Jurnalisme Warga

Instalasi Gizi Tak Terlihat, tapi Berperan Dalam Penyembuhan Pasien

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SRI MULYATI MUKHTAR

SRI MULYATI MUKHTAR, S.K.M., M.K.M., Promotor Kesehatan Masyarakat pada Instalasi Gizi RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, melaporkan dari Instalasi Gizi RSU Cut Meutia, Aceh Utara

Reportase ini saya tulis berkenaan dengan peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) Ke-65 yang diperingati pada 25 Januari setiap tahunnya. Saya ingin berbagi informasi kepada masyarakat bahwa meski tak terasa, peran dan kontribusi instalasi gizi di sebuah rumah sakit sangatlah penting bagi kesembuhan pasien.

Sejatinya, tak hanya obat-obatan sebagai faktor penyembuh bagi pasien, tentunya harus dibarengi dengan diet seimbang sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Idealnya makanan yang disajikan di rumah sakit sangat membantu proses penyembuhan dan harus dihabiskan oleh pasien.

Masih banyak masyarakat belum begitu familier dengan ‘instalasi gizi’ terutama bagi mereka yang jarang berkunjung ke rumah sakit. Ironisnya, orang sering  menyebutnya "dapur" walaupun sejatinya di sana bukan hanya proses masak-memasak, melainkan dimulai dari proses perencanaan menu sampai dengan evaluasi setelah makanan dikonsumsi pasien.

Instalasi gizi adalah salah satu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab memberikan asupan makanan yang tepat dan bergizi seimbang kepada pasien yang membutuhkannya. Di instalasi gizi terdapat tim ahli gizi dan para pekerja gizi  yang akan memastikan bahwa pasien mendapatkan nutrisi cukup untuk proses penyembuhannya.

Orang awam menyangka berobat ke rumah sakit hanya mendapatkan obat dan tindakan medis semata, terutama bagi pasien rawat inap. Mereka tidak tahu bahwa ada yang terpenting lainnya yang ikut menjadi penunjang kesembuhan pasien rawat inap, yakni proses pelayanan gizi dengan pemberian diet sesuai diagnosis penyakit pasiennya.

Bagi yang pernah membesuk pasien yang dirawat inap mungkin sempat mencermati makanan yang disajikan. Ada yang berbentuk makanan biasa, bubur nasi atau makanan lunak, makanan saring, bahkan makanan cair yang umumnya diberikan kepada pasien dengan selang (NGT) karena tidak bisa makan melalui mulutnya, atau pasien yang sulit sekali mengunyah. Ini adalah beberapa contoh konsistensi makanan yang disajikan dengan menyesuaikan kondisi pasien.

Saat suatu pagi saya menemani para pekerja dapur gizi, sehabis subuh jarum jam masih di angka 05.30 WIB, sejak itu aktivitas instalagi gizi sudah dimulai. Tterlihat sejumlah pekerja di ruang persiapan bahan makanan sedang membersihkan, menyiangi, dan memotong sayuran, ikan, dan lauk nabati. Mereka juga menimbang kadar gizi setiap bahan makanan. Sementara di ruang produksi sedang berlangsung proses merebus air, menanak nasi, meracik bumbu, sambil menunggu bahan makanan disiapkan untuk dimasak.

Di sisi lain di ruang distribusi para pramusaji sedang menyiapkan label makanan setiap pasien sesuai diet yang dibutuhkan sehingga tidak  tertukar. Tidak ketinggalan di ruang pencucian sedang berlangsung proses pembersihan tempat makanan pasien. Inilah Dapur Gizi Instalasi Gizi RSU Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara yang dipimpin oleh Bapak Ifzal, S.Gz.RD, MKM.

Selanjutnya ketika proses persiapan bahan makanan selesai, makanan diantar ke ruang produksi untuk dimasak

Setelah masak dilanjutkan ke ruang distribusi. Di ruang distribusi makan akan diatur sajiannya sesuai dengan jenis dietnya dan dilakukan penimbangan makanan sesuai porsi yang dibutuhkan.

Tahap selanjutnya adalah pengantaran makanan ke ruang rawat inap pasien  menggunakan troli. Troli yang digunakan adalah troli stainless steel berpintu yang bisa tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi selama proses distribusi dari dapur ke kamar pasien.

Dalam pelaksanaannya saya melihat banyak tantangan dijumpai, tetutama kondisi pasien yang mengalami penurunan nafsu makan ketika sedang sakit. Untuk menyiasatinya para ahli gizi dan dan juru masak berusaha keras meracik bumbu dan makanan supaya enak dan disajikan dengan bentuk menarik, sehingga mereka tidak akan memilih makanan luar yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya.

Selama pasien dirawat di rumah sakit para ahli gizi berkolaborsi dengan perawat, dokter, dan apoteker. Dalam tahapan pelaksanaannya para ahli gizi melakukan serangkaian proses asuhan gizi terstandar pada pasien, mulai dari asesmen gizi sampai monitoring dan evaluasi gizi makanan pasien.

Tahap pertama yang dilakukan ahli gizi adalah asesmen/pengkajian gizi, yaitu menanyakan data antropometri pasien, meliputi tinggi dan berat badan untuk mengetahui status gizinya, kemudian melakukan skrining gizi seperti menanyakan apakah terdapat penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan apakah ada penyakit penyerta. Ini berguna untuk melihat tingkat malnutrisinya agar dapat diberikan diet sesuai untuk memenuhi kecukupan nutrisi setiap pasien.

Selanjutnya, ahli gizi juga menanyakan keluhan yang dirasakan, bagaimana pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit, serta riwayat konsumsi obat dan riwayat penyakit terdahulu. Hal ini berguna untuk diagnosis gizi dan salah satu faktor pertimbangan terbesar untuk menentukan diet apa yang akan diberikan kepada pasien tersebut.

Dari sini ada catatan yang harus diingat apabila kita sakit dan harus dirawat inap, usahakan untuk mengingat apa yang kita makan sebelumnya walaupun sulit, karena hal itu penting untuk proses kesembuhan kita.

Tahap selanjutnya adalah diagnosis gizi. Ahli gizi akan mengidentifikasi masalah gizi yang muncul berdasarkan pengkajian gizi sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah intervensi gizi. Ahli gizi akan memberikan makanan sesuai kondisi pasien serta melakukan edukasi dan konseling untuk membantu meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dideritanya

Banyak sekali diet yang diberikan oleh ahli gizi, beberapa yang utama dan paling sering diintervensikan adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) untuk pasien yang berisiko malanutrisi, diet rendah garam (DRG) untuk pasien hipertensi, diet lambung (DL) untuk pasien dengan penyakit abdomen, diet jantung (DJ) untuk pasien penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diet diabetes melitus (DM) untuk penyakit diabetes, dan berbagai macam diet lainnya.

Setelah penyajian makanan, selanjutnya pasien dimonitoring dan dievaluasi progres kesehatannya yang merupakan kegiatan kunci yang dinamis/berubah sesuai kondisi pasien setiap harinya. Apabila pasien terus mengalami kemajuan, maka diet yang diberikan juga akan disesuaikan dengan kondisinya yang semakin baik.

Akan tetapi, apabila kondisi pasien justru mengalami penurunan, maka makanan yang diberikan juga bisa berubah, yakni dengan  mempertimbangkan kemampuan makan pasien dan kondisi tubuhnya.

Sebagai kesimpulan di akhir reportase ini bahwa yang sangat perlu kita ingat adalah rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan selain memberikan pengobatan melalui tindakan medis dan obat-obatan, juga memberikan asupan zat gizi dari makanan kepada pasien rawat inap sesuai dengan kondisi tubuh dan penyakit yang dideritanya.

Jika pasien mendapat asupan gizi yang tepat selama menjalani perawatan di rumah sakit maka dapat membantu proses penyembuhan, mencegah terjadinya komplikasi, menurunkan morbiditas, dan mortalitas.

Dengan demikian, dapat memperpendek lama hari rawat inap dan menekan biaya pengobatan.

Demikianlah peran instalasi gizi, meski tak begitu terlihat, tetapi peran dan kontribusinya sangatlah besar bagi kesembuhan pasien. Selamat Hari Gizi Nasional.

Berita Terkini