The Guardian Ungkap Momen-momen Terakhir Yahya Sinwar Sebelum Meninggal: Syal dan Tongkat
SERAMBINEWS.COM – Kantor berita The Guardian dalam laporannya mengatakan perlawanan Yahya Sinwar terhadap pasukan Israel hingga nafas terakhirnya telah menginspirasi kekaguman dan membuatnya menjadi ikon di Gaza dan sekitarnya.
Media itu pada Minggu (20/10/2024) mengungkapkan bahwa narasi Israel yang dikeluarkan saat-saat terakhir menjelang mati syahidnya pemimpin politik Hamas Yahya Sinawar, terjadi ketidakkonsistenan.
Karbar kematian Yahya Sinwar telah menarik perhatian luas di media sosial, sehingga membuatnya mendapat gelar "martir" yang gugur demi tujuan yang diyakininya.
“Ketika para peserta pelatihan Brigade Bislamach melihat tiga orang bersenjata di reruntuhan kamp Rafah pada Rabu, baku tembak pun terjadi, yang mengakibatkan setidaknya satu orang Palestina terluka,” laporan media itu.
“Para pejuang Hamas berpencar dan melarikan diri, dua dari mereka masuk ke satu gedung, dan yang ketiga, yang tampaknya terluka parah, masuk ke gedung lain,” tambah The Guardian.
Media itu mengungkapkan, patroli IDF mengarahkan tembakan tank ke dua gedung tersebut, tetapi ketika mereka memasuki bangunan yang hancur tempat satu orang yang terluka berlindung, jelas terlihat bahwa Yahya Sinwar masih hidup.
“Dia melemparkan dua granat dari lantai dua, satu di antaranya meledak dan satu lagi tidak, menurut laporan pers Israel,” sebut The Guardian.
Para prajurit Israel mundur dan mengirim pesawat nirawak melalui lubang menganga di sisi bangunan untuk menyelidiki bagian dalam yang hancur.
Rekaman dari kamera yang dirilis oleh IDF pada Kamis malam, merekam saat-saat terakhir Yahya Sinwar.
Ia duduk di salah satu dari tiga kursi berlengan, punggungnya menghadap pesawat tanpa awak dengan tunggul berdarah di sandaran tangan tempat tangan kanannya seharusnya berada.
Mendengar dengungan pesawat kecil itu, ia menoleh ke arahnya, wajahnya ditutupi syal, dan saat pesawat itu mendekat, ia melemparkan tongkat ke arahnya dengan tangan kirinya.
Tindakan perlawanan terakhir yang memaksa pesawat tanpa awak milik Israel itu mundur.
Para peserta pelatihan Bislamach kemudian mengarahkan tembakan tank lain ke lantai dua gedung dan mengirimkan pesawat tak berawak lagi untuk memastikan Yahya Sinwar telah meninggal.
Laporan tersebut merujuk pada bagaimana media sosial dengan cepat menyebarkan citra dan puisi, termasuk karya penyair Palestina terkenal Mahmoud Darwish, yang selaras dengan narasi perlawanan dalam menghadapi kekuatan yang luar biasa.
The Guardian juga mencatat bahwa Sinwar dipersenjatai dengan pistol, yang menurut beberapa laporan Israel diambil dari seorang mantan perwira intelijen militer di tentara Israel yang terbunuh dalam operasi rahasia di Gaza pada tahun 2018.
Lebih jauh lagi, The Guardian menarik persamaan antara Sinwar dan tokoh ikonik Ernesto Che Guevara , dokter Argentina yang bertempur dalam Revolusi Kuba dan dibunuh oleh tentara Bolivia pada tahun 1967, sehingga menjadi simbol perjuangannya.
Di tempat lain, The Guardian menekankan bahwa kesyahidan Sinwar sebagai seorang pejuang akan menjaminnya mendapat tempat terkemuka di hati rakyat Palestina dan dalam ingatan kolektif mereka.
Mereka mencatat bahwa meskipun sumber daya yang tersedia untuk perlawanan terbatas, ia mampu "mengubah aturan permainan."
Setelah area tersebut diperiksa apakah ada bahan peledak, jasad kemudian Sinwar dikeluarkan dalam kantung mayat hitam, dan otopsi cepat mencatat ia mengalami luka tembak di kepala.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah itu tembakan tank atau tembakan dari senapan Israel yang mengakhiri hidupnya.
Dampak pembunuhan Sinwar masih belum pasti.
Tidak jelas apakah Hamas akan menyerah atau berjuang lebih keras, tetapi tidak diragukan lagi bahwa foto-foto terakhir pemimpin Hamas, yang mengenakan perlengkapan tempur setelah berjuang sampai akhir, hanya akan meningkatkan statusnya sebagai martir bagi sebagian orang.
Tidak mengherankan, keberadaan jasadnya kini menjadi rahasia negara Israel.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)