Perang Gaza

Perjuangan Seorang Ibu di Gaza yang Putus Asa Mencari Susu untuk Anaknya, Tapi tak Menemukannya

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak Gaza mengantre makanan di kamp pengungsian.

SERAMBINEWS.COM - Kantor Berita AFP menerbitkan wawancara yang mengharukan dengan seorang ibu di Gaza, Amira al-Taweel, yang berjuang mendapatkan susu untuk memberi makan anaknya yang kekurangan gizi, Youssef.

“Youssef membutuhkan pengobatan dan susu, tapi tidak ada yang tersedia di Gaza,” kata Amira seperti dilansir Al Jazeera, Sening (3/6/2024).

“Saya memberinya makan, tapi tidak ada susu karena tidak tersedia. Saya memberinya makan gandum (tepung) yang membuatnya kembung.”

Amira saat ini merawat putranya di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza tengah, di mana banyak anak lainnya menerima perawatan karena kekurangan gizi.

Bayi laki-laki lainnya bernama Saif juga ditemukan AFP dengan tulang menonjol dari kulitnya.

Baca juga: Ben Gvir Berniat Gulingkan Pemerintahan Netanyahu Jika Teken Gencatan Senjata yang Diajukan Biden

“Kami bergantung pada bantuan yang datang ke sini dan diberikan kepada anak-anak,” kata Noha al-Khaldi, ibu Saif.

"Sepanjang malam dia menderita... Dia seharusnya menjalani operasi, tapi ditunda."

Genosida di Gaza sejauh ini telah merenggut nyawa ribuan orang, dan jumlahnya semakin meningkat akibat blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari empat dari lima anak di Gaza seharian tidak makan setidaknya satu kali dalam 72 jam terakhir.

“Anak-anak kelaparan,” kata juru bicara WHO Margaret Harris dalam sebuah pernyataan.

Badan-badan bantuan menunjukkan bahwa krisis kekurangan gizi disebabkan oleh tidak adanya bantuan kemanusiaan yang sampai ke penerima yang dituju.

Para dokter di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa menuntut lebih banyak bantuan, terutama susu, untuk merawat anak-anak yang kekurangan gizi.

“Pendudukan telah menghalangi masuknya makanan, terutama susu, kepada anak-anak, yang menyebabkan kelemahan serius pada tubuh, pertumbuhan yang sangat buruk, dan infeksi berbagai penyakit,” kata Dr Mostafa kepada AFP saat ia mengamati foto rontgen seorang pasien di kantornya.

Penutupan perbatasan Rafah, jalur utama bantuan dari Mesir ke Gaza, telah memperburuk situasi sejak wilayah tersebut berada di bawah kendali pasukan Israel pada 7 Mei.

Penutupan ini telah menghalangi masuknya makanan dan pasokan medis, sehingga memperburuk krisis gizi buruk pada anak-anak.(*)

Berita Terkini