TOPIK
Puisi
-
Kau bayangkan kuburan dan kegelapan terbentang di depanmu, menyulut ketakutan tanpa akhir. Tapi kau ingin bangkit dengan seribu daya
-
kita hidup dalam kepulan asap
yang terenak dan tersesak
terkadang membuat kita kabur
-
Kemarin
Sepasang mata mati
Disemayam di kolong langit
Orang-orang melayat
Lewat kopi-kopi mengepul
Dan asap kretek
-
Dua sejoli
burung terbang di atas laut
senja pulang ke sarang.
Sendiri aku berjalan
-
di stasion ini hujan begitu gegas
seperti rindu sepasang kereta
saling memburu namun tak pernah bertemu
-
angin pagi Aidul Fitri disini dahulu
angin segar meneguk gurih asap penganan
-
Aku sedang berkemas menyiapkan segala keperluan perjalanan yang akan kutempuh begitu jauh tak ada hitungan mil ke berapa sampai
-
Setelah tujuh puluh empat anak tangga aku merasa cukup tinggi
dalam kesunyian angin di atas mekar teratai batu aku mendengar serapah seperti kutuk
-
Bagaimana jika sebelum ini, aku adalah kalakanji dan kau celana katun yang dipakai seorang pengembala atau sepotong gaun gadis
-
dua gelas teh, selalu kusiapkan setiap pagi dan malam selalu. segelas buatku, segelas buatmu. kita minum berdua, sambil rancangkan
masa depan, dan bin
-
wajah kami saban hari menadah ke langit melihat awan gelap di udara berharap ada butiran
-
Bukan hujan yang membawa kepedihan Bukan hujan yang menjadikan perpisahan
-
Kaubilang hujan itu indah Ketika air jatuh dan mengenaimuKau menjelma pelangi
-
Hari ini menjadi hitungan genap
untuk kita saling menghilangkan jejak,
-
jam tujuh pagi telah tuntas mencuci piring setelah isi perut mobil-mobilan tergeletak
di bawah jendela kamar
-
Pasie Karam. Gemetar hatiku jika mendengar kisahmu
berathun berbilang
-
Buaian itu masih mengendap
meskipun waktu akan tetap melemparnya
-
tambora muntah darah malam hari
moyang kami bercerita; ketika bulan luruh
-
Kami berkelana seperti orang lain,
Tetapi kami tak pernah kembali.
-
Berikan aku Ramadan Ini pinta ikhlasku pada-Mu Berikan yang cantik jelita
-
bertahun-tahun kita lewati jalan ini
bertemu setapak berbatu di
penghujung persimpangan;
-
tak ada waktu menggantungkan hidup pada
impian. Aku saksikan sungai-sungai masih mengalirkan
-
Dalam gelap kemarin,
hanya matamu yang terang
-
Mendung mengurung diri dalam mataku,
Hanya untuk beberapa saat
-
Langit memerah
Sejak cahaya hilang, redup
-
Nyatanya kau masih tetap hidup bersama tungku-tungku
membakar rindu
-
aku membisu
bagai singa meraung tanpa suara
-
kita terkadang ombak melekat pada
daun daun. seperti embun embun birahi
-
bagi pemimpin
kita ini anjing
-
angin ribut meniup dedaunan
semak belukar belantar
© 2021 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved