Baca tanpa iklan
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Ratusan PNS, masyarakat, para siswa, santri dan berbagai kalangan lainnya para pejabat termasuk unsur Forkopimda larut dalam zikir dan doa bersama di Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireuen, pukul 09.00 WIB, Selasa (1/3/2022).
Para pegawai dan berbagai kalangan lainnya berzikir dan doa bersama memperingati Isra’ Mikraj Nabi Besar Muhammad SAW 1443 H/ 2022 yang dilaksanakan Pemkab Bireuen dipandu Dinas Syariat Islam Bireuen.
Amatan Serambinews.com, kaum bapak, remaja putra dan putri serta kaum ibu duduk berkelompok, masing-masing memegang satu lembar kertas yang berisi kalimat zikir, zikir dan doa bersama dipandu Tgk Khalili dari
Yadara Jeunieb, Bireuen.
Baca juga: VIDEO Israel Kembali Lakukan Kekerasan Terhadap Palestina Saat Perayaan Isra Miraj
Dalam kegiatan yang dilaksanakan Dinas Syariat Islam Bireuen menghadirkan penceramah DR (Cand) Tgk Bustamam Usman SHi MA, Dosen Fakultas Syariah UIN Ar Raniry.
Tgk Bustamam juga anggota MPU Kota Banda Aceh dan Pimpinan Dayah Bustanussalam
Muarrif Aceh di Banda Aceh.
Bupati Bireuen, Dr H Muzakkar A Gani SH MSi dalam pertemuan tersebut juga menyampaikan arahannya yang mengatakan, peringatan Isra’ Mikraj hendaknya dapat menjadi inspirasi untuk meneladani
sifat-sifat terpuji Rasulullah yang merupakan sosok rahmatan lil 'alamin.
Bupati Bireuen dalam pertemuan tersebut mengatakan, mengapa kisah Isra Mikraj itu terjadi?
Jawabannya mungkin dapat ditelusuri dari ayat 78 surat al- Isra.
Mikraj adalah menerima mandat dari Allah SWT tentang perintah mendirikan shalat lima waktu.
Baca juga: Rusia Bawa Bom Termobarik ke Ukraina, Senjata Paling Ditakuti di Dunia, Paru-paru Manusia Bisa Copot
Jadi shalat inilah yang menjadi inti dari peristiwa Isra Mikraj tersebut.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual dalam hubungannya dengan Allah SWT.
Shalat juga menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab dan
penuh kedamaian.
Muzakkar menceritakan, Alexis Carrel, seorang dokter dan pakar humaniora pernah menyatakan bahwa apabila pengabdian, shalat dan doa yang tulus kepada sang maha pencipta disingkirkan dari tengah
kehidupan bermasyarakat
Hal itu berarti telah menandatangani kontrak bagi kehancuran pribadi, masyarakat maupun penduduk suatu
negeri.