Laporan Maulidi Alfata | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI – Konflik antara harimau Sumatera dan manusia di Aceh Timur kembali terjadi. Seekor harimau memangsa ternak warga di Dusun Alue Batee, Gampong Julok Rayeuk Selatan, Kecamatan Indra Makmu.
Insiden ini diketahui pada Kamis (6/2/2025) sekitar pukul 09.40 WIB setelah warga melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian.
Kapolsek Indra Makmu, Iptu Muhammad Alfata, mengatakan pihaknya langsung menindaklanjuti laporan dengan mengerahkan personel Polsek Indra Makmu bersama anggota TNI dari Koramil Indra Makmu ke lokasi kejadian.
"Setibanya di tempat kejadian perkara (TKP), tim kami menemukan seekor sapi milik warga dalam kondisi mati dengan luka gigitan di paha depan kanan, yang diduga kuat akibat serangan harimau," ujar Alfata.
Pemilik sapi, Irawan (45), yang merupakan karyawan PTPN 1 JRS dan berdomisili di Dusun Emplasemen, Desa Julok Rayeuk Selatan, memperkirakan serangan terjadi pada Kamis dini hari sekitar pukul 05.00 WIB. Dugaan ini diperkuat dengan kondisi luka pada sapi yang masih mengeluarkan darah segar saat ditemukan.
Kasus serangan harimau terhadap ternak warga di Kecamatan Indra Makmu bukanlah yang pertama. Ini merupakan kejadian kedelapan sejak awal tahun 2025.
Warga setempat semakin resah karena harimau kerap memangsa hewan ter ak warga di Kecamatan tersebut. Mereka khawatir jika konflik ini terus berlanjut tanpa solusi yang jelas, maka tidak hanya ternak yang menjadi korban, tetapi juga keselamatan manusia yang terancam.
Baca juga: Jika Gaji ke-13 dan 14 ASN 2025 Tak Jadi Dihapus, Lantas Kapan Cairnya?
Pihak kepolisian dan TNI mengimbau masyarakat agar lebih waspada serta segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda keberadaan harimau di sekitar desa.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk menangani konflik ini. Mereka telah memasang perangkap kurungan besi dengan umpan kambing untuk menarik harimau masuk ke dalam jebakan.
Namun, hingga kini usaha tersebut belum membuahkan hasil. Harimau tetap berkeliaran dan memangsa ternak warga.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, sejauh mana efektivitas langkah yang diambil BKSDA? Hingga saat ini, belum ada solusi konkret yang mampu menghentikan serangan harimau terhadap ternak warga.
Deforestasi Jadi Pemicu Konflik
Para pemerhati lingkungan menilai, konflik satwa liar dengan manusia di Aceh Timur tak lepas dari deforestasi yang mengakibatkan hilangnya habitat alami harimau.
Menurut data Yayasan HAkA, sepanjang tahun 2023, sekitar 611 hektare hutan di Aceh Timur telah mengalami deforestasi. Hilangnya hutan membuat harimau semakin kesulitan mencari makan di habitat aslinya dan terpaksa memasuki wilayah permukiman warga untuk bertahan hidup.
Masyarakat berharap pemerintah dan BKSDA segera menemukan solusi yang lebih efektif dalam menangani konflik ini sebelum jatuh korban lebih lanjut, baik dari pihak warga maupun satwa liar yang semakin terdesak.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini 6 Februari 2025 di Lhokseumawe Naik Capai Rp 30 Ribu Per Mayam