SERAMBINEWS.COM, SOLO - Mantan Presiden Joko Widodo diduga menderita penyakit kulit langka.
Beredarnya foto dan video yang menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap wajah dan leher mantan presiden tersebut.
Hal tersebut dikuatkan dangan timbulnya bercak hitam pada wajah Jokowi yang diduga berkaitan dengan gangguan autoimun.
Terungkap kondisi kesehatan Jokowi yang sebenarnya hingga penyebab muncul flek hitam di wajah mantan presiden itu.
Rupanya Jokowi menderita alergi kulit dan kini dalam tahap penyembuhan.
Lantaran penyakit alergi kulit itu, Jokowi absen menghadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Istana Negara, Senin (2/6/2025).
Presiden ke-7 Joko Widodo saat ini sedang dalam pemulihan dari alergi kulit yang dialaminya setelah kembali dari Vatikan.
Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah, mengatakan, kondisi Jokowi secara fisik dalam keadaan bugar dan tidak mengalami masalah kesehatan serius.
"Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit pasca-pulang dari Vatikan," kata Kompol Syarif Fitriansyah di Kota Solo, Kamis (5/6/2025).
Alergi tersebut diduga muncul karena penyesuaian terhadap cuaca di Vatikan.
Setelah beberapa hari di Indonesia, barulah gejala alergi mulai tampak.
"Ya, mungkin cuaca ya, di Vatikan. Jadi penyesuaian, lalu pulang ke Indonesia, beberapa hari setelah itu baru muncul alerginya," tambahnya.
Kondisi kesehatan Jokowi telah ditangani oleh tim dokter di kediamannya, Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Syarif menepis anggapan yang beredar di masyarakat jika Jokowi terkena penyakit Stevens Johnson Syndrome (SJS).
"Wah, hoaks itu, enggak benar itu," tegasnya.
Syarif memastikan tidak ada gejala panas atau gatal yang dialami.
Alergi ini juga dipastikan tidak menular.
"Beliau enggak ada ngerasain panas, enggak ada ngerasain gatal. Jadi, pure hanya alergi biasa. Autoimun juga enggak," ujarnya.
Meskipun demikian, kemunculan alergi pada kulit Jokowi membuat beberapa pihak mempertanyakan kondisi kesehatannya.
"Ya, ada mungkin yang belum tahu secara langsung, hanya melihat di layar TV, karena mungkin muncul di kulit beliau, jadi banyak yang nanya," tambahnya.
Dia menceritakan kondisi Jokowi telah membaik.
Bahkan, Jokowi sempat bersepeda dalam acara car free day, yang menunjukkan bahwa fisiknya sangat bugar.
Aktivitas sehari-hari juga tidak terganggu, termasuk saat menyapa warga yang ingin bertemu dan meminta foto dengannya.
"Kemarin sempat sepedaan, lalu beliau sempat main sama cucu, lalu sempat kita sarapan bareng sama beliau. Jadi sama sekali tidak mengganggu aktivitas beliau," ujarnya.
Baca juga: Ahli Tertawakan Roy Suryo Cs: Ijazah Palsu Belum Terbukti, Malah Laporkan Skripsi Jokowi ke Polisi
Walau pun sudah dipastikan penyakit kulit yang diderita jokowi bukan Sindrom Stevens Johnson, tapi gejala yang diderita cukup mirip.
Karena itu, kita perlu tahu apa itu Sindrom Stevens Johnson.
Sindrom Stevens Johnson
Dilansir dari Web MD, Kamis (5/6/2025), Sindrom Stevens Johnson merupakan gangguan kulit serius yang tak hanya merusak jaringan kulit, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerusakan pada organ-organ dalam, bahkan mengancam nyawa penderitanya jika tidak ditangani segera.
Sindrom Stevens Johnson adalah penyakit yang jarang terjadi, namun bisa berdampak fatal.
Kondisi ini biasanya muncul sebagai reaksi parah terhadap obat-obatan tertentu atau infeksi.
Gejala kondisi ini dimulai dengan demam, batuk, dan nyeri tubuh, lalu berkembang menjadi lepuhan pada kulit dan selaput lendir, diikuti oleh pengelupasan kulit secara luas.
Kulit menjadi sangat sensitif, dan bagian dalam tubuh seperti mulut, tenggorokan, mata, bahkan saluran kemih pun bisa terkena dampaknya.
Dalam banyak kasus, penderita harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Meski sebagian besar pasien dapat sembuh, komplikasi jangka panjang bukan hal yang jarang terjadi.
Ini mencakup gangguan pada kulit, kuku, rambut, dan sistem pernapasan.
SJS sering dibandingkan dengan kondisi lain yang lebih parah, yaitu Toxic Epidermal Necrolysis (TEN).
Keduanya memiliki gejala yang mirip, tetapi berbeda dalam skala kerusakan kulit.
SJS biasanya memengaruhi kurang dari 10 persen permukaan tubuh, sementara TEN bisa mencapai lebih dari 30 persen.
TEN memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi, sekitar 25 persen, sedangkan tingkat kematian SJS berkisar antara 1 persen hingga 5 persen.
Langkah Cepat Penanganan
Pertolongan pertama adalah menghentikan obat pemicu dan merawat pasien di unit luka bakar atau ICU khusus kulit.
Terapi cairan, pengendali nyeri, serta kortikosteroid dosis terkendali sering diberikan demi menekan inflamasi.
Setelah pulang, pasien wajib memakai gelang medis agar tenaga kesehatan tak keliru meresepkan obat pencetus di masa depan.
Pencegahan agar Tak Terulang
Menghindari obat penyebab, menjaga kebersihan kulit, dan rutin konsultasi dokter adalah kunci utama.
Bagi masyarakat umum, mengenali gejala dini dan tidak sembarang mengonsumsi antibiotik sangat krusial.
Apalagi, Sindrom Stevens Johnson bisa berkembang cepat hanya dalam hitungan jam.
Baca juga: VIDEO Ben Gurion Bergejolak, Rudal Hipersonik Houthi Gagalkan Penerbangan Militer AS
Baca juga: Berbohong Tanpa Sadar? Waspadai Mythomania, Ini Penjelasan dan Ciri-Ciri Menurut Psikolog
Baca juga: UNIKI Bireuen Umumkan Calon Mahasiswa Baru Lulus SPMB