HP Terjatuh Saat Selfie, Pejabat Ini Nekat Kuras Bendungan, Butuh Waktu 3 Hari: Ketemu Tapi Rusak
SERAMBINEWS.COM – Seroang pejabat nekat menguras sebuah bendungan untuk mengambil handphone (HP)-nya yang terjatuh saat sedang selfie.
Bukannya mengikhlaskan, pejabat tersebut nekat menghabiskan waktu tiga hari untuk menguras sebuah bendungan.
Tiga hari berlalu dan air di bendungan sudah mengering, pejabat tersebut akhirnya menemukan HPnya itu.
Sialnya, HP tersebut ditemukan dalam keadaan mati alias sudah rusak.
Udah gitu, pejabat tersebut harus menjalani hukuman karena menyalahgunakan wewenangnya untuk menguras bendungan hanya demi sebuah HP.
Dilansir dari TribunStyle, Selasa (30/5/2023), sebuah bendungan yang berada di India dikuras demi mengambil ponsel pejabat yang tidak sengaja terjatuh ke dalamnya.
Tindakan ini dilakukan atas perintah pemilik ponsel tersebut yang kebetulan seorang pejabat pemerintahan.
Butuh waktu tiga hari untuk menguras bendungan.
Sayangnya, ponsel pintar itu ditemukan dalam kondisi rusak dan mati.
Akibat kejadian ini, pejabat tersebut bangku panjangkan dari posisinya.
Kronologi kejadian
Dilansir dari BBC, seorang pejabat pemerintahan India, Rajesh Vishwas (32) sedang berpiknik dengan teman-temannya di India pada Minggu (21/5/2023).
Nahas saat mengambil foto selfie, dia tak sengaja menjatuhkan HP Samsung Galaxy S23 Ultra miliknya ke Bendungan Kherkatta atau Paralkot di Negara Bagian Chhattisgarh, India tengah.
Daerah ini merupakan tempat dia tinggal.
Vishwas yang bekerja sebagai pengawas makanan, mengeklaim ponsel model terbaru dengan harga mencapai lebih dari Rp 20 juta itu berisi data pemerintah yang sensitif sehingga perlu diambil.
The New York Times memberitakan, Vishwas lalu membuat penduduk desa menghabiskan dua hari untuk menyelam di bendungan demi mengambil ponsel itu.
Sayangnya, usaha ini gagal.
Vishwas kemudian menyewa pompa diesel untuk menguras air bendungan selama dua hari berikutnya.
Diperkirakan, ia menguras sekitar dua juta liter air yang seharusnya cukup untuk mengairi 1.500 hektar lahan pertanian.
Pria itu akhirnya berhasil mendapatkan kembali ponselnya.
Namun, ponsel terlalu rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
Dihukum
Tindakan Vishwas menguras bendungan dihentikan oleh seorang pejabat lain dari Departemen Sumber Daya Air yang datang setelah ada keluhan.
Priyanka Shukla, seorang pejabat tinggi setempat, mengatakan bahwa Vishwas tidak memiliki wewenang untuk mengalirkan air.
Ia diminta menjelaskan posisinya dalam kejadian ini secara tertulis kepada pemerintah.
Setelah itu, ia akan menjalani tindakan disipliner.
"Dia telah ditangguhkan sampai penyelidikan. Air adalah sumber daya yang penting dan tidak dapat disia-siakan seperti ini," ujar Shukla.
Namun, Vishwas berdalih telah mendapatkan izin lisan dari Ram Lal Dhivar, seorang pejabat dari Departemen Sumber Daya Air untuk menguras air bendungan terdekat.
“Dia (Dhivar) mengatakan itu bukan masalah jika air sedalam tiga (hingga) empat kaki dikeringkan,
dan sebenarnya akan menguntungkan petani yang akan memiliki lebih banyak air,” katanya kepada The Guardian.
Selain itu, menurutnya, air yang dikuras berasal dari bagian bendungan yang meluap dan tidak dalam kondisi yang dapat digunakan.
Namun kenyataannya, air dari bendungan itu masih diandalkan untuk mengairi ladang masyarakat.
Pemerintah akhirnya menskors Vishwas sambil penyelidikan terus berlangsung.
Ia disebut menyalahgunakan posisinya.
Sementara Dhivar harus membayar biaya pemborosan air di musim panas dan akan mendapatkan tindakan disipliner dari departemennya.
India memang dikenal sebagai salah satu negara yang paling kekurangan air di dunia.
Dihuni oleh 18 persen penduduk dunia, hanya 4 persen yang mendapatkan sumber daya air bersih.
Terlebih lagi, negara ini kerap mengalami gelombang panas dan kekeringan besar.
Bulan Maret kemarin, India memiliki suhu terpanas sejak 122 tahun terakhir.
Ini membuat bendungan menjadi sumber air yang sangat penting, terutama bagi ladang milik masyarakat.
Jalur Traktornya Terhalang, Petani Ini Pindahkan Patok Batas Negara
Seorang petani di Belgia secara tak sadar telah membuat dua negara harus melakukan komunikasi politik.
Gara-garanya, ia secara tidak sengaja memindahkan patok perbatasan negara.
Petani itu pun harus berurusan dengan hukum dan terancam hukuman pidana.
Melansir dari BBC News, Rabu (5/5/2021) seorang petani di Belgia itu secara tak sengaja memindahkan patok perbatasan dua negara, karena patok itu menghalangi jalur traktornya.
Dia tidak pernah menyangka jika 'beton kecil' yang menghalangi jalur traktornya adalah sebuah patok perbatasan yang sangat penting bagi kedua negara.
Benar saja, ketidaksengajaan petani itu membuat dua negara harus melakukan komunikasi politik guna mencari jalan tengah.
Bahkan, petani tersebut terancam hukuman pidana penjara karena ulahnya memindahkan patok perbatasan antardua negara.
Peristiwa itu terjadi di antara perbatasan negara Prancis dan Belgia.
Petani itu diketahui telah memindahkan patok perbatasan sejauh 2,29 meter ke dalam negara Prancis.
Hal itu diketahui setelah seorang penggemar sejarah lokal menyusuri hutan dan dia melihat batu yang menandai batas antara kedua negara telah bergeser 2,29 meter.
Petani Belgia itu tampaknya kesal dengan batu patok perbatasan karena telah menghalani jalur traktornya.
Oleh karena itu, ia memindahkannya ke dalam wilayah Prancis sejauh 2,29 meter.
Alih-alih menimbulkan keributan internasional, insiden itu disambut dengan senyuman dari dua sisi perbatasan negara.
"Dia membuat Belgia lebih besar dan Prancis lebih kecil, itu bukan ide yang bagus," kata David Lavaux, walikota Erquelinnes di Belgia, kepada saluran TV Prancis TF1.
Tindakan semacam itu, katanya, telah menyebabkan sakit kepala di antara pemilik tanah pribadi, dan juga pejabat negara.
Perbatasan antara Prancis dan tempat yang sekarang disebut Belgia membentang sepanjang 620 km (390 mil).
Itu secara resmi didirikan di bawah Perjanjian Kortrijk, ditandatangani pada tahun 1820 setelah kekalahan Napoleon di Waterloo lima tahun sebelumnya.
Batu patok perbatasan itu berasal dari tahun 1819, ketika perbatasan pertama kali ditandai.
"Saya senang, kota saya lebih besar," tambah Lavaux sambil tertawa.
"Tapi Walikota Bousignies-sur-Roc tidak setuju (dengan tindakan petani tersebut)," sambungnya.
Walikota Prancis, Aurélie Welonek mengingatkan kepada semua warga untuk menghindari perang atau keributan negara tantang perbatasan baru.
Otoritas lokal Belgia berencana menghubungi petani tersebut untuk memintanya mengembalikan batu tersebut ke lokasi aslinya.
Jika itu tidak terjadi, kasusnya bisa berakhir di kementerian luar negeri Belgia, yang harus memanggil komisi perbatasan Prancis-Belgia, yang tidak aktif sejak 1930.
Lavaux mencatat bahwa petani juga dapat menghadapi tuntutan pidana jika dia gagal untuk mematuhinya.
"Jika dia menunjukkan niat baik, dia tidak akan mendapat masalah, kami akan menyelesaikan masalah ini secara damai," katanya kepada situs berita Belgia, Sudinfo. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)