Teungku Mulia Nata bin Jumadi merupakan mahasiswa Aceh di Mesir, yang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo angkatan 2018.
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM - Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Seorang mahasiswa asal Nagan Raya, Aceh, Mulia Nata bin Tgk Jumadi, meninggal dunia di Kairo, Mesir, pada Kamis (11/1/2024) pukul 14.00 waktu Mesir.
Kabar tersebut dibenarkan oleh keluarga Mulia Nata di Nagan Raya setelah mendapat kabar dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mesir dan organisasi paguyuban Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir pada hari yang sama.
Teungku Mulia Nata bin Jumadi merupakan mahasiswa Aceh di Mesir, yang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo angkatan 2018.
Menurut informasi, saat itu Mulia Nata sedang berada di sebuah jalan sempit di Distrik Darrasah, Mesir.
Distrik tersebut merupakan yang terpadat karena merupakan pusat Al-Azhar.
Di distrik itu sangat mudah dijumpai majelis-majelis ilmu para masyayikh Al-Azhar.
Baca juga: Warga Aceh Korban Lakalantas Harus Dikuburkan di Malaysia, Haji Uma Minta Keluarga Ikhlas
Pada Minggu (7/1/2024) malam, seperti biasanya ia keluar untuk shalat Isya ke masjid terdekat.
Saat sedang melintas di sebuah gang, tiba-tiba sebongkah batu sebesar batako, sepertinya batu bata beton jatuh dari sebuah gedung tua dan menimpa Mulia Nata.
Mahasiswa asal Aceh itu pun terjatuh. Ia dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
Menurut kesaksian teman-temannya, Mulia Nata merupakan salah satu mahasiswa Aceh di Mesir yang memiliki akhlak mulia. Ia gemar membantu dan tipikal pencari ilmu sejati.
Isak tangis pecah saat Tgk Jumadi mengetahui kabar anak kandungnya yang mengalami musibah dan terbaring lemah di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Mustafa Al Husein, Kairo.
Menurut sumber Serambinews.com, seorang dosen Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Tgk Jumadi selaku ayah korban dan seluruh keluarga selama tiga malam terakhir melaksanakan doa bersama di kediamannya untuk kesembuhan sang putranya.
Baca juga: IRT Asal Langsa Meninggal Tenggelam Saat Liburan di Pemandian Air Terjun Suhom Lhoong Aceh Besar
Doa bersama juga dilaksanakan di sejumlah dayah di Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Besar.
Tak pernah terbayangkan oleh Tgk Jumadi bahwa anaknya yang selama ini menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo terkulai lemah di ruang ICU rumah sakit akibat tertimpa batu yang luruh dari bangunan tua.
"Padahal, pemuda yang berusia 29 tahun itu dikenal memiliki nilai akademik yang sangat baik. Ia sosok yang cerdas, rajin, baik, dan taat beribadah," kata sumber Serambinews.com yang mengenal baik Mulia Nata.
Alumnus Pesantren Darul Hikmah, Peunaga Rayeuk, Aceh Barat dan juga alumnus Dayah Baitussabri, Aceh Besar, ini sejak SMP hingga SMA dikabarkan selalu mendapat nilai bagus.
Ia sempat mondok di Al Fatah Temboro selama enam bulan untuk belajar dan mengambil tarekat, juga di Sitogiri, Jawa Timur, selama enam bulan.
Mulia Nata juga sempat mondok di Gresik dan terakhir sebelum ke Mesir, ia mengikuti daurah di Darul Mustafa Cabang Karanganyer.
Baca juga: Memboikot Produk Israel dan Para Pendukungnya
Kehidupan Mulia Nata di masa kecil sama seperti anak-anak pada umumnya.
Menurut Tgk Jumadi, hanya sampai pada usia 13 tahun saja ia mendidik dan menemani Mulia Nata.
Sejak usia 13 tahun hingga meninggal, Tgk Mulia Nata selalu dalam kondisi menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya.
Tgk Jumadi bersama keluarga besar lainnya tak dapat berbuat banyak untuk sang putra, selain berdoa.
Tgk Jumadi juga meminta bantu pada mahasiswa teman-teman Mulia untuk membantu putranya selama di rumah sakit.
“Tolong bantu anak saya, jaga anak saya, kalianlah orang tuanya. Kami belum bisa ke Mesir untuk menjaga Mulia,” ujar Tgk Jumadi dengan suara bergetar menahan tangis saat berkomunikasi dengan salah seorang sahabat Mulia yang menjaganya selama dirawat di rumah sakit.
Tgk Jumadi tampak tak kuasa menahan tangis manakala melihat anak mudanya itu terkulai lemah tak sadarkan diri dalam perawatan medis di rumah sakit.
“Bangun Nak, sehat kembali ya, Nak. Ya Allah, sembuhkanlah anakku, sadarkanlah ia. Lekas sembuh anakku, kami orang tuamu di sini, Nak.
Kami semua mendoakanmu. Tolong dengar kami, Nak,” begitu antara lain kata yang terucap dari bibir ayahanda Mulia Nata.
Seorang sahabat Mulia Nata dalam sebuah tulisan pendeknya di grup WA mengisahkan bahwa tatkala ia di Mesir, Teungku Mulia Nata-lah yang menemaninya ziarah ke 100 makam ulama.
Umrah 100 kali
Pada 27 Ramadhan tahun lalu, Mulia Nata juga menemaninya khatam Al-Qur'an di Masjid Imam Syafii di depan makam Zakaria Al Ansari.
Mulia Nata menemani sang sahabat hingga larut malam.
Tiga jam sebelum musibah menimpa, Mulia Nata menelepon sahabatnya, menyampaikan rasa puasnya karena baru pulang dari Arab Saudi.
Di Madinah, dia mengkhatamkan beberapa kitab. Kemudian, dia juga berhasil melakukan umrah sebanyak 100 kali.
Allahyarham Teungku Mulia Nata beralamat di Gampong Ujong Padang, Kuala, Nagan Raya. Jenazahnya dalam proses pemulangan dari Mesir ke Indonesia.
Almarhum sempat dirawat intensif di ICU Rumah Sakit Mustafa Al Husein.
Sofyan, mahasiswa Al-Azhar asal Aceh Barat yang turut mendampingi Mulia Nata sejak awal masuk rumah sakit, meng-update informasi setiap saat kepada keluarga yang perkembangan kondisi kesehatan jantung, pernapasan, dan aliran darah Mulia Nata yang sempat membaik.
Namun, pada hari Kamis (11/1/2024) siang waktu Mesir, Mulia mengembuskan napas terakhirnya.
“Setelah tiga hari dirawat di Rumah Sakit Mustafa Al Husein, kondisi Teungku Mulia sempat membaik.
Namun, belum sadarkan diri, pada Kamis siang beliau mengembuskan napas terakhir,” ujar Tgk Sofyan melalui pesan tertulis yang diterima pihak keluarga Mulia Nata.
Dikonfirmasi ke pihak keluarga, Giyanto (abang kandung almarhum) menyebutkan bahwa jenazah adiknya saat ini sedang dalam proses pemulangan dari Mesir.
"Insyaallah Sabtu pagi diberangkatkan ke Jakarta dengan pesawat Turkish Airlines dan tiba di Jakarta pada Ahad sore.
Kemudian Senin pagi diterbangkan lagi ke Aceh dan tiba Senin siang.
Kemudian melalui jalur darat jenazah dibawa ke Nagan Raya, sebagaimana konfirmasi terakhir dengan Ustaz Zaki, senior Keluarga Mahasiswa Aceh di Mesir," ujar Giyanto. (*)