Breaking News

Tragedi Ponpes Al Khoziny: 67 Meninggal Dunia, 8 Body Part, Orang Tua Terpukul Lihat Jenazah Anak

Hingga Selasa (7/10/2025), tim SAR telah menemukan 67 korban jiwa, termasuk 8 bagian tubuh (body part) yang berhasil dievakuasi dari reruntuhan

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nur Nihayati
Tangkapan layar YouTube Kompas TV
Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo. Salah satu bangunan ponpes ambruk pada Senin (29/9/2025). 

SERAMBINEWS.COM – Jumlah korban meninggal dunia akibat ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny terus bertambah.

Hingga hari kesembilan, Selasa (7/10/2025), tim SAR telah menemukan 67 korban jiwa, termasuk 8 bagian tubuh (body part) yang berhasil dievakuasi dari reruntuhan.

Salah satu korban adalah Daud Milal. Suasana haru menyelimuti rumah duka ketika sang ibu tak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah anaknya untuk terakhir kali. Ia histeris usai keluar dari rumah sakit tempat jenazah Daud diotopsi.

“Bismillah, yakin saya itu anak saya. Ikhlas saya. Kasihan juga kalau hidup (dalam kondisi begitu), biarlah Allah yang lebih mengerti,” ujar Ahmad Rofiq, ayah Daud Milal, dengan suara bergetar sebagaimana dikutip dari kanal resmi iNews.

67 Korban Jiwa Termasuk 8 Bagian Tubuh

Laksamana Pertama Bramantyo, Direktur Operasi Basarnas, dalam konferensi pers Selasa pagi menjelaskan, hingga pukul 21.03 WIB tadi malam, tim gabungan telah menemukan total 67 jenazah, termasuk 8 bagian tubuh.

“Sampai hari ini, hari kesembilan, Selasa 7 Oktober 2025, kami telah berhasil mengumpulkan 67 pack, dengan rincian 8 body part. Terakhir pukul 21.03 kami temukan lagi body part,” ujarnya dalam siaran di tvOnenews.

Baca juga: Update Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny: 54 Santri Meninggal Dunia, 27 Luka Berat, 76 Luka Ringan

Ia menambahkan, total 171 orang telah terevakuasi, dengan rincian 67 meninggal dunia (termasuk bagian tubuh) dan sisanya selamat.

Bramantyo menjelaskan, penyisiran dilakukan menyeluruh hingga ke sisa-sisa bangunan yang telah rata dengan tanah.

“Sore kemarin kita sisir semua, termasuk arena sisa bangunan. Lalu pukul 21.00 tadi malam kami temukan body part lagi. Pagi hari ini kami akan melaksanakan penyisiran lagi di area yang sudah rata. Harapannya tidak ada lagi yang tersisa,” kata Bramantyo.

Istilah body part yang dimaksud adalah bagian tubuh dari batas kaki ke bawah hingga kepala atau tangan, yang ditemukan terpisah akibat kerasnya reruntuhan bangunan saat peristiwa terjadi.

Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga para santri, tenaga pengajar, dan masyarakat sekitar. Proses evakuasi masih terus berlangsung untuk memastikan tidak ada korban lain yang tertinggal.

Baca juga: 37 Korban Meninggal Dunia Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sudah Ditemukan, 8 Jenazah Teridentifikasi

Rafi Ditemukan Meninggal dalam Posisi Sujud dan Selamatkan Teman di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Rafi Catur Okta Mulya (17) ditemukan dalam keadaan sujud dan memeluk temannya saat meninggal di reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Diketahui, ambruknya Ponpes Al Khoziny terjadi ketika ratusan santri menggelar salat, Senin (29/9/2025).

Sedangkan, Rafi dievakuasi dalam kondisi meninggal, Rabu (1/10/2025).

"Meninggal keadaan sujud di hari ketiga dini hari, meninggal sambil meluk temannya yang selamat itu Haical," kata kakak korban, Novita Tri Endah (26), di rumah duka, Surabaya, Senin (6/10/2025).

Novita mengatakan, berdasarkan penuturan temannya yang dipeluk korban, Syehlendra Haical (13), Rafi sempat salat bersama santri lainnya ketika terjebak di reruntuhan Ponpes Al Khoziny.

"Kesaksian Haical, adik masih bisa salat magrib tapi dalam keadaan sujud terus, diajak salat isya juga masih salat, sampai subuh itu dibangunin lagi udah nggak ada suara," ucapnya.

Novita sempat merasa tidak bisa menerima kepergian adiknya dalam tragedi Ponpes Al Khoziny.

Akan tetapi, dia perlahan mulai ikhlas setelah mendengar kondisi yang dialami korban.

"Awalnya syok enggak terima, kenapa harus adikku? Salah kah dia nyelametin anak juga? Masih sempat-sempatnya loh dia nyelametin orang dalam waktu keruntuhan begitu," jelasnya.

"Posisi adikku juga Dekat pintu keluar pokoknya, harus nya bisa, aku mikirnya dalam akal sehatku bisa keluar. Mungkin dia terlalu khusyuk salat, jadinya enggak dengerin ya," tambahnya.

Oleh karena itu, Novia berharap, ponpes bisa memperhatikan bangunan yang digunakan untuk para santri belajar.

Agar tragedi yang mengancam nyawa tidak terjadi kembali ke depannya.

"Kalau aku sendiri sama keluarga ikhlas, cuma ingin tahu kejadiannya seperti apa detailnya begitu. Karena dari pihak sini bilangnya seperti ini, di sana seperti itu, jadinya kan simpang siur," tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, skala korban jiwa dalam tragedi ini cukup besar dibanding bencana-bencana lain yang terjadi sepanjang 2025.

“Korban kali ini di sepanjang tahun 2025 adalah korban cukup besar menurut BNPB,” kata Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, Senin (6/10/2025).

Budi membandingkan bencana-bencana sebelumnya, seperti gempa bumi di Poso, Sulawesi Tengah dan banjir bandang di Bali yang tidak memakan korban lebih dari 50 jiwa.

“Dari bencana-bencana alam yang terjadi, baik gempa bumi di Poso, di tempat lain, lalu banjir di Bali semuanya korbannya hanya sedikit, ini cukup banyak 50 orang,” ujarnya. 

(Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved