Pemilik Toko Emas Berkat Jasa Sejahtera, Muhammad Syirajullah, menyebutkan, hari ini harga emas perhiasan kembali turun Rp 50 ribu per mayam.
Laporan Zubir | Langsa
SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Setelah sempat naik, kini harga emas perhiasan di Langsa dilaporkan turun lagi Rp 50 ribu per mayam, Kamis (24/7/2025).
Pemilik Toko Emas Berkat Jasa Sejahtera, Muhammad Syirajullah, menyebutkan, hari ini harga emas perhiasan kembali turun Rp 50 ribu per mayam.
Dia merincikan, emas perhiasan 99,5 persen kembali pada harga sebelumnya Rp 5.850.000 per mayam.
Lalu, emas perhiasan 97 persen juga berada pada harga sebelumnya Rp 5.700.000 per mayam.
"Untuk kedua jenis emas tersebut belum biaya untuk tambahan tempahan senilai Rp 50 ribu," sebutnya.
Baca juga: Ingin Investasi Logam Mulia? Cek Harga Emas di Abdya Kamis, 24 Juli 2025
Fluktuasi Harga Emas
Fluktuasi harga emas mencerminkan naik-turunnya nilai emas dalam periode waktu tertentu.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global maupun lokal.
Berikut gambaran terbaru dan penyebab utamanya:
- Pergerakan harga terkini
Pada 24 Juli 2025, harga emas Antam turun Rp 25.000 per gram dari Rp 1.970.000 menjadi Rp 1.945.0002.
Harga buyback (jual kembali) juga turun ke Rp1.791.000 per gram2.
Penurunan ini terjadi setelah beberapa hari mencetak rekor tertinggi, menunjukkan volatilitas pasar yang tinggi. - Penyebab fluktuasi harga emas
Nilai tukar dolar AS: Penguatan dolar membuat harga emas turun, karena emas dihargai dalam dolar.
Kebijakan moneter: Suku bunga rendah mendorong harga emas naik, sementara kenaikan suku bunga menekan harga.
Inflasi dan ketidakpastian ekonomi: Saat inflasi tinggi atau terjadi krisis, investor beralih ke emas sebagai aset aman.
Permintaan dan penawaran global: Jika permintaan melebihi pasokan, harga naik—dan sebaliknya.
Geopolitik dan konflik internasional: Ketegangan global sering memicu lonjakan harga emas. - Grafik dan tren
Kamu bisa melihat grafik harga emas 1 bulan, 3 bulan, hingga 5 tahun terakhir di situs seperti Harga-Emas.org atau Bullion Rates Indonesia untuk memahami tren jangka panjang.(*)