Berita Banda Aceh

Jembatan Gantung Lambhuk-Lamseupeung Resmi Difungsikan

Jembatan gantung yang menghubungkan dua desa, Lambhuk dan Lamseupeung, kini resmi dapat digunakan setelah diresmikan secara simbolis

Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE KORAN SERAMBI INDONESIA EDISI KAMIS 20251009 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Jembatan gantung yang menghubungkan dua desa, Lambhuk dan Lamseupeung, kini resmi dapat digunakan setelah diresmikan secara simbolis pada Rabu (8/10/2025). Peresmian dilakukan langsung oleh Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, bersama Anggota DPR RI Ir. Irmawan dan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Rakhman Taufik.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Anggota Komisi IV DPRA Munawar AR (Ngoh Wan), Kepala Balai BPJN Aceh, Kepala Balai BWS Aceh, serta Sekda Banda Aceh, Jalaluddin.

Wali Kota Illiza menyampaikan harapannya agar jembatan ini menjadi amal jariyah bagi semua pihak yang terlibat. “Apalagi jembatan ini dibangun untuk memudahkan akses masyarakat menuju Masjid Keuchik Leumik,” ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga keasrian dan kebersihan jembatan, terutama dengan tidak membuang sampah ke sungai. Menurutnya, jembatan ini berpotensi menjadi destinasi wisata religi baru yang dapat memberikan efek berganda bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

Illiza mendorong agar produk UMKM lokal dimanfaatkan dan dijual kepada pengunjung di kawasan tersebut. “Kalau jembatan sudah ada, tapi sungai tidak ditata, tentu akan mengurangi nilai estetika. Bantaran sungai harus kita jaga,” tutupnya.

Sementara itu, Irmawan menjelaskan bahwa pembangunan jembatan gantung ini telah diperjuangkan sejak 2018 dan baru terealisasi tahun ini. Ide awalnya muncul dari keprihatinan terhadap jamaah Masjid Keuchik Leumik yang berasal dari Lambhuk, Beurawe, dan sekitarnya.

Selama ini, jamaah dari seberang sungai harus memutar melalui Jembatan Simpang Surabaya untuk mencapai masjid. “Masjid ini kebanggaan warga kota. Dengan jembatan ini, masyarakat bisa lebih mudah datang tanpa harus memutar,” katanya.

Dengan jarak antar desa yang tidak terlalu jauh, jembatan ini diharapkan mempermudah akses ibadah warga Lambhuk. “Jembatan ini khusus untuk pejalan kaki agar lebih awet, terutama bagi jamaah,” pungkas Irmawan.

Proyek infrastruktur terkendala pembebasan lahan

Pelebaran jalan Krueng Cut–Kajhu di Kecamatan Baitussalam dan pembangunan Jembatan Pango masih terkendala pembebasan lahan. Hal ini terungkap saat peninjauan lapangan oleh Irmawan, Illiza, Dirjen Bina Marga Rakhman, Kepala BPJN Aceh Heri Yugiantoro, dan Munawar AR.

Irmawan menyebut Jembatan Pango telah dibangun sejak 15 tahun lalu namun terhenti karena keterbatasan anggaran. “Kalau tidak tahun ini, mungkin tahun depan akan kita lanjutkan pembangunannya,” ujarnya.

Setelah meninjau Jembatan Pango, rombongan melanjutkan ke Kecamatan Baitussalam untuk melihat rencana pelebaran jalan dua jalur Krueng Cut–Kajhu. Di ujung Jembatan Krueng Cut terjadi penyempitan jalur yang perlu segera ditangani.

“Kita harap, meski belum bisa tembus ke Krueng Raya, dua jalur cukup sampai ke depan pintu tol,” jelas Irmawan. Ia menambahkan, survei sudah dilakukan dan proyek ini diharapkan menjadi prioritas tahun 2026.

Selain itu, Irmawan juga meninjau kondisi ablasi bantaran sungai di depan Kantor Serambi Indonesia, Gampong Santan. “Jika tidak segera ditangani, bisa mengganggu jalan nasional,” katanya.

Kabar baiknya, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran Rp 25 miliar untuk penguatan tebing sungai tersebut. “Insyaallah konstruksi dimulai April atau Mei 2026,” tambahnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved