Internasional

PBB Targetkan Kemiskinan Ekstrem Berakhir Pada 2030 dan Pendidikan Berkualitas Bagi Semua Anak

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Murid-murid kembali menghadiri kelas di Sekolah Dasar Kitate di Kampala, Ugand, Senin (10/1/2022).

SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - PBB telah menargetkan tahun 2030 atau delapan tahun lagi sebagai tahun berakhirnya kemiskinan ekstrem dan semua anak mendapat pendidikan berkualitas.

PBB juga mengharapkan pada tahun ini, akan dapat mencapai kesetaraan gender.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan banyak bahaya mendesak di dunia membuatnya tergoda untuk menempatkan prioritas pembangunan jangka panjang ke satu sisi.

Tetapi Sekjen PBB pada Selasa (20/9/2022) mengatakan beberapa hal tidak bisa menunggu.

Di antaranya pendidikan, pekerjaan yang bermartabat, kesetaraan penuh untuk perempuan dan anak perempuan.

Kemudian, perawatan kesehatan yang komprehensif dan tindakan mengatasi krisis iklim.

Baca juga: Arab Saudi Beri Sumbangan ke Aliansi Peradaban PBB Sebesar Rp 15 Miliar

Dia menyerukan keuangan dan investasi publik dan swasta, dan terutama untuk perdamaian.

Sementara itu, kematian Ratu Inggris Elizabeth II dan pemakamannya di London pada Senin (19/9/2022) yang dihadiri banyak pemimpin dunia, telah menciptakan sakit kepala di menit-menit terakhir untuk pertemuan tingkat tinggi itu.

Para diplomat dan staf PBB bergegas untuk menghadapi perubahan dalam rencana perjalanan, waktu acara dan jadwal pembicaraan yang rumit secara logistik untuk para pemimpin dunia.

Pertemuan global, yang dikenal sebagai Debat Umum, sepenuhnya virtual pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19 dan campuran pada tahun 2021.

Tahun ini, Majelis Umum yang beranggotakan 193 orang kembali ke hanya pidato tatap muka, dengan satu pengecualian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Atas keberatan dari Rusia dan beberapa sekutu, majelis memberikan suara untuk mengizinkan pemimpin Ukraina merekam pidatonya karena alasan di luar kendalinya.

Baca juga: Dewan HAM PBB Tuduh Houthi Bunuh dan Lukai 14.000 Anak-Anak Yaman

Dimana, invasi sedang berlangsung dan permusuhan militer yang mengharuskannya untuk melakukan pertahanan.

Secara tradisi, Brasil telah berbicara pertama selama lebih dari tujuh dekade karena, pada sesi awal Majelis Umum, Brasil secara sukarela memulai ketika tidak ada negara lain yang melakukannya.

Presiden AS, yang mewakili negara tuan rumah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, secara tradisional menjadi pembicara kedua.

Tetapi Joe Biden menghadiri pemakaman ratu, dan pidatonya telah diundur ke Rabu (21/9/2022) pagi.
Presiden Senegal Macky Sall menggantikan Biden.(*)

Baca juga: Sekjen Liga Arab Minta Spanyol Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Berita Terkini