Opini

Bank Konvensional: Fatamorgana yang Memabukkan

Di tengah gemerlap janji pertumbuhan ekonomi dan kemudahan akses modal, tersembunyi struktur yang timpang dan memabukkan

Editor: Ansari Hasyim
For Serambinews.com
Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh 

Dengan demikian, sistem syariah membangun ekosistem ekonomi yang saling menopang, bertanggung jawab, dan berkeadilan. Ia mencegah konsentrasi kekayaan dan risiko hanya pada satu pihak. Ia mendorong pertumbuhan usaha yang sehat dan berkelanjutan, karena bank memiliki kepentingan langsung untuk memastikan dana yang disalurkan digunakan untuk proyek yang viable dan produktif, bukan untuk spekulasi.

Keputusan Aceh untuk meninggalkan sistem konvensional dan beralih ke syariah adalah sebuah lompatan kesadaran. Ini adalah upaya untuk melindungi masyarakatnya dari jerat fatamorgana keuangan yang memabukkan. Ini adalah ikhtiar untuk membangun perekonomian yang tidak hanya kuat, tetapi juga bermartabat dan penuh barakah.

Pilihan ini mungkin terlihat "tidak menguntungkan" bagi segelintir pihak yang hanya memandang keuntungan materi jangka pendek, tetapi ia menjanjikan keberlanjutan dan keadilan bagi masyarakat luas dalam jangka panjang.

Kita harus melihat langkah Aceh bukan sebagai penolakan terhadap modernitas, melainkan sebagai upaya untuk memanusiakan modernitas itu sendiri, untuk memastikan bahwa kemajuan ekonomi tidak dibangun di atas penderitaan sebagian orang.

Dalam teriknya gurun kapitalisme global, sistem keuangan syariah yang diusung Aceh adalah oase keadilan yang nyata, menawarkan kesegaran bagi mereka yang telah lelah dikecewakan oleh fatamorgana riba. Saat fatamorgana itu lenyap, yang tersisa hanyalah kehampaan. Namun, ketika kita memilih oase syariah, yang kita dapatkan adalah keteduhan dan keberkahan yang abadi.

Sistem keuangan syariah telah membuktikan diri bukan hanya sebagai alternatif, namun sebagai sistem yang unggul dan berdaya tahan. Kesuksesannya bukanlah wacana, tetapi fakta yang terukur secara global. Di tingkat internasional, negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Malaysia telah menjadi pusat keuangan syariah dunia, dengan aset yang terus tumbuh pesat dan menarik investasi dari berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, pertumbuhan perbankan syariah konsisten melampaui perbankan konvensional. Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan hasil konsolidasi tiga bank syariah BUMN, kini menjadi entitas yang kuat dengan jaringan luas dan aset triliunan rupiah. Pertumbuhan ini didorong oleh kesadaran masyarakat akan keunggulan sistem syariah yang nyata.

Kunci kesuksesan sistem syariah terletak pada fondasinya yang adil dan beretika. Prinsip bagi hasil menciptakan kemitraan sejati antara bank dan nasabah, di mana risiko ditanggung bersama. Larangan terhadap spekulasi (gharar) dan bisnis haram membuatnya lebih stabil dan tahan terhadap guncangan krisis, sebagaimana terbukti pada krisis finansial 2008. Sistem syariah telah membuktikan bahwa keuangan yang beretika dan inklusif bukan hanya mungkin, tetapi juga menjadi jalan menuju pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan bagi semua pihak.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved