SERAMBINEWS.COM, PARIS - Kerusuhan Perancis berlanjut buntut kemarahan warga atas tindakan polisi menembak mati remaja bernama Nahel M. (17) dalam penyetopan lalu lintas.
Penembakan tersebut terjadi pada Selasa (27/6/2023), dan sejak itu kerusuhan pecah di berbagai kota di Perancis.
Puluhan ribu polisi dikerahkan di kota-kota di seluruh Perancis pada Sabtu (1/7/2023).
Mereka siap menghadapi kemungkinan kerusuhan malam kelima setelah pemakaman seorang remaja keturunan Afrika Utara, yang penembakannya oleh polisi memicu kerusuhan nasional.
Presiden Emmanuel Macron menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang akan dimulai pada Minggu untuk menangani krisis terburuk bagi kepemimpinannya sejak protes "Rompi Kuning" melumpuhkan sebagian besar Prancis pada akhir 2018.
Dilansir dari Reuters, sekitar 45.000 polisi akan berada di jalan hingga Sabtu malam, kata menteri dalam negeri Gerald Darmanin, dengan bala bantuan dikirim ke Lyon dan Marseille.
Pada 23.45 (2145 GMT), ada beberapa ketegangan di pusat kota Paris dan bentrokan sporadis di kota Mediterania Marseille.
Situasi tampak lebih tenang di seluruh negeri.
Polisi mengerahkan gas air mata terhadap para perusuh di jalan raya utama Marseille sekitar senja pada hari Sabtu.
Tayangan televisi menunjukkan ada kekerasan, beberapa penjarahan dan pertempuran jalanan antara polisi dan kelompok pemuda menjelang malam.
Di Paris, polisi meningkatkan keamanan di jalan Champs Elysees yang terkenal di kota itu setelah seruan di media sosial untuk berkumpul di sana.
Jalanan, yang biasanya dipadati turis, dijejeri pasukan keamanan yang melakukan pemeriksaan di tempat.
Fasad toko ditutup untuk mencegah potensi kerusakan dan penjarahan.
Baca juga: Kerusuhan Makin Memanas di Tepi Barat, Menteri Israel Sebut Desa Huwara Palestina Harus Dimusnahkan
Kementerian dalam negeri mengatakan total 1.311 orang telah ditangkap pada Jumat (30/6/2023) malam, dibandingkan dengan 875 orang pada malam sebelumnya.
Meskipun menggambarkan kekerasan sebagai "intensitas lebih rendah". Polisi mengatakan sekitar 120 orang telah ditangkap secara nasional pada hari Sabtu.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan lebih dari 700 toko, supermarket, restoran, dan cabang bank telah dijarah dan terkadang bahkan dibakar habis sejak Selasa (26/7/2023).
Otoritas lokal di seluruh negeri mengumumkan larangan demonstrasi dan memerintahkan angkutan umum untuk berhenti beroperasi pada malam hari.
Nahel , 17 tahun dari orang tua Aljazair dan Maroko, ditembak oleh seorang petugas polisi saat berhenti lalu lintas pada hari Selasa di Nanterre, pinggiran Paris.
Untuk pemakaman, beberapa ratus orang berbaris untuk memasuki masjid agung Nanterre, yang dijaga oleh para sukarelawan berrompi kuning, sementara beberapa lusin orang menonton dari seberang jalan.
Beberapa pelayat, menyilangkan tangan, mengatakan "Tuhan Maha Besar" dalam bahasa Arab, saat mereka membentang di bulevar dalam doa.
Polisi tembakkan gas air mata
Sebagaimana diberitakan AFP, ketika menghadapi kerusuhan di Kota Marseille, polisi terpaksa menembakkan gas air mata ke kerumuman massa protes.
Itu terjadi setelah para pemuda melemparkan proyektil ke kendaraan polisi di distrik Vieux-Port, yang populer di kalangan wisatawan.
Wali Kota Marseille, Benoit Payan, meminta bala bantuan pasukan dengan mengatakan bahwa aksi penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima.
Kronologi Polisi Tembak Remaja
Pada 27 Juni 2023 pagi, remaja bernama Nahel M (17 tahun) yang merupakan keturunan Afrika Utara, tepatnya Aljazair dan Maroko mengendarai mobil mobil di Nanterre.
Dia dinilai tidak mematuhi perintah polisi untuk memberhentikan mobilnya karena melanggara lalu lintas.
Remaja itu dilaporkan mengendarai mobil di jalur busway, polisi meminta pengendara mobil itu untuk menepi dan memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan. Namun, remaja tersebut terus berjalan tanpa mengikuti perintah polisi tersebut.
Ketika mobil itu berhasil lolos, salah satu petugas polisi menembak dari jarak dekat melalui jendela pengemudi.
Nahel meninggal akibat satu tembakan yang menembus lengan kiri dan dadanya.
Jaksa penuntut umum Pascal Prache mengatakan Petugas polisi tersebut mengakui telah melepaskan tembakan karena khawatir dia atau orang lain akan terluka setelah remaja tersebut diduga melakukan beberapa pelanggaran lalu lintas.
Pengacara petugas Laurent-Franck Lienard mengatakan bahwa kliennya membidik ke arah kaki pengemudi namun terbentur, sehingga dia menembak ke arah dadanya.
"Dia harus dihentikan, tetapi jelas (petugas) tidak ingin membunuh pengemudi," kata Lienard.
Kini, petugas polisi tersebut telah ditahan untuk menenangkan para demonstran.
Di sisi lain, Jaksa Prache mengatakan remaja bernama Nahel itu sudah dikenl oleh polisi karena beberapa kali melanggar aturan lalu litnas.
Baca juga: Rihana dan Rihani Masih Buron, IPW Minta Polda Metro Jaya Libatkan Densus 88 Tangkap Si Kembar
Baca juga: Update Kasus Inses Ayah dan Anak, Kerangka Bayi Ke 6 Terbungkus Kain Merah, Polisi Cari 1 Lagi
Baca juga: Kapolres Langsa Serahkan Kunci Bantuan Bedah Rumah Kepada Warga Miskin
Sudah tayang di Kompas.com: Kerusuhan Perancis: 45.000 Polisi Siaga, 1.311 Orang Ditangkap