Bireuen

Pendidikan Kader Ulama Bireuen Digelar hingga 15 Juni, Wakil Ketua STIS Ummul Ayman Jadi Pemateri 

Penulis: Yusmandin Idris
Editor: Eddy Fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syeh Khaliluddin MA salah seorang pemateri pada seminar kegiatan Pendidikan Kader Ulama (PKU) di Hotel Bireuen Jaya, Minggu (9/6/2024).

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Ummul Ayman, Samalanga, Bireuen,  Syeh Khaliluddin MA  salah seorang pemateri pada seminar kegiatan Pendidikan Kader Ulama (PKU) di
Hotel Bireuen Jaya, Minggu (9/6/2024).

Syekh Khalil panggilan akrabnya mengupas  tentang Sosiologi, Tamadun dan Kearifan Lokal.

Kepala Sekretariat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Tgk Sayed Jamaluddin Al Habsyi SE menyebutkan PKU diikuti 34 peserta dari 17 kecamatan di Kabupaten Bireuen yang berlangsung mulai 27 Mei lalu sampai 15 Juni.

Peserta adalah  perwakilan dari dayah, pesantren, guru pengajian dan unsur lainnya.  Pendidikan kader ulama bertujuan meningkatkan kemampuan kader ulama  dalam memahami syariat Islam dari sumber aslinya.

Selain itu kata Said meningkatkan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan keislaman, ilmu pengetahuan dan teknologi dan keserasian pemahaman  dan penerapan ilmu dan amal dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan membahas tugas-tugas pokok (tupoksi) MPU, materi bidang ilmu tauhid dan tasawuf,   ilmu tafsir, ilmu hadis, ushul fiqh, figh muqarram, legal drafting dan perundang-undangan, sosiologi Islam keteladanan dan kearifan lokal.

Syekh Khalil salah seorang pemateri memaparkan tentang Sosiologi, Tamadun dan Kearifan
Lokal.

Syekh antara lain menyebutkan,  Islam adalah agama yang universal dan sempurna secara normatif. Umat Islam patut berbahagia karena setiap sendi kehidupan dalam berbagai dimensi ruang dan waktu Islam hadir sebagai pedoman.

“Tidak terkecuali dalam hal interaksi sosial, agama Islam punya andil dan kontribusi besar dalam memonitoring interaksi sesama manusia,” ujar Syekh.

Interaksi manusia, menurut Syeh, ada dua dimensi: dimensi interaksi dengan Allah (transcendental) dan interaksi dengan sesama manusia (sosial). Sebagai makhluk sosial, maka tentu harus memperhatikan dengan baik terkait tentang dimensi sosial.

Menurutnya, ada tiga jenis dimensi interaksi sosial seseorang dengan sesama manusia lainnya, yakni kooperatif (kerjasama), kompetitif (bersaing) dan konflik (pertentangan).

Interaksi sosial diperlukan karena faktor keterbatasan, ketidakmampuan, ketidaksempurnaan dan kelangkaan. “Dan
manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah,” ujar Syekh mengutip ayat Al Quran Surah An Nisa: 28.

Oleh karena itu, jika setiap orang telah menguasai ketiga jenis dimensi sosial tersebut, maka ia akan lebih bijak dalam bermasyarakat serta mencarikan jalan keluar ketika ada permasalahan.

Di akhir pemaparannya, Syekh berharap agar kader-kader ulama muda ini bisa memahami betul tentang tata interaksi dengan masyarakatnya. Sehingga menciptakan suasana yang aman dan asri. (*)

 

Berita Terkini