Nagan Raya
Wakil Ketua DPRK Nagan dan MPD Kunjungi Dinas Perpustakaan, Soroti Buku Snouck Hurgronje Salah Tulis
"Snouck Hurgronje tempo dulu tidak pernah ke Seunagan (Nagan Raya sekarang), secara metodologi dia sudah kalah, dia tidak pernah...
Penulis: Rizwan | Editor: Eddy Fitriadi
Ringkasan Berita:
- Wakil Ketua DPRK Nagan Raya, Dr Said Syahrul Rahmad, bersama Wakil Ketua MPD, Ardiansyah, mengunjungi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) setempat pada Rabu (12/11/2025).
- Dalam kunjungan itu, mereka berdiskusi tentang pentingnya perpustakaan dan arsip sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sumber literasi masyarakat.
- Keduanya menekankan bahwa literasi harus menjadi tanggung jawab bersama agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan mencerdaskan generasi Nagan Raya.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Rizwan I Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Wakil Ketua DPRK Nagan Raya, Dr Said Syahrul Rahmad, SH MH bersama Wakil Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Ardiansyah MSi, mengunjungi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) setempat, Rabu (12/11/2025).
Dalam kunjungan silaturrahmi tersebut Wakil Ketua DPRK Nagan Raya yang akrab disapa Abu Waka itu saling sharing, berdiskusi tentang perpustakaan dan kearsipan.
Turut menyambut Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Drs Said Amri, Sekdis, dan Kabid serta ASN dinas setempat.
Menurut Abu Waka, pustaka adalah tempat tersimpannya berbagai hasil penelitian, pendapat, pandangan ahli yang kemudian dikemukakan dalam bentuk buku, dan itu bisa diserap dan dibaca dimanapun, seperti di pustaka, sehingga ini bisa tersampaikan kepada khalayak ramai.
Jadi, sebut politisi Partai Golkar itu, sangat tidak mungkin ketika seseorang memiliki kecerdasan luar biasa tanpa didukung fasilitas pustaka, bahasa simpelnya, pustaka ini pusat ilmu pengetahuan dan tanpa pustaka orang tidak mungkin cerdas.
"Saya sering kesini dulu. Ada beberapa jenis buku tentang pertanahan yang juga saya baca dan itu menjadi referensi. Tanpa ada pustaka ini tidak bisa membantu saya, termasuk pada saat menulis disertasi saya tentang sengketa pertanahan," ungkap Said Syahrul.
Intinya, kata Abu Waka, tanpa ada pustaka tidak mungkin orang bisa cerdas, orang bisa pandai, nggak mungkin dia mampu menyelesaikan sebuah penelitian.
"Kalau sudah masuk dalam ranah penelitian empiris itu kajiannya ke pustaka, termasuk kajian sejarah sebagian itu ke pustaka," ujarnya.
Menurutnya, bagaimana seseorang bisa mengkaji sebuah sejarah tanpa dokumen terdahulu, ini perannya di arsip, kalau pustaka nanti paling hanya mengutip buku yang telah ditulis oleh para peneliti, tapi terkadang perlu mengkonfirmasi apakah yang ditulis itu sudah sangat akurat atau tidak.
Sebagai contoh, lanjutnya, ada buku orang Aceh yang dikarang oleh Snouck Hurgronje, itu ada yang salah, tidak semua itu benar, karena ia seorang orientalis, artinya tidak semua harus diterima mentah-mentah, dan ini sangat bahaya, sebab, ia hanya mengutip tanpa mengkaji kembali secara metodologi.
"Snouck Hurgronje tempo dulu tidak pernah ke Seunagan (Nagan Raya sekarang), secara metodologi dia sudah kalah, dia tidak pernah ke Seunagan kenapa menulis tentang Nagan Raya? Kala itu ia hanya mengambil data berdasarkan informasi dari orang luar (orang Pidie)," jelas Waka II DPRK Nagan Raya ini.
"Makanya, arsip ini sangat penting saya pikir, kita simpan itu yang utuh tidak ada perombakan dan segala macam, kecuali kita modifikasi dalam bentuk narasi, itu lain ceritanya. Maka, perlu mengkroscek kembali kepada sumber asli," ujar Said Syahrul.
Wakil Ketua MPD Nagan, Ardiansyah menyampaikan di negara ini hingga tingkat kabupaten ada yang namanya rapor pendidikan dan ada standar pelayanan minimal.
Dikatakan, yang dilihat dari rapor pendidikan yang pertama sekali dinilai itu adalah kemampuan literasi dan ini berada di jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/foto-bersama-di-Dinas-Perpustakaan-dan-Kearsipan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.