• pembersih lantai dari asam sunti dan jeruk nipis, produk kebersihan alami yang bebas bahan kimia keras;
• ‘lip balm’ dari kulit buah naga, pendekatan inovatif berbasis prinsip ‘zero-waste’; dan
• gula cair dari buah sukun, sebagai alternatif pemanis alami yang sehat.
Keberhasilan mereka bukan hanya diukur dari jumlah produk atau banyaknya ide yang dihasilkan, tetapi juga dari pengakuan nasional dan internasional.
JPRC telah berpartisipasi dalam berbagai ‘event’ ilmiah, di antaranya:
• International Science and Invention Fair (ISIF) di Bali tahun 2023;
• World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA) di Yogyakarta tahun 2023;
• Youth National Science Fair (YNSF) di Universitas Diponegoro, Semarang, tahun 2024;
• World Invention Competition and Exhibition (WICE) di Mahsa University, Malaysia tahun 2024; dan
• World Young Inventors Exhibition (WYIE) di KLCC, Malaysia, pada Mei 2025.
Secara keseluruhan, prestasi yang telah diraih JPRC SMAN 1 Banda Aceh adalah dua medali emas, sembilan medali perak, dan satu special award. Sebuah pencapaian luar biasa dari sekolah negeri di ujung barat Indonesia, yang lahir bukan dari kemewahan fasilitas, melainkan dari kekuatan semangat, kerja keras, dan kolaborasi semua pihak.
Tentunya, keberhasilan ini tidak datang dari siswa semata. Ada banyak pihak yang berperan dalam mendukung JPRC untuk tumbuh dan berkembang. Peran guru sangat sentral, baik sebagai pembimbing, motivator, maupun fasilitator. Guru yang memberi ruang eksplorasi, membimbing dalam setiap tahapan riset, dan menyediakan waktu di luar jam pelajaran adalah fondasi penting dari kesuksesan ini. Dukungan orang tua juga sangat besar. Mereka tidak hanya memberi izin, tetapi juga semangat, logistik, bahkan membantu dalam uji coba produk di rumah.
Orang tua yang percaya pada potensi anak-anaknya dan mau terlibat dalam kegiatan riset adalah bagian dari ekosistem pendidikan yang ideal.
Sekolah dan kepala sekolah berperan besar dalam memberikan fasilitas dan kebijakan yang mendorong iklim riset. Tanpa dukungan administratif dan kebebasan berekspresi dalam kurikulum, kegiatan seperti JPRC tidak akan bisa berjalan optimal.
Sedangkan dinas pendidikan memberi penguatan melalui regulasi, kompetisi, dan penghargaan, memastikan bahwa hasil riset siswa bisa terus berkembang dan mendapat apresiasi yang layak.