Tips Parenting Anak

5 Dampak Buruk Sering Marahi & Bentak Anak, dr Aisah Dahlan: Saraf Otak Rusak hingga Gangguan Mental

“Ini bisa mengurangi kecerdasan, kepintaran, dan akhirnya mengganggu emosinya. Maka terjadi gangguan mental,” tegasnya.

|
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nurul Hayati
Kolase YouTube Nikit Willy Official dan Meta AI
Dampak Buruk Membentak Anak - Pakar neurosains sekaligus konsultan keluarga, dr Aisah Dahlan, kebiasaan marah-marah, membentak, mencubit, atau memukul anak bukan hanya melukai hati, melainkan juga merusak otaknya secara nyata. 

“Ini bisa mengurangi kecerdasan dan kepintaran,” ujar dr Aisah.

  • Anak bisa menjadi:
  • sulit berkonsentrasi,
  • mudah lupa,
  • lambat memahami materi,
  • prestasi sekolah menurun.

Dan ironisnya, anak justru semakin sering dimarahi karena dianggap “tidak bisa apa-apa”.

Baca juga: 7 Gaya Bicara yang Bikin Suami & Anak Tak Nyaman, dr Aisah Dahlan: Nomor 3 Sering Tak Disadari

4. Mengganggu Emosi Anak

Bentakan yang berulang membuat anak kehilangan rasa aman dan kestabilan emosi.

“Mengganggu emosinya, maka terjadi gangguan mental,” jelas dr Aisah.

Anak bisa tumbuh menjadi:

  • mudah takut,
  • mudah meledak,
  • pendiam berlebihan,
  • overthinking,
  • cemas tanpa sebab,
  • sensitif dan mudah tersinggung.

Kondisi emosi ini terbentuk sejak kecil dan dapat terbawa hingga dewasa.

5. Memicu Gangguan Mental (Mental Damage)

Memori buruk masa kecil tidak hilang begitu saja. Ia terekam kuat di otak sebagai bentuk trauma.

“Kalau mental terganggu ya namanya gangguan mental. Ya mental damage.”
Dampaknya bisa muncul dalam bentuk:

  • susah percaya diri,
  • sulit menjalin hubungan sehat,
  • kecemasan berkepanjangan,
  • ledakan emosi,
  • mudah tersinggung,
  • bahkan depresi.

Anak membawa luka itu hingga dewasa, terutama jika tidak pernah ada proses pemulihan dari orang tua.

Bagaimana Cara Healing Anak yang Sudah Terlanjur Dimarahi?

Dr Aisah mengatakan healing tetap bisa dilakukan, namun ada syarat utama:

“Bagaimana kita mau healing anak kalau bapak ibunya masih marah terus? Berhenti dulu marahnya.”

Setelah berhenti marah, lakukan beberapa langkah berikut:

1. Minta Maaf Secara Spesifik

“Panggil anaknya. ‘Nak, sini deh. Bunda mau minta maaf.’ Tapi harus disebut: minta maaf karena apa.”

Contohnya:

“Minggu lalu Bunda teriak karena kamu loncat-loncat di tempat tidur.”

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved