melalui rekening Bank Aceh Syariah Bank Aceh Syariah 01001930009205, BNI Syariah 6600011008, Mandiri Syariah 7089786023, BRI Syariah 1050610469, dan Bank Permata Syariah 8040092006 atas nama Aksi Cepat Tanggap. Pastikan donasi terkonfirmasi melalui WhatsApp 082283269008 atau Instagram @act_aceh.
Sedekah juga dapat diantar langsung ke Kantor ACT Aceh di Jalan Teungku Muhammad Daud Beureueh, Gampong Keuramat, Kuta Alam, Banda Aceh. (*)
Baca juga: Resmi, Gelandang Jepang Eks Yangon United Gabung Persiraja Banda Aceh