Kupi Beungo

Inilah Ikrar Mahkota Sultan Iskandar Muda saat Dilantik sebagai Sultan Kerajaan Aceh Darussalam

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nab Bahany As, budayawan tinggal di Banda Aceh.

Oleh Nab Bahany As*)

HARI itu, empat ratus lima belas tahun yang lalu. Tepatnya, hari Rabu, tanggal 16 Zulhijjah tahun 1015 Hijriah, atau bertepatan dengan 10 Februari 1607 Masehi.

Sejak Subuh dini hari, seiring terbitnya fajar hingga matahari memancarkan sinarnya menerangi bumi.

Di istana Darud Dunia  kerajaan Aceh Darussalam telah dibunyikan 101 kali letusan meriam, sebagai pertanda bahwa hari itu adalah hari penobatan (pelantikan) Sri Paduka Yang Mulia Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam, sebagai Sultan kerajaan Aceh Darussalam yang ke-12 dari 31 Sultan dan Sultanah yang pernah memimpin kerajaan Aceh Darussalam.

Terhitung dari Sultan Ali Mugayat Syah (1514-1530 M) sebagai Sutan pertama, hingga Sultan Muhammad Daud Syah (1884-1907 M) sebagai Sultan terakhir dari imperium kerajaan Aceh Darussalam.

VIDEO Taman Sari Gunongan, Bukti Cinta Abadi Sultan Iskandar Muda Pada Permaisuri

Dalam penobatan Iskandar Muda sebagai Sultan yang akan memimpin kerajaan Aceh Darussalam kala itu, Syekhul Islam atau yang disebut Khadi Haliqul Adil, yang ditunjuk kerajaan untuk memberikan sumpah kepada Sultan Iskandar Muda.

Dalam amanatnya Khadi Haliqul Adil saat melantik Sultan Iskandar Muda mengatakan:

“Rakyat menyembah raja dalam zahir.  Tetapi raja juga harus menyembah rakyat dalam batin. Sebab, karena adanya rakyat barulah adanya raja.

Maka sebesar-besar dosa bagi raja adalah bila memerintah tidak adil. Sehingga rajalah yang akan menanggung jawab di hadapan Tuhan kita yang Esa pada hari kiamat kelak. Oleh karenanya dalam melantik Sultan Iskandar Muda, pimpinlah rakyat dengan sempurna dan adil seadil-adilnya.

Supaya tidak menyimpang ke garis yang salah. Pergunakanlah segala hukum dan ilmu yang telah diatur dalam Kitabullah, dan ikuti segala petunjuk Rasul Nabi Muhammad SAW berserta sahabat-sahabatnya dan keempat imamnya.

Baca juga: Mengulas Tradisi Meugang di Aceh, Farid Nyak Umar : Sudah Ada Sejak Zaman Sultan Iskandar Muda

Tunjukilah sekalian rakyat yang gelap atau bebal (awam) kepada jalan yang terang dan cerdas,” kata Khadi Haliqul Adil saat menobatkan Iskandar Muda di atas batu tabal (batu sakral) sebagai Sultan yang akan memimpin kerajaan Aceh Darussalam.

Usai pemberian sumpah oleh Syekhul Islam, Sri Sultan Iskandar Muda pun dengan gagah perkasa dan penuh wibawa dalam usia 18 tahun, naik kembali ke atas batu tabal untuk menyampaikan Ikrar Mahkota (pidato pertamanya) di hadapan petinggi-petinggi kerajaan, para undangan, dan hadirin yang hadir dalam pelantikan Sri Sultan Iskandar Muda  untuk memimpin kerajaan Aceh Darussalam.

Berikut inilah bunyi pidato Ikrar Mahkota Sultan Iskandar Muda saat dilantik (dinobatkan) sebagai Sultan Kerajaan Aceh Darussalam (1607-1632 M).

“Ampun...ampun...ampuni hamba ya Tuhanku. Bahwa diriku akan mengikuti segala titah dan suruhan-Mu. Ampunilah segala dosaku. Jauhkanlah akan daku dari pada pekerjaan yang karut dan mungkar.

Tunjukkanlah oleh-Mu akan daku segala jalan yang lurus dan benar. Serta lindungilah akan daku dari pada segala marabahaya-Mu.

Hari ini hamba-Mu sekalian telah menabalkan daku untuk menjadi badal khalifah-Mu dalam menjalankan titah dan suruh Rasul-Mu Nabi Muhammad SAW.

Berat benar terasa olehku beban ini dipikulkan ke atas pundakku. Oleh sebab  itu, maka karuniakanlah kemurahan-Mu akan daku dengan jalan yang memberikan kepadaku badan yang sehat, pikiran yang segar dan nyaman.

Ya Tuhanku, lindungilah sekalian rakyatku dari pada marabahaya-Mu. Berikanlah akan mereka itu  tenaga yang kuat dan sehat serta pikiran yang nyaman.

Supaya semua rakyatku dapat berbuat bakti kepada-Mu. Ya Tuhanku, lindungilah oleh-Mu akan para ulama sebagai pelita alam ini dari pada segala marabahaya-Mu.

Terangkanlah hati mereka itu untuk menuntut segala ilmu-Mu, dan jernihkanlah pikiran mereka itu supaya jelas penunjukannya bagi semua rakyatku di dunia dan di akhirat kelak.

Wahai sekalian rakyatku. Engkau sekalian telah mendengar bahwa diriku telah bersumpah pada Tuhanku akan segala titah suruhan itu kepadamu. Bahwa diriku telah menerima tabalanmu dengan hati senang gembira.

Diriku berterima kasih kepada kamu sekalian akan keridhaan dan kepercayaanmu akan daku yang tulus dan ikhlas.

Akan tetapi, oleh karena kekhawatiran akan diriku yang bermata dua, bertelinga dua, bertangan dua, dan berkaki dua, serta sifat-sifat keadaan badanku seperti keadaan manusia lainnya juga.

Maka sebab itu, aku jelmakan sifat tubuhku seperti mata aneuh geulunjong daruet (seperti mata sisik buah nenas yang terbelalak seperti mata belalang) untuk menyempurnakan penglihatanku pada semua rakyat di bawah kerajaanku dalam negeri ini.

Maksudnya, dalam aku memimpin rakyatku, aku perlu mempunyai bantuan dari para ulama dan orang-orang besar dalam negeriku. Mereka itulah yang akan menjadi mata telinga dan kaki tanganku.

Seperti yang engkau lihat sekalian pada hari ini. Di sebelah kananku berdiri seorang yang memegang Quran Kitabullah, inilah yang akan memelihara segala hukum Tuhan kita.

Sementara diriku adalah seorang yang memegang pedang, dan inilah yang memelihara segala adat dan lembaga pemerintahan kita.

Maka karena itu, terutama sekali kepada pemangku-pemangkun dan pengikut-pengikutku, akan kuserahkan kepercayaanku untuk dapat menjalankan titahku  dengan sesempurna-sempurnanya.

Maka kepada seluruh rakyatku, ikutilah segala perintah yang benar, dan tegahkanlah segala perkerjaannya yang karut dimana perlunya. Beunar ta ikot, karot tateugah (yang benar diikut yang salah dicegah).

Karena itu, maka yakinlah, bahwa aku akan melindungi engkau sekalian wahai rakyatku dari pada kezaliman orang-orang besar dan hulubalang-hulubalangku bila mereka bertindak zalim kepadamu sekalian.

Akan tetapi, engkau sekalian juga harus menghormati mereka itu, seperti engkau sekalian menghormati diriku.

Demikian ucapan dan pesan ikrar mahkotaku kepada engkau sekalian yang telah hadir ke sini.

Mudah-mudahan engkau sekalian dapat menyampaikan pula kepada seluruh rakyatku yang tidak dapat hadir ke sini dalam penobatanku pada hari ini.

Wahai sekalian para ulama, Wazir Perdana, orang-orang besar,  dan para hulubalangku.

Pimpinlah, pimpinlah rakyat akan jalan kebajikan, dan perintahkan mereka itu dengan sempurna dan adil seadil-adilnya.

Ya Tuhanku, lindungilah kami sekalian dari pekerjaan yang karut dan mungkar, serta peliharalah kami dari segala marabahaya-Mu”.

“Amiiin”, sahut hadirin serentak, saat Sultan Iskandar Muda mengakhiri pidato Ikrar Mahkotanya pada upacara penobatannya sebagai Sultan yang akan memimpin kerajaan Aceh Darussalam (1607-1636 M), menggantikan Sultan Ali Rayat Syah (1604-1607 M) yang berkuasa hanya tiga tahun, setelah menggulingkan (mengkudeta) pemerintahan ayahnya Sultan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil (1585-1604 M).(*)

Tiga Hari Stagnan, Harga Emas Hari Ini Mulai Naik Tipis, Cek Harga Emas Antam Per 27 Desember 2022

Tak Kunjung Diperbaiki, Tanggul Penahan Ombak di Samping Pelabuhan Feri Aceh Singkil Rusak Parah

Asyraf Aceh Adakan Maulid Bersama Komunitas Anak Pemulung di Gampong Jawa

*) PENULIS adalah budayawan tinggal di Banda Aceh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

 

Berita Terkini