Kisah Sukses

Cerita Nakes Tak Pulang usai Dinas dari Puskesmas, Tapi Malah Mampir ke Kandang Kambing: Setiap Hari

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang tenaga kesehatan atau nakes yang bekerja di sebuah Puskesmas mengungkapkan kisah dirinya. Dia adalah Koko Ali Susilo, yang lebih memilih mampir ke kandang kambing setelah pulang dari dinas.

Cerita Nakes Tak Pulang usai Dinas dari Puskesmas, Tapi Malah Mampir ke Kandang Kambing: Setiap Hari

SERAMBINEWS.COM – Seorang tenaga kesehatan atau nakes yang bekerja di sebuah Puskesmas mengungkapkan kisah dirinya.

Ia mengaku tak pulang ke rumah setelah selesai berdinas sebagai seorang tenaga kesehatan.

Dia adalah Koko Ali Susilo, yang lebih memilih mampir ke kandang kambing setelah pulang dari dinas.

Koko merupakan nakes di Puskemas Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kebiasaannya singgah ke kandang kambing itu dilakukan setiap hari.

Apa yang membuat Koko Ali Susilo, seorang ASN tenaga kesehatan yang memilih ‘pulang’ ke kandang kambing daripada rumahnya?

Ternyata ada kisah sukses dibalik kebiasaanya itu.

Koko diketahui, selain sebagai nakes, juga memiliki usaha sebagai peternak kambing dan penghasil susu perah.

Ya, warga Desa Sumbertempur, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang mempunyai usaha sampingan yang sukses dan mampu mencukui kehidupan keluarganya.

Ia memiliki usaha peternakan kambing perah dengan jumlah ratusan ekor.

Hasil produksi susunya pun kini sudah menjadi salah satu pemasok pabrik pengolahan susu bubuk yang berbasis di Yogyakarta.

Koko Ali Susilo berposes di tengah kandang kambing yang ia kembangkan di Desa Sumbertempur, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.

Hari itu, Senin (23/6/2025), sepulang dari bekerja, sekitar pukul 16.00 WIB, Koko tidak langsung menuju ke rumahnya.

Ia justru menuju kandangnya terlebih dahulu, meski masih mengenakan seragam dinas.

Koko langsung memberi makan ratusan ekor kambingnya.

Hal itu dilakukan karena pukul 16.00 WIB, memang menjadi waktu bagi kambing-kambingnya untuk makan.

Rutinitas itu sudah dilakoni Koko setiap hari sejak ia mulai mengembangkan usaha pertenakan kambing pada tahun 2021 lalu.

"Sebelum berangkat bekerja, saya memberi makan. Kemudian sepulang kerja saya beri makan lagi," ungkap dia, dilansir dari TribunJatim.

Ada pun varian kambing yang ia ternak di antaranya PE, Savera, Sanen, dan Anglo dengan jumlah total 149 ekor.

"Khusus untuk sapi perah jumlahnya 57 ekor kambing," ujarnya.

Koko menceritakan, ia memulai mengambil peluang pengembangan kambing perah itu pada saat musim pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.

Ia yang bertugas sebagai surveillance Covid-19 di Puskesmas saat itu mulai berpikir bahwa saat itu banyak orang membutuhkan suplemen penambah imun, salah satunya dari susu.

"Saat itulah saya punya ide untuk mengembangkan peternakan kambing perah, seiring rata-rata warga Desa Sumbertempur ini adalah peternak," jelasnya.

Koko lalu mulai beternak kambing dengan jumlah lima ekor.

Gayung bersambut hasil produksi susunya benar-benar banyak diminati.

Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai menambah jumlah ekor kambing di kandangnya, sampai saat ini berjumlah 149 ekor.

"Alhamdulillah, sampai saat ini permintaan terus meningkat. Bahkan hasil produksi kami pun tidak mampu memenuhi permintaan," sebut dia.

Ia mampu memproduksi sebanyak 57 liter susu kambing per hari, dengan harga jual antara Rp 18.000-Rp. 20.000 per liter. "Jadi omzet kami rata-rata per hari mencapai Rp 1 juta," kata dia.

Sementara untuk kebutuhan makannya, ia memberikan asupan konsentrat dan silase.

"Dengan dua jenis makanan ini, kambing minim teridap penyakit, dibanding memberikan makanan ramban," sebut dia.

Koko menyebut, peternakan merupakan usaha yang minim resiko kematian, selama peternak menjaga pola makan kambing dan rutin membersihkan kandang.

"Jadi sangat potensial untuk dikembangkan mengingat kebutuhan susu masyarakat terus meningkat," kata dia.

Kisah Sukses PNS di Bangka Belitung

Seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Bangka Belitung memiliki penghasilan Rp 30 juta per bulan.

Penghasilan itu bukan dari gajinya sebagai PNS, melainkan dari perkarangan rumahnya sendiri.

PNS bernama Yudi Arista itu sukses mengubah lahan pekarangan rumah menjadi sumber penghasilan tambahan yang menggiurkan.

PNS yang bertugas di Pemkab Bangka Selatan, ternyata memiliki bisnis ikan lele.

Selain bergai sebagai PNS, Yudikini meraup omzet hingga Rp30 juta per bulan dari usaha budidaya ikan lele yang ia tekuni di pekarangan rumahnya.

Omzet yang dikantongi pria asal Kelurahan Teladan, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung ini sangat menjanjikan.

Hal ini membuktikan hobi dapat menjadi peluang bisnis yang menggiurkan.

BUDIDAYA LELE - Yudi Arista ketika tengah memberikan pakan ikan lele di kolam budidaya miliknya di Kelurahan Teladan, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Sabtu (26/4/2025). Dari bisnis budidaya 30 kolam ikan lele dirinya mampu meraup omzet hingga Rp30 juta. (PosBelitung/Cepi)

Yudi mengaku, semua ini berawal dari hobi memelihara ikan untuk konsumsi pribadi.

Ia kemudian memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumahnya di Kelurahan Teladan, Kecamatan Toboali. 

Bermodal kolam sederhana dan didukung pasokan air tawar yang melimpah di belakang rumah, ia mulai mengembangkan budidaya ikan lele secara serius.

“Jadi saya memanfaatkan lahan pekarangan untuk membuat kolam budidaya ikan lele. Awalnya memang untuk kami konsumsi sendiri,” kata dia, dilansir dari PosBelitung, Senin (28/4/2025).

Menurutnya usaha budidaya ikan lele air tawar ini telah ditekuni sejak tiga tahun silam.

Sebelum mencapai titik sekarang sejumlah tantangan turut dihadapi dalam proses budidaya ikan lele tersebut.  

Awalnya, ia hanya memiliki tiga kolam ikan untuk budidaya.

Kala itu hasil budidaya ikan lele masih banyak masyarakat yang kurang diminati warga karena meragukan kebersihannya.

Seiring berjalannya waktu dirinya berupaya mengubah stigma budidaya ikan lele yang bersih dengan pakan berkualitas.

Karena sudah banyak masyarakat mengenal budidaya ikan lele miliknya, tak ayal membuat permintaan ikan cukup tinggi dan dirinya mulai bertahap membangun beberapa kolam ikan.

Sampai akhirnya kini kolam budidaya ikan lele di pekarangan belakang rumahnya mencapai 30 kolam.

“Saat ini sudah ada 30 kolam, memang tidak besar akan tetapi untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan juga peminat ikan lele di Kabupaten Bangka Selatan,” urai Yudi Arista.

Diakui dia budidaya ikan air tawar tidak hanya mampu meningkatkan perekonomian keluarganya, walaupun dirinya juga berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Lebih dari itu, Yudi mengaku bersyukur bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dari budidaya ikan lele.

Dari 30 kolam ikan yang ada saat ini, dirinya mampu memproduksi hingga 1.500 kilogram ikan lele segar per bulan.

Jika dirupiahkan omzetnya mencapai Rp30 juta.

Nominal tersebut belum dipotong untuk biaya operasional, gaji pegawai dan biaya pakan yang mencapai Rp400 ribu per hari. (*)

Berita Terkini