Tragedi di Masjid Sibolga, Tgk Alizar Usman Ajak Umat Renungi Kembali Fungsi Masjid

Meski diperbolehkan, Tgk Alizar menegaskan bahwa Islam mengatur adab dan batasan agar tidur di masjid tidak menodai kesucian rumah Allah.

Di antaranya adalah, tidak dalam keadaan junub, haid, atau nifas, karena orang yang berhadats besar tidak boleh berdiam di masjid.

“Tidak mengganggu jamaah lain, misalnya menutupi jalan, saf shalat, atau menimbulkan bau tidak sedap. Kemudian tidak mempersempit ruang ibadah, dan menjaga kebersihan serta adab di dalam masjid,” jelasnya.

Sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyah al-Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj, kata Tgk Alizar, tidur di masjid diperbolehkan selama tidak menghalangi fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah.

Dia mengingatkan, tragedi yang terjadi di Masjid Agung Sibolga seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh umat Islam.

Masjid bukan tempat yang menakutkan atau tertutup bagi mereka yang membutuhkan tempat beristirahat, terutama bagi musafir yang sedang dalam perjalanan jauh.

Rasulullah SAW telah memberi teladan bahwa masjid adalah rumah bagi semua hamba Allah yang mencari ketenangan dan perlindungan, bukan tempat yang eksklusif dan penuh kecurigaan.

Jika seorang non muslim diizinkan bermalam di masjid pada masa Rasulullah SAW, tentu seorang muslim yang hanya hendak melepaskan lelah lebih layak disambut dengan kasih sayang, bukan kekerasan.

“Semoga peristiwa menyedihkan di Sibolga tidak terulang lagi, dan kasus yang menghebohkan seperti yang terjadi di Masjid Agung Sibolga itu tidak berulang kembali di masjid mana saja di muka bumi ini,” pesan Tgk Alizar.(ar)

Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS

Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM