Kegiatan yang berpusat di Musalla Bahrul Ilmi ini diikuti seluruh siswa dan dewan guru, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai perdamaian kepada generasi muda.
Laporan Maulidi Alfata | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Dalam balutan doa dan introspeksi, SMK Negeri 1 Julok menggelar acara peringatan 20 tahun Hari Damai Aceh yang jatuh, Jumat, 15 Agustus 2025.
Kegiatan yang berpusat di Musalla Bahrul Ilmi ini diikuti seluruh siswa dan dewan guru, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai perdamaian kepada generasi muda.
Peringatan ini diisi dengan pembacaan Surat Yasin, doa bersama, dan tausiyah yang disampaikan oleh Ustaz Affandi, MPd dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Aceh Timur.
Dalam ceramahnya, Ustaz Affandi, mengingatkan bahwa Hari Damai Aceh bukan sekadar tanggal biasa, melainkan momentum penting untuk mensyukuri berakhirnya konflik bersenjata di Tanah Rencong.
"Tanggal 15 Agustus 2005, MoU Helsinki ditandatangani. Perjanjian itu bukan akhir dari sebuah konflik, tapi awal dari kesempatan kita untuk membangun Aceh dengan tenang," tegasnya.
Ustaz Affandi menekankan bahwa generasi muda saat ini memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga perdamaian yang telah dicapai.
Baca juga: Viral di Medsos, Penyanyi Bireuen Mickey Klakson akan Tampil di Malaysia, Ini Profilnya
Ia mengajak para siswa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar di tengah kedamaian.
"Anak-anak muda Aceh hari ini tidak lagi merasakan deru konflik. Itu adalah amanah yang harus kita syukuri dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga persaudaraan, dan menolak segala bentuk perpecahan," imbuhnya.
Ia juga mengingatkan bahwa damai itu mahal harganya dan tidak boleh dianggap remeh.
"Kalau hilang, menyesalnya seumur hidup. Karena itu, mari kita rawat bersama, mulai dari hati, rumah, sekolah, hingga masyarakat," pesannya.
Kepala SMK Negeri 1 Julok, Faisal, ST., MPd, menambahkan sekolah memiliki peran sentral dalam membentuk karakter siswa.
Menurutnya, nilai perdamaian dan toleransi harus tumbuh beriringan dengan kompetensi akademik.
Baca juga: VIDEO Sempat Dinyatakan Hilang, Nelayan Aceh Singkil Ditemukan Selamat
"Sekolah bukan hanya tempat mencari ijazah, tetapi tempat menanamkan karakter.
Peringatan Hari Damai Aceh ini adalah bentuk edukasi bahwa sejarah harus menjadi pelajaran berharga, bukan sekadar cerita masa lalu," ujarnya.
Ia menutup dengan pesan bahwa MoU Helsinki adalah warisan berharga yang harus terus dijaga agar Aceh bisa terus berkembang.
Kegiatan ini mendapatkan respons positif dari para siswa.
Nurul, salah satu siswi, mengaku mendapat pemahaman baru tentang sejarah MoU Helsinki.
"Saya baru tahu detail sejarah MoU Helsinki dari tausiyah tadi. Ternyata banyak pengorbanan yang dilakukan agar kita bisa belajar dengan tenang seperti sekarang," ungkapnya.
Baca juga: Alokasi Anggaran Gaji Plus Tunjangan Guru dan Dosen Tahun 2026 Sebesar Rp 178,7 Triliun
Baginya, acara ini lebih dari sekadar ritual keagamaan, melainkan pengingat akan pentingnya sikap saling menghargai. (*)