Pusat Rehab Bendung Krueng Pase Rp 56 M

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi bendung Krueng Pase di kawasan Desa Leubok Tuwe Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara.

LHOKSUKON – Dana yang disediakan Pemerintah Pusat untuk merehab Bendung irigasi Krueng Pase yang berada di kawasan Desa Leubok Tuwe Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara tahun 2021 mencapai Rp 56 miliar. Saat ini, proyek tersebut dalam proses tender di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Diberitakan sebelumnya, Anggota Komisi V DPR RI asal Aceh, H Ruslan MDaud (HRD) bersama Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)RI, John Wempi Wetipo SH MH berjanji akan merehab bendung itu. Janji itu diungkapkan saat berkunjung ke Aceh Utara pada 8 Desember 2020 dengan dana Rp 61 miliar.

Untuk diketahui, bendung peninggalan Belanda tersebut sudah sangat lama dimanfaatkan petani di Aceh Utara untuk mengaliri air ke sawahnya. Namun, kondisinya sudah lama kritis setelah mercu bendung itu, jebol pada 2008 lalu. Karena itulah, petani berharap bendung itu benar-benar direhab dengan baik agar bisa bertahan lama.

“Informasi saya terima, sekarang sudah proses tender dan dalam waktu dekat menunggu penetapan pemenangnya di Banda Aceh,” ujar Kabid Pengairan Dinas PUPR Aceh Utara, Jafar kepada Serambi, Sabtu (10/7). Jumlah dana untuk rehab kali ini mencapai Rp 56 miliar. Dana itu bersumber dari APBN dengan masa pekerjaan selama dua tahun.

Jumlah dana rehab tersebut akan dilakukan untuk pembangunan bendung, termasuk di dalamnya ada penambahan kantong lumpur dengan luas areal tambahan yang dibutuhkan mencapai 5 hektare. Apalagi, akan dibangun saluran pengelak air ke kiri dan kanan. Saat ini untuk ganti rugi lahan juga dalam persiapan.

“Pada 7 Juli 2021 lalu, sudah ada pertemuan dari pemerintah dengan warga untuk persiapan pembebasan lahan, dan ini proses awal,” ujar Kabid Pengairan. Karena bangunan tersebut sudah direncanakan akan direhab dalam waktu dekat, pemerintah pada April–September 2021 tidak menjadwalkan turun ke sawah.

Namun, pemerintah tidak melarang masyarakat untuk turun ke sawah, karena ada kemungkinan sudah ada bibit. “Tapi, sebaiknya menyiapkan komoditi lain jika memungkinkan selama tidak ada jadwal turun ke sawah,” ujar Jafar.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Peduli Petani Pemakai Air (FKP3A) Irigasi Krueng Pase, Ismail Yusuf kepada Serambi menyebutkan, sudah ada pertemuan dengan warga terkait rehab bendung tersebut. “Informasinya akan direhab dalam waktu dekat dan memang mercu bendung itu sudah berulang kali jebol, jadi memang tidak layak lagi,” pungkas Ismail.

Bendung Krueng Pase tersebut selama ini dimanfaatkan ribuan petani yang berasal dari delapan kecamatan di Aceh Utara, dan satu kecamatan di Lhokseumawe. Delapan  kecamatan tersebut, Syamtalira Bayu, Samudera, Meurah Mulia, Tanah Luas, Nibong, Tanah Pasir, Syamtalira Aron, Matangkuli.

Kemudian satu lagi, Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Jumlah areal sawah yang dialiri bendung tersebut diperkirakan mencapai 11.000 hektare yang berada dalam sembilan kecamatan tersebut. Jika bendungan tersebut tak dapat digunakan seperti jebol pada tahun 2008, warga tak memiliki sumber air untuk dialiri ke sawahnya. (jaf)

Berita Terkini