Internasional

Ribuan Pekerja Asing Diusir dari Ibu Kota Qatar Jelang Piala Dunia 2022

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pekerja migran kembali pulang ke tempat tinggalnya seusai bekerja membangun stadion Piala Dunia 2002 Qatar.

DOHA - Qatar telah mengosongkan blok apartemen yang menampung ribuan pekerja asing di daerah yang sama di pusat ibu kota Doha, yang jadi tempat para penggemar sepak bola berkunjung dan tinggal selama Piala Dunia.

Dengan kata lain, para pekerja asing telah diusir dari rumah mereka.

Dilansir dari Reuters, mereka mengatakan lebih dari selusin bangunan telah dievakuasi dan ditutup oleh pihak berwenang.

Hal ini memaksa sebagian besar pekerja Asia dan Afrika untuk mencari tempat berlindung lain, termasuk tempat tidur di trotoar di luar salah satu bekas rumah mereka.

Langkah itu dilakukan kurang dari empat minggu sebelum dimulainya turnamen sepak bola dunia pada 20 November.

Qatar pun telah menarik perhatian internasional yang ketat terhadap perlakuan Qatar terhadap pekerja asing dan undang-undang sosialnya yang membatasi.

Di satu gedung yang menurut penduduk menampung 1.200 orang di distrik Al Mansoura Doha, pihak berwenang memberi tahu orang-orang sekitar pukul 8 malam pada hari Rabu (27/10/2022) bahwa mereka hanya punya waktu dua jam untuk pergi.

Pejabat kota kembali sekitar pukul 22.30, memaksa semua orang keluar dan mengunci pintu gedung, kata mereka.

Baca juga: Penonton Piala Dunia 2022 di Qatar Wajib Pakai Hayya Card, Bagaimana Cara Mendapatkannya?

Baca juga: Jadwal Piala Dunia 2022 Qatar, Lima Penyerang Ini Absen, Salah Satunya Bomber Tajam di Eropa

Beberapa pria tidak dapat kembali tepat waktu untuk mengambil barang-barang mereka.

Sorotan terhadap Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 akhirnya membuat Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani murka.

Ia mengklaim banyak motif tersembunyi di balik serangan bertubi-tubi terhadap negaranya.

Qatar menghabiskan puluhan miliar dolar AS untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia pertama di tanah Arab.

Namun mereka menghadapi serangan bertubi-tubi terkait catatan negatif hak asasi manusia.

Qatar mengeklaim banyak motif tersembunyi dibalik serangan bertubi-tubi.

"Sejak kami memenangkan kehormatan menjadi tuan rumah Piala Dunia, Qatar telah menjadi sasaran kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak pernah dihadapi oleh negara tuan rumah," katanya dalam pidato di dewan legislatif negara itu, dilansir dari Sports.ndtv, Selasa (25/10/2022).

Isu LGBT, perlakuan diskriminasi terhadap pekerja asing dan hak-hak perempuan menjadi sasaran empuk untuk menyerang Qatar sejak mereka terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia pada 2010.

Pekan ini pemerintah Qatar dengan marah menolak laporan kelompok Human Rights Watch yang mengatakan polisi telah menahan dan melecehkan kelompok LGBT secara sewenang-wenang jelang Piala Dunia.

Emir Qatar pada awalnya bisa menerima komentar negatif yang datang memandang sebagai kritik positif.

Dengan komentar itu Emir Qatar melihat itu sebagai jalan yang perlu dikembangkan.

"Tetapi segera menjadi jelas bagi kami bahwa kampanye terus berlanjut, meluas dan mencakup fabrikasi dan standar ganda, hingga mencapai jumlah keganasan yang membuat banyak orang bertanya-tanya, sayangnya, tentang alasan dan motif sebenarnya di balik kampanye ini.

Baca juga: FIFA Ancam Tunisia Mundur dari Piala Dunia 2022 Qatar, Marah Soal Ini

Ujian hebat untuk Qatar " ujarnya.

Emir Qatar mengatakan, Piala Dunia adalah kesempatan menunjukkan siapa Qatar itu kepada dunia baik secara ekonomi, institusi maupun identitas peradaban.

"Ini adalah ujian besar bagi negara sebesar Qatar yang mengesankan seluruh dunia dengan apa yang telah dicapainya," ia menambahkan.

Homoseksual adalah ilegal di Qatar.

Hak perempuan dibatasi oleh undang-undang.

Hal tersebut membuat banyak peserta Piala Dunia khawatir mendapatkan hukuman.

Kelompok hak asasi manusia HRW dan Amnesty International bersikeras bahwa Qatar dan FIFA harus berbuat lebih banyak untuk memberikan kompensasi kepada pekerja yang meninggal atau cedera saat melaksanakan proyek Piala Dunia.

FIFA dikabarkan menyiapkan dana kompensasi 440 juta dolar untuk masalah tersebut. (kompas.com)

Baca juga: 24 Hari Menuju Piala Dunia 2022: Tidak Perlu Tes Covid Saat Nonton Piala Dunia di Qatar

Baca juga: Piala Dunia 2022 - Qatar Bebaskan Aturan Wajib Tes Covid-19 Bagi Penonton

Berita Terkini