SERAMBINEWS.COM - Tensi politik kian memanas usai Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) mendapat anggota baru, yakni Golkar dan PAN.
Kedua partai politik tersebut resmi bergabung dengan KKIR untuk mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Perlu diketahui kekuatan sementara suara kursi di parlemen dalam KKIR sebagai pendukung Prabowo mencapai 46,09 persen.
Menanggapi koalisi besar ini, Jusuf Kalla menyebut koalisi besar tidak menjamin sebuah kemenangan dalam pemilihan presiden.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menjelaskan, berkaca pada Pemilu 2004, saat menjadi cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pasangan capres-cawapres hanya didukung oleh Partai Demokrat, dan didukung oleh PBB dan PKPI.
Namun bisa tembus ke putaran kedua mengalahkan paslon capres-cawapres lain yang didukung oleh koalisi partai besar.
Di putaran kedua, koalisi partai yang mendukung dan mengusung SBY-JK juga tidak sebanyak paslon Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, namun bisa memenangkan Pilpres dengan perolehan 60 persen suara nasional.
Menurutnya, dalam pemilihan calon presiden, masyarakat tidak lagi melihat partai yang mendukung dan mengusung, melainkan sosok yang ditawarkan sebagai kepala negara.
Lebih lanjut, JK menilai tugas partai di Pilpres 2024 nantinya yakni meyakinkan pemilih terhadap bakal capres dan cawapres yang didukung.
Hal ini berkaca dari pilpres sebelumnya, yakni faktor kemenangan bukan lagi bergantung pada koalisi besar, melainkan pada tokoh yang diusung sebagai bakal capres dan cawapres.
Diketahui kekuatan sementara suara kursi di parlemen dalam KKIR sebagai pendukung Prabowo mencapai 46,09 persen.
Sedangkan kekuatan sementara PDIP-PPP yang mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres yakni 25,26 persen kursi di DPR.
Kemudian kekuatan sementara suara kursi di parlemen dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mendukung Anies Baswedan sebagai bakal capres sebesar 28,35 persen.(*)