HARIAN Serambi Indonesia edisi Senin (14/10/2024) memberitakan, area terdampak banjir di Aceh Tamiang makin meluas. Satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat terseret arus. Sedangkan 1.521 jiwa terpaksa mengungsi. Meluasnya dampak banjir ini akibat air sungai tak mengalir karena tertahan arus pasang mati air laut. Karena itu, Pj Bupati Aceh Tamiang, Asra, mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan karena masih ada potensi banjir hingga tiga hari ke depan.
Sejumlah desa di Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur, juga terendam banjir pada Minggu (13/10/2023). Banjir terjadi setelah hujan deras hingga meluapnya sejumlah sungai yang ada di kawasan itu. Akibatnya, ratusan warga harus mengungsi. Adapun arus listrik di Kecamatan Tripe Jaya, Gayo Lues, padam total akibat ambruknya dua tiang listrik ke jalan setelah oprit Jembatan Rerebe, tergerus banjir pada Minggu (13/10/2024) pagi. Hujan deras juga menyebabkan jalan amblas dan longsor di beberapa lokasi.
Di Aceh Selatan, 490 warga harus mengungsi akibat banjir yang merendam sejumlah desa dalam empat kecamatan. Banjir di Aceh Selatan juga akibat intesitas hujan yang tinggi. Sementara itu, banjir yang melanda Nagan Raya hingga Minggu (13/10/2024) belum surut. Adapun jalan yang menghubungkan Abdya dan Gayo Lues lumpuh total setelah tertimbun longsor akibat tingginya intensitas hujan. Sedangkan di Simeulue, hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah itu pada Minggu (13/10/2024) menyebabkan Jalan Luan Balu menuju Bulu Hadek, Kecamatan Teluk Dalam, amblas.
Mengacu pada peristiwa yang terjadi di beberapa daerah tersebut, kiranya masyarakat di seluruh Aceh harus selalu bersiap diri menghadapi dampak musim hujan yang kini sedang berlangsung. Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sejumlah daerah di Aceh masih berpotensi diguyur hujan lebat. Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM), Nabila, mengatakan, potensi dampak dari hujan lebat mulai dari jembatan yang rendah tak dapat dilintasi, longsor hingga guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, serta volume aliran sungai meningkat atau banjir yang berbahaya dan mengganggu aktivitas masyarakat dalam skala menengah.
Saat dihubungi Serambi, Minggu (13/10/2024), Nabila menyebutkan, sebaran hujan di Aceh cukup merata terutama di bagian timur yang meliputi Pidie Jaya, Aceh Timur, Aceh Tamiang, hingga Aceh Tenggara. Hal ini karena Aceh sekarang sudah memasuki musim hujan hingga beberapa waktu ke depan.
Karena itu, kita semua agar lebih berhati-hati saat musim hujan seperti sekarang dan selalu waspada terhadap bencana hidrometeorologi yang menyertainya. Kesiapan menghadapi musim penghujan ini merupakan hal penting bagi kita semua, terutama bagi yang tinggal di kawasan yang rawan terdampak banjir, tanah longsor, dan berbagai jenis bencana alam lainnya. Untuk mengantisipasi dampak curah hujan yang tinggi, kita juga harus menata lingkungan masing-masing dengan baik. Caranya, antara lain, dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak memotong lereng atau menebang pohon, serta rutin bergotong royong membersihkan saluran di daerah masing-masing.
Di luar itu, potensi bencana yang terjadi sebagai dampak dari musim hujan tak hanya satu jenis saja dan dapat berlangsung secara bersamaan (contohnya banjir dan tanah longsor). Karenanya, pemerintah melalui instansi terkait harus segera melaksanakan simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana di puncak musim hujan. Sehingga masyarakat lebih mengerti apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu mengalami dampak musim hujan hingga mengganggu aktivitas mereka. Dengan berbagai upaya tersebut, kita berharap kerentanan dampak musim hujan dapat dikurangi. (*)
POJOK
Persiraja gagal menanjak
Berarti ke depan harus ditambah lagi ‘gas’-nya bro kan?
Jokowi resmikan AMANAH untuk anak muda Aceh
Gedungnya bernama AMANAH, tapi anak muda Aceh apa bisa benar-benar amanah atau nggak ya?
Kapolresta ingatkan warga tak terprovokasi
Jelang pilkada pasti banyak provokator yang ‘bermain’ Pak kan?