Laporan Zubir | Langsa
SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Orangtua korban penganiayaan anak di bawah umur, Hafrizal Rozi pada Selasa (9/1/2024), melakukan aksi demo tunggal ke Kantor Wali Kota Langsa.
Rozi datang sambil membawa anaknya, serta 2 orang anak lainnya yang juga menjadi korban dugaan penganiayaan pada Sabtu (6/1/2024) malam lalu.
Insiden dugaan penganiayaan itu terjadi di BTN Asamera Gampong Matang Seulimeng, Kecamatan Langsa Barat yang diduga dilakukan sejumlah warga setempat dan warga luar.
Sementara Haprizal Rozi juga tercatat sebagai warga Gampong Matang Seulimeng, sekarang tinggal di Lorong Karya, termasuk dua anak lainnya itu juga warga setempat.
Aksi demo tunggal menuntut keadilan terhadap anaknya itu ia akhiri sekitar pukul 11.00 WIB, sejak ia datang ke Kantor Wali Kota pada pukul 09.30 WIB.
Sebelum datang ke Kantor Wali Kota, juga sempat menyampaikan orasinya di pintu gerbang BTN Asamera Gampong Matang Seulimeng.
Hafrizal Rozi dalam orasinya menyampaikan berapa poin tuntutan, yaitu menuntut para pelaku penganiayaan terhadap anaknya serta temannya itu untuk segera diproses hukum.
Lalu, Hafrizal Rozi juga meminta Keuchik Gampong Matang Seulimeng agar menggunakan kewenangannya menertibkan masyarakat setempat yang tidak tertib sosial.
Kemudian, Hafrizal Rozi menegaskan atau mengklarifikasi bahwa anak-anak tersebut merupakan korban, bukan penjahat dan bukan pembuat rusuh di gampong.
“Tetapi mereka difitnah sebagai pencuri malam itu hingga terjadinya penganiayaan di Komplek BTN Asamera Gampong Matang Seulimeng,” tukasnya.
Untuk itu, Hafrizal Rozi meminta Pemko Langsa supaya berkoordinasi dengan Polres Langsa untuk mengusut tuntas masalah penganiayaan terhadap anak di bawah umur itu.
"Kasus penganiayaan ini, saya juga telah membuat laporan ke Polres Langsa, termasuk melakukan visum terhadap anak saya sebagai alat bukti, juga ada video rekaman penganiayaan malam itu," terangnya.
Kronologis kejadian
Hafrizal Rozi menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa anaknya pada Sabtu (6/1/2024) sekitar pukul 22.00 WIB.
Kala itu, anaknya yang berinisial R (12), meminta izin sebentar kepadanya untuk keluar rumah hendak membeli kepala ayam guna menangkul kepiting esoknya.
R keluar rumah dengan sepeda motor Mio Soul satu-satunya milik Hafrizal Rozi, dengan mengajak temannya yang tinggal sekitar rumahnya berinisial F (13).
Saat anaknya itu tiba di kawasan BSP Gampong Matang Seulimeng, mereka dipanggil RD (16 tahun), yang juga menjadi korban, warga BTN Polri Matang Seulimeng.
RD meminta tolong ke R dan F agar mengantarkannya pulang.
Tapi saat itu tiba-tiba mereka dikejar sekelompok orang dengan sepmor, sehingga mereka tancap gas hingga masuk ke BTN Asamera.
Waktu itu yang mengejar korban diduga memprovokasi warga BTN dengan meneriaki maling-maling.
Sehingga warga di sana ikut mengejar korban yang menggunakan sepmor Mio Soul milik Hafrizal Rozi.
Karena kawasan BTN terpasang portal, korban memilih meninggalkan sepmor di sana dan kabur ke persawahan sekitar SMP BTN Asamera.
Tetapi tak lama kemudian, R dan RD tertangkap warga, sedangkan F berhasil lolos dan dalam kondisi ketakutan, ia pulang ke rumah.
Singkat cerita, anaknya R dan RD lama diinterogasi di pos jaga BTN Asamera.
Saat itulah, kedua anak di bawah umur itu diduga mengalami penganiayaan.
"Anak saya katakan, mereka dipaksa mengakui melakukan pencurian, tapi mereka tidak ada lakukan itu," ujarnya.
“Namun, RD ternyata dikejar oleh kelompok remaja lainnya malam itu karena ia ada ikut-ikutan kelompok tawuran, itu saja,” terang dia.
"Tapi anak saya dan F tidak ada ikutan tawuran, mereka main di sekitar rumah, hingga pukul 22.00 WIB, minta izin pinjam sepmor untuk beli kepala ayam," katanya lagi.
Menurut Afrizal, ia malam itu juga sudah berperasaan tidak enak, karena hingga pukul 01.00 WIB, anaknya tak pulang-pulang.
Hingg akhirnya sekitar pukul 01.30 WIB, Hafrizal ditelpon petugas dari Polres Langsa bahwa anaknya telah di Polres Langsa.
Sementara sepmor Yamaha Mio Soul milik satu-satunya Hafrizal untuk mencari nafkah sehari-hari, hancur dirusak bahkan baterainya hilang.
"Sepmor malam itu saya ambil ke Pos BTN Asamera, kondisinya hancur dirusak,” tukas Rozi.
“Saya minta keadilan atas kasus ini, karena anak saya bukan pencuri, mereka tidak mencuri," tegasnya.(*)