Normalisasi Krueng Reubee

Dari Malaysia ke Pidie: Jafar Insya Tak Lupakan Kampung Halaman, Krueng Reubee yang Sarat Sejarah

Meski hidup mapan di Malaysia, Jafar Insya lupa kondisi kehidupan masyarakat di kampung halamannya di Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie.

SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
KRUENG REUBEE - Jafar Insya Reubee bersama Anggota DPRA dari PKB, Munawar AR (Ngoh Wan) dan masyarakat melihat kondisi Krueng Reubee di Kecamatan Delima Pidie, yang kondisinya dipenuhi semak belukar, beberapa hari lalu. Warga setempat berharap sungai ini bisa segera dinormalisasi untuk mencegah musibah banjir. 

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Kehidupan yang mapan di negeri jiran Malaysia, tak serta merta membuat Jafar Insya Reubee lupa akan kondisi kehidupan masyarakat di kampung halamannya, di Reubee, Kecamatan Delima Kabupaten Pidie, Aceh.

Dalam dua pekan terakhir, ia aktif melobi berbagai pihak demi menyuarakan kondisi Krueng Reubee, sungai bersejarah yang kini menyempit dan penuh semak belukar.

Kondisi ini sering menyebabkan luapan air dan banjir yang merugikan masyarakat sekitar.

“Saya belum tenang sebelum mendapatkan kejelasan dan kepastian bahwa Krueng Reubee ini akan ditangani oleh pemerintah,” kata Jafar Insya, kepada Serambinews.com, Senin (10/11/2025).

Ia bercerita, perjuangannya untuk menormalisasi Krueng Reubee ini telah dimulai sejak tiga tahun lalu.

“Kala itu, saya kerap menerima telepon dari kampung yang mengabarkan banjir karena meluapnya Krueng Reubee. Banjir yang terkadang terjadi dua kali dalam setahun ini, menghancurkan tanaman padi dan juga membuat ternak masyarakat sakit atau mati,” ujar Jafar.

Beberapa kali pula, Jafar meminta kepada rekan-rekannya di kampung mengirimkan bukti foto dan video, yang kemudian dia teruskan kepada beberapa pihak terkait. 

Di antaranya kepada sahabatnya Munawar AR (Ngoh Wan) yang kini telah menjadi Anggota DPRA, serta juga kepada Anggota DPR RI dari PKB, H. Irmawan. 

Dukungan dari Wakil Rakyat

Tak sia-sia, perjuangan Jafar Insya bersama sejumlah warga Tanjong Reubee, seperti Cek Kien, Apa Mus, dan lain-lain, kini mulai menampakkan hasil.

Pada, Jumat (7/111/2025) sore, Anggota Komisi V DPR RI, H Irmawan datang dan berkunjung untuk melihat langsung kondisi sungai yang disuarakan oleh Jafar dan kawan-kawan ini. 

Di Gampong Tanjong Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Irmawan tidak hanya melihat kondisi sungai, tapi juga menyerap aspirasi masyarakat di sana.

Irmawan tidak datang sendiri, ia juga membawa rombongan antara lain Ketua Fraksi PKB DPRA Munawar AR (Ngoh Wan), Anggota DPRA dari Dapil II (Pidie-Pidie Jaya), Heri Ahmadi, Ketua Fraksi PKB DPRK Pidie, Zulfazli, serta beberapa anggota Fraksi PKB di DPRK Pidie.

Dalam kesempatan itu, warga berharap kepada Irmawan untuk memperjuangkan normalisasi Krueng Reubee, agar masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai itu tidak lagi terkena musibah banjir.

Anggota Komisi V DPR RI, H Irmawan berkunjung ke Gampong Tanjong Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Jumat (7/111/2025) sore. Tujuan wakil rakyat dari PKB ini untuk membahas daerah irigasi Baro Raya, Gampong Tanjong Reubee dan Krueng Reubee bersama warga.
Anggota Komisi V DPR RI, H Irmawan berkunjung ke Gampong Tanjong Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Jumat (7/111/2025) sore. Tujuan wakil rakyat dari PKB ini untuk membahas daerah irigasi Baro Raya, Gampong Tanjong Reubee dan Krueng Reubee bersama warga. (SERAMBINEWS.COM/HO)

Seperti diketahui, Komisi V DPR RI membidangi pekerjaan umum dan perumahan rakyat, transportasi, meteorologi, lingkungan hidup, pendidikan, dan kepemudaan.

Dalam kesempatan tersebut, Irmawan berjanji akan menindaklanjuti aspirasi rakyat untuk penanganan daerah aliran sungai ini.

Bahkan Irmawan berjanji akan datang lagi ke Pidie pada awal Desember mendatang dengan membawa tim dari Balai Wilayah Sungai Sumatera 1 (BWS 1).

Pagi ini, Senin (10/11/2025), Jafar Insya Reubee, mengirimkan dua video yang dia rekam sendiri. 

Video pertama memperlihatkan kondisi Krueng Reubee yang telah menyempit dan dipenuhi semak belukar. 

Sementara video kedua, merekam momennya bersama Anggota DPR RI, Irmawan yang berkunjung pada Jumat lalu.

Baca juga: Irmawan Bersama Warga Bahas Irigasi Baro Raya dan Krueng Reubee Pidie, Awal Desember Bawa Tim BWS

Krueng Reubee, Sungai Penuh Sejarah

Bagi Jafar dan kawan-kawannya, juga masyarakat Reubee pada umumnya, Krueng Reubee bukan hanya tentang sungai, tapi lebih daripada itu.

Beberapa literatur menyebutkan, Krueng Reubee sebagai salah satu bukti bahwa Reubee pernah menjadi daerah istimewa pada Masa Kesultanan Aceh Darussalam, khususnya ketika Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.

Sejarawan Melayu HM Zainuddin dalam karyanya berjudul Singa Aceh menulis, Krueng Reubee merupakan proyek prestisius yang dibangun atas perintah Sultan yang paling terkenal dalam sejarah Aceh ini.

Di Reubee ini pula, terdapat sejumlah situs penting bagi Kesultanan Aceh Darussalam. 

Di antaranya ada makam Tgk Chik Direubee di Gampong Meunasah Raya, dan makam Putroe Tsani di Gampong Reuntoh. 

Tgk Chik Direubee adalah ulama besar yang juga merupakan mertua dari Sultan Iskandar Muda.

Sementara Putroe Tsani merupakan putri Tgk Chik Direubee, yang merupakan permaisuri Sultan Iskandar Muda.

Aktivis Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), Amarullah Yacob dalam sebuah artikelnya di Serambinews.com menulis dua versi sumber terkait asal-usul Krueng Reubee ini.

Pertama, menurut cerita rakyat, Krueng Reubee berawal dari kisah khalwat (mengasingkan diri) Daeng Mansyur atau masyhur namanya dengan laqab Teungku Syik di Reubee, ulama yang juga mertua Sultan Iskandar Muda.

Setelah beberapa lama mengasingkan diri, Teungku Syik yang berdarah Bugis itu ingin kembali ke Reubee. Sesampai di Keumala, ia beristirahat sejenak sembari melihat air jernih nan dingin yang bersumber dari pegunungan. 

Lalu, timbul hasrat di dalam hati ulama ini agar air di Keumala juga dapat dinikmati oleh masyarakat yang berada di kampungnya. Singkat cerita ia pun bermunajat ke hadirat Allah, lalu dia seret tongkatnya ke tanah hingga sampai ke kampung tempat asal ulama itu bermukim.

Berkat keramat yang dimiliki akhirnya terbentuklah aliran air pada seretan tongkatnya tadi. Aliran ini kemudian dikenal sebagai Krueng Teungku Syik di Reubee atau sebagian orang menyebutnya Krueng Tuha Reubee.

Versi kedua, asal-usul Krueng Tuha Reubee bermula pada masa Perkasa Alam Iskandar Muda meudagang ke Pidie pada Tgk Syik di Reubee. 

Setelah beberapa lama di Reubee, Iskandar Muda Perkasa Alam mampu membentuk iklim komunikatif dengan berbagai elemen masyarakat Pidie, terutama para pemuda yang berhasil membentuk front khusus sebagai wadah persatuan.

Keberhasilan menghimpun kekuatan ini dimanfaatkan untuk gerakan pembangunan, saban hari Perkasa Alam dan masyarakat "blusukan" ke berbagai perkampungan di Pidie untuk melihat potensi yang ada.

Salah satu potensi yang sangat menjanjikan adalah pertanian di Reubee, tapi para petani memiliki keterbatasan stok air sehingga menjadi permasalahan pertanian. 

Maka setelah meminta pendapat Teungku Syik dan melakukan musyawarah dengan stakeholder, akhirnya Perkasa Alam memberi titah untuk membuat megaproyek berupa pembuatan aliran air yang bersumber dari Keumala untuk mengairi persawahan masyarakat Reubee dan sekitarnya.

Sumber versi kedua tampaknya lebih logis dan didukung oleh literatur karya sejarawan-sejarawan melayu, seperti HM Zainuddin dalam karyanya berjudul Singa Aceh.(*)

Baca juga: Krueng Tuha Reubee, Asal-usul dan Pesonanya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved