Konflik Palestina vs Israel

Israel Klaim Rebut Benteng Hamas hingga Bunuh Pimpinan Unit Anti-tank, Perang 10 Jam di Utara Gaza

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan Israel digambarkan selama operasi di Gaza utara pada 8 November 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

SERAMBINEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah menguasai benteng miliki organisasi militan Palestina, Hamas setelah melakukan perang selama 10 jam di utara Gaza, Kamis (9/11/2023).

Dikutip dari Al-Arabiya, IDF mengatakan pasukan Brigade Nahal telah menguasai markas militer bernama 'Pos 17' yang berada di barat jauh Jabaliya di dekat utara perbatasan Gaza.

Selama pengambilalihan pos tersebut, pasukan Israel terlibat pertempuran dengan Hamas dan Jihad Islam yang berada di pos terdepan itu baik lewat darat maupun melalui jalur bawah tanah di kawasan itu.

IDF mengklaim perlu waktu sampai 10 jam pertempuran sehingga dapat mengalahkan pasukan Hamas dan Jihad Islam.

Mereka juga mengungkapkan, pasca berhasilnya menguasai pos tersebut, penyitaan senjata juga dilakukan.

Selain itu, IDF juga mengklaim menemukan terowongan di dekat taman kanak-kanak (TK) di mana terowongan tersebut merupakan rute bawah tanah yang luas.

"Selama pengambilalihan pos terdepan, tentara Nahal menemukan dan mengumpulkan skema pertempuran dan rencana operasional Hamas yang signifikan," ujar IDF.

Terkait klaim ini, Hamas belum memberikan pernyataan resmi.

Di sisi lain, media Palestina, WAFA melaporkan 65 orang tewas dan 100 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel ke beberapa bangunan di kamp pengungsian Jabalia di utara Gaza pada Kamis.

Selain itu, IDF juga mengklaim telah melakukan perluasan operasi di Jalur Gaza dengan menghancurkan senjata dan terowongan Hamas.

"Pasukan yang bertempur di Gaza menghancurkan senjata musuh dan mencari lokasi, mengekspos, dan meledakkan terowongan dengan perluasan operasi darat di jalur Gaza, pasukan berhasil menghancurkan infrastruktur Hamas," kata IDF.

"Sebagai bagian dari serangan darat di perbatasan Gaza, tentara IDF tengah berusaha unutk menghancurkan terowongan Hamas. Sejak awal pertempuran, 130 terowongan telah dihancurkan," sambungnya.

Baca juga: Hamas Sergap Pasukan Israel Gunakan Jaringan Terowongan saat Pertempuran Darat Sengit di Gaza

Militer Israel juga Klaim Bunuh Pimpinan Unit Anti-tank Hamas

IDF juga mengklaim telah membunuh pimpinan unit anti-tank Hamas, Ibrahim Abu-Maghsib lewat serangan udara di pabrik perakitan drone dan gudang senjata Hamas di Gaza.

"Berdasarkan pernyataan Badan Keamanan Israel (ISA) dan intelijen IDF, sebuah jet tempur IDF berhasil membunuh Ibrahim Abu-Maghsib, pimpinan unit anti tank Hamas di kamp pusat Brigade."

"Maghsib memimpin dan melakukan sejumlah peluncuran rudal anti-tank yang ditujukan kepada warga sipil Israel dan tentara IDF," kata IDF, dalam pernyataannya.

Klaim IDF ini pun belum diakui atau dibantah oleh Hamas.

IDF juga mengklaim telah mengetahui pabrik perakitan drone dan gudang senjata Hamas berada di sebuah bangunan tempat tinggal di Gaza.

"Tentara IDF menemukan fasilitas pembuatan dan penyimpanan senjata Hamas yang digunakan untuk memproduksi dan menyimpan UAV serta senjata."

"Fasilitas tersebut berada di rumah yang berlokasi di sebuah perumahan, dekat dengan sekolah-sekolah di pusat lingkungan Sheikh Radwan di Gaza Utara," sambungnya.

Baca juga: VIDEO Lubang di RS Gaza Ini Hanya Saluran Air, Bukan Terowongan Hamas, Tuduhan Israel Terbukti Salah

Israel Sebut Kepung Pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Bunker

 Israel mengungkapkan telah mengepung pemimpin hamas, Yahya Sinwar di bunkernya di Gaza.

Selain itu, militer Israel juga mengeklaim telah membunuh pengembang senjata senior Hamas, Mahsein Abu Zina.

Pengepungan dan pembunuhan tersebut dilaporkan terjadi Selasa (7/11/2023), ketika pasukan Israel masuk lebih dalam ke Gaza.

 
Mereka juga menargetkan penghancuran jaringan terowongan Hamas yang berada di bawah Gaza.

Juru Bicara Militer Israel Jonathan Conricus menegaskan masih banyak pemimpin Hamas yang harus dihancurkan.

“Arahannya jelas untuk membunuh dan menangkap semua pemimpin Hamas, mereka yang merencanakan, memfasilitasi dan melaksanakan pembantaian 7 Oktober di Israel,” kata Cornicus dikutip dari Sky News, Rabu (8/11/2023).

“Kami sudah mengatakannya dengan jelas. Mereka semua adalah orang mati berjalan, dan hanya masalah waktu di dalam dan di luar Gaza, sampai para pemimpin Hamas ini ditangkap atau dibunuh Israel,” ujarnya.

Sinwar yang disebut Israel telah mereka kepung dan desak disebut sebagai kepala orkestrator pada pembantaian 7 Oktober di Israel.

 
"Pria berusia 61 tahun itu membantu membangun sayap militer Hamas Qassam Brigades, dan kemudian dikenal sebagai “Penjaga dari Khan Younis”, karena usahanya memburu mata-mata Israel.


Ia sempat ditangkap dan ditahan pada 1989 karena pembunuhan dua prajurit Israel dan empat warga Palestina.

Dihukum selama 22 tahun sebelum dibebaskan pada 2011, sebagai bagian dari perjanjian pertukaran tahanan.

 

Baca juga: Perang dengan Hamas, Menteri Israel Persenjatai 10 Ribu Pemukim Yahudi, Tepi Barat Ikut Memanas

Korban Terbunuh Serangan Israel ke Gaza Jadi 10.569 Warga Sipil, Termasuk 4.324 Anak-anak

 

10.569 orang termasuk 4.324 anak-anak, 2.823 wanita, dan 649 lansia tewas terbunuh per hari Rabu, (8/11/2023) dalam serangan israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.

Salama Marouf, juru bicara kantor tersebut, mengatakan kepada para wartawan hari Selasa malam, (7/11/2023), selain jumlah tersebut, 2.550 orang, termasuk 1.350 anak-anak, hilang terjebak di bawah puing-puing dan hampir 26.000 orang lainnya terluka seperti laporan kantor berita Palestina WAFA dan kantor berita Turki Anadolu, Rabu, (8/11/2023).

Dia mengatakan jumlah kematian tersebut termasuk 1.021 warga Kota Gaza dan utara Jalur Gaza yang diungsikan ke daerah-daerah yang pendudukan klaim sebagai aman di selatan Jalur Gaza dan 49 jurnalis.

Dia juga mencatat 193 tenaga medis dan kesehatan tewas, 45 ambulans hancur, 113 lembaga kesehatan mengalami kerusakan parah, dan 18 rumah sakit serta 40 pusat kesehatan ditutup.

Marouf menekankan bahwa "pendudukan melakukan 1.071 pembantaian terhadap keluarga-keluarga Palestina sementara 1,5 juta warga diungsikan dari rumah mereka."

Israel meluncurkan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober. 

Para diplomat negara G7 hari Rabu, (8/11/2023) mengumumkan sikap bersama mengenai perang Israel-Hamas. Mereka mengutuk tindakan Hamas, mendukung serangan brutal Israel di Gaza dengan kalimat mendukung hak Israel untuk membela diri, dan menyerukan "jeda kemanusiaan" untuk mempercepat bantuan kepada warga sipil yang membutuhkan di Jalur Gaza.

Pertemuan G-7 tersebut, bagaimanapun, tidak mengkritik apalagi mengutuk Israel atas serangan brutal di Gaza. 

G7 memilih untuk mendesak jeda kemanusiaan dari Israel sementara negara-negara Arab dan Muslim menuntut gencatan senjata penuh yang berlaku segera, sesuatu yang ditolak oleh Amerika Serikat dan sekutunya yang membela upaya Israel untuk memusnahkan Hamas.

Terdapat juga penolakan negara Arab terhadap pembahasan masa depan Gaza, dengan negara-negara Arab mengutamakan penanganan krisis kemanusiaan yang mendesak.


Dalam pernyataan mereka setelah dua hari pertemuan, negara-negara G7 berusaha menjaga keseimbangan antara kritik tegas terhadap serangan Hamas terhadap Israel dan urgensi untuk membantu warga sipil yang terkepung di wilayah Palestina.

"Kami mendukung jeda kemanusiaan dan koridor untuk memfasilitasi bantuan yang sangat dibutuhkan, pergerakan warga sipil, dan pembebasan tawanan," kata Menlu AS Antony Blinken seperti laporan Associated Press, Rabu, 8 November 2023.

Baca juga: Aksinya Terekam CCTV, Polisi Tangkap Pelaku Curanmor di Krueng Raya

Baca juga: VIDEO Tentara IDF Berkhianat, Bocorkan Kebobrokan Pemerintahan Israel, Sebut Kekuatan Militer Nol

Baca juga: Bardan Dorong Duta Gayo Tampil Maksimal di PKA

 

Berita Terkini