HELMIZA, Tendik Laboran SMKN 1 Jeunieb, Kabupaten Bireuen, melaporkan dari Jeunieb
BICARA tentang dunia pendidikan vokasi, maka kita harus merujuk pada dua dasar hukum. Pertama, Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kedua, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link and Mach dengan Industri.
Dua dasar hukum tersebut merupakan salah satu langkah awal bila kita akan membahas tentang Teaching Factory (TeFa) dalam dunia pendidikan kejuruan.
Link and match (keterkaitan dan kesepadanan) sebagai keluaran dari sebuah kebijakan, merupakan konsep keterkaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja.
Dengan kata lain link and match ini adalah keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya.
TeFa adalah suatu konsep pembelajaran di sekolah menengah kejuruan (SMK) berbasis produksi atau jasa mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Mengacu pada makna TeFa, sebagaimana tersebut di atas, maka proses belajar-mengajar di sekolah kejuruan harus dilakukan seperti yang dilaksanakan di industri, dengan istilah lain dapat kita katakan, TeFa adalah industri yang ada disekolah atau menciptakan sekolah seperti Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
Di Indonesia, penerapan konsep TeFa telah diperkenalkan di SMK pada tahun 2000 dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu berupa pengembangan unit produksi yang sudah dilaksanakan di semua SMK.
Kemudian konsep tersebut berkembang pada tahun 2005 menjadi sebuah model pengembangan SMK berbasis industri.
Tujuan pemerintah menciptakan program TeFa ini selaras dengan tujuan Nawacita pendidikan nasional, khususnya pendidikan Kejuruan, yaitu mencetak SDM lulusan SMK yang berkompeten yang siap terjun ke dunia industri serta memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.
Secara garis besar, siswa lulusan dari sekolah kejuruan dengan program studi apa pun, diharuskan memiliki kemampuan dan keahlian sebagaimana yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibuatlah satu terobosan dalam dunia pendidikan kejuruan, yakni pada model pembelajaran TeFa.
Proses belajar-mengajar harus disimulasikan sebagaimana yang dilakukan di industri atau minimal mendekati seperti di industri itu sendiri.
Ini harus dilakukan untuk semua jurusan, baik yang lulusannya dipersiapkan untuk menjual jasa atau jurusan yang menciptakan produk.
Sehingga, terciptalah link and match antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/dunia industri.
Kemudian, bagaimana supaya tercipta link and match pada program TeFa ini sehingga semua tujuan pendidikan kejuruan yang diharapkan akan tercapai?
Upgrade kemampuan guru
Kemampuan guru ini adalah persyaratan untuk untuk menciptakan lulusan yang andal dan berkualitas.
Seiring perkembangan zaman, perubahan dalam dunia pendidikan terjadi begitu cepat dan sangan signifikan, terutama sekali dalam bidang Informasi Teknologi (IT).
Khusus guru kejuruan dituntut memahami dan menguasai informasi teknologi yang berkembang dewasa ini sesuai dengan yang diterapkan di industri-industri.
Maka, dalam hal ini kemampuan guru harus selalu disesuaikan dengan perubahan teknologi pada dunia usaha/dunia industri.
Ini merupakan tugas utama pemerintah, dalam hal ini Kemdikbudristek, untuk selalu melakukan pendidikan dan pelatihan kepada guru kejuruan.
Kegiatan ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan tuntas terhadap setiap materi dan akan lebih baik bilamana dilaksanakan langsung pada industri-industri.
Peningkatan kapasitas dan kemapuan guru ini bukan lagi hanya pembahasan teori, melainkan harus disertakan kegiatan praktik secara langsung.
Pelatihan itu termasuk juga membawa guru kejuruan meninjau langsung ke dunia usaha/dunia industri, sehingga guru memahami bagaimana suasana kerja di industri, dan kompetensi yang bagaimana yang diinginkan oleh dunia industri.
Dengan adanya kegiatan ini, guru bisa menerapkan model pembelajaran di sekolah yang selaras dengan dunia usaha/dunia industri.
Upgrade sarana dan alat praktik
Prasarana dan sarana (alat dan bahan praktik) merupakan persyaratan kedua yang harus dimiliki oleh sekolah.
Berbicara tentang alat praktik dan guru, ini ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Pada sekolah kejuruan, ada guru tanpa alat praktik, merupakan suatu pembodohan, meskipun pada bidang tertentu, alat praktik ini dapat dibuat dengan alat-alat sederhana, walaupun tidak sesuai dengan yang dipakai di dunia usaha.
Kenapa saya menggunakan istilah pembodohan karena pada mata pelajaran yang harus dipraktikkan, bila guru mengajar tanpa adanya alat praktik, maka siswa akan dipaksa mengkhayal tentang apa yang disampaikan guru.
Akibatnya, akan muncul berbagai ragam versi pemahaman terhadap suatu materi, tergantung tingkat daya khayal atau imajinasi masing-masing siswa. Alat praktik ini harus nyata dan sesuai atau minimal mendekati seperti yang dipakai di dunia industri.
Artinya, alat praktik tidak bisa digantikan dengan cara siswa menonton video tentang alat alat atau mesin produksi suatu industri, atau melihat gambar- gambar dari internet tentang alat-alat yang digunakan pada DU/DI, tanpa melihat dan menggunakan alat tersebut secara langsung.
Tetapi, untuk jurusan tertentu yang lulusannya dipersiapkan untuk menjual jasa, seperti pada keahlian nautika kapal penangkap ikan, nautika kapal niaga, aeronautika, dan akomodasi perhotelan.
Video tentang cara kerja di dunia usaha akan sangat membantu siswa memahami situasi dan kondisi lapangan kerja mereka kelak.
Kemudian, ada alat praktik tanpa guru, ini dapat saya istilahkan seperti suatu prank (canda) dalam dunia pendidikan.
Tidak bisa dibayangkan apa yang ada dibenak siswa, ketika melihat suatu alat, tetapi tidak ada guru yang mengajarkannya.
Ini dapat kita umpamakan sebagai sipuntung mendapatkan tangan, tetapi tidak tahu cara menggunakannya.
Dalam sekolah kejuruan, guru yang mumpuni pada jurusannya dengan didukung oleh sarana dan alat praktik yang sesuai, maka bagai judul sebuah lagu "Jangan pisahkan aku dan dia."
Simulasikan suasana dan cara kerja di DUDI pada PBM
Sesuai dengan makna TeFa, proses belajar
-mengajar (praktikum) yang dilakukan harus selalu mengacu sebagaimana proses produksi atau cara kerja di suatu perusahaan.
Pada tahap ini, yang dilakukan tidak hanya harus sesuai dengan teknik kerja di industri, tetapi juga perlu diarahkan bagaimana etos dan budaya kerja pada suatu industri.
Hal ini hanya bisa dilakukan bila guru tersebut sudah melihat langsung kegiatan suatu proses produksi pada suatu industri.
Setelah melalui semua tahapan ini, maka produk atau jasa yang dimiliki siswa akan link and match dengan usaha/dunia industri.
Hasil akhir daripada TeFa ini, akan memudahkan lulusan dalam memasuki dunia kerja. Maka, tercapailah slogan SMK Bisa, SMK Hebat.