Jurnalisme Warga
Saat Sawah Tandus Disulap Jadi Wisata Selfie
Tempat wisata ini masih terbilang baru karena dibuka pada Agustus 2020.Saat pertama kali masuk ke Svargabumi
Walau dibangun di atas pesawahan, tapi spot-spot modern ini tidak merusak lingkungan. Sebab, pembangunannya juga mengatur pola tanam sawah yang ada. Tak heran, jika ada beberapa lokasi yang tanaman padinya baru saja ditanam, mulai menghijau, bahkan menguning tanda siap dipanen.
Yang bikin saya takjub adalah konsepnya. Konsep ‘back to nature’, yang dikombinasikan dengan arsitektur-arsitekturnya.
Menurut salah satu ‘owner’ Svargabumi, Widi Sasongko, Svargabumi ingin menawarkan sebuah alternatif tempat wisata kekinian bagi wisatawan yang ingin berada dekat dengan alam.
Nama Svargabumi sendiri diambil dari campuran bahasa Sansekerta yang berarti surga dan keindahan.
Svarga itu berasal dari bahasa Sansekerta, artinya surga. Bagi mereka, artinya itu suatu keindahan. Sedangkan, Bumi, ya di Bumi. Jadi, suatu keindahan, bagi penduduk desa setempat, bagaikan satu serpihan keindahan surga yang ada pada Bumi Pertiwi di Borobudur itu.
Menjadi peluang
Saat banyak orang memandang sawah tandus hanya sebagai lahan kering yang sulit diolah, justru Kunti Cahyono, sang konseptor, melihat mutiara tersembunyi.
Dari situlah lahir sebuah ide menyulap persawahan di sekitar Borobudur menjadi destinasi wisata yang memadukan keindahan alam dan kreativitas.
Bersama timnya, ia memulai perjalanan dengan tekad sederhana: menghadirkan tempat wisata tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memberi mamfaat nyata bagi warga sekitar.
Lokasinya strategis, dikelilingi panorama megah. Candi Borobudur di utara dan Bukit Manoreh di selatan hingga gunung merapi dan gunung lain yang tampak megah dari kejauhan.
Semua itu jadi modal utama untuk mengemas konsep wisata selfie di tengah hamparan sawah dan pohon sengon.
Ia mengajak pemilik lahan dan para petani ikut serta. Polanya sederhana, tapi penuh dampak. Lahan disewa dan petani tetap bisa menanam dan memanen. Bibit dan pupuk disediakan. Sedangkan hasilnya dinikmati bersama. Dengan begitu, lahirlah rasa memiliki yang kuat.
Masyarakat merasa ini bukan hanya proyek wisata, melainkan juga milik bersama. Tidak berhenti di situ, warga juga diberi ruang membuka warung di area wisata. Lapangan kerja terbuka, ekonomi desa bergerak, dan wisata ini menjadi bagian dari ekosistem Borobudur tanpa bersaing dengan bisnis lokal seperti ‘homestay’ atau rumah makan. Konsepnya tetap jelas, wisata selfie di persawahan, sederhana dan berkarakter.
Pengembangan agrowisata
Melansir detik.com yang diakses 17 Oktober 2025, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa agrowisata memberikan kontribusi positif bagi daerah dan masyarakat.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/FERI-IRAWAN-Magelang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.