Video

VIDEO - Putri Aceh Menikah dengan Pria Liberia di Amerika, Kisah Cinta Lintas Benua

Pada Ahad, 26 Oktober 2025, dua anak manusia beda negara, meresmikan ikrar suci pernikahan mereka, di depan khalayak yang hadir. 

Laporan Syedara Lon Ana Husin dan Munzir Al Munir | Washington DC, Amerika Serikat

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC - Pusat komunitas dan ruang terbuka hijau Lubber Run Community Center di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, menjadi saksi bisu sebuah peristiwa agama dan budaya yang sarat makna. 

Pada Ahad, 26 Oktober 2025, dua anak manusia beda negara, meresmikan ikrar suci pernikahan mereka, di depan khalayak yang hadir. 

Raihanaty Abdul Jalil putri berdarah Aceh dan Dannicious Bai Rogers, pria asal Liberia, melangsungkan pesta pernikahan adat Aceh di gedung yang terpaut sekitar 13 kilometer dari jantung ibu kota Amerika Serikat, Washington DC

Akad nikah keduanya telah digelar tiga hari sebelumnya yaitu pada, Kamis, 23 Oktober, di tepi Sungai Potomac, Taman Fletcher's Cove, Washington DC.

Raihanaty adalah puteri pasangan Abdul Jalil Ahmad dari Meuredu dan Zahraty Husin dari Kembang Tanjong--dua alumni Bahasa Arab UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang telah menetap di Perth, Australia selama hampir empat dekade.

Abdul Jalil dikenal sebagai imam di berbagai masjid di Perth, sementara Zahraty aktif sebagai pendakwah dan guru agama. 

Raihanaty sendiri lahir di Kuala Lumpur dan tumbuh besar di Australia, kini dikenal sebagai penulis fiksi dan buku anak-anak, sekaligus motivator remaja.

Sementara itu, Dannicious Bai Rogers berasal dari Kota Bendu, Grand Cape Mount, Liberia

Ia berimigrasi ke Amerika sepuluh tahun lalu dan kini bekerja sebagai pekerja sosial di Princeton, New Jersey, mendampingi anak-anak dan penyandang autisme. 

Keduanya dipertemukan melalui platform jodoh Muslim Half Our Deen yang menekankan nilai-nilai Islam dan kesamaan visi hidup.

Prosesi Adat dan Nuansa Budaya

Pesta perkawinan ini menjadi representasi utuh adat Aceh di tanah rantau.

Prosesi dimulai dengan kehadiran Dara Baro yang didampingi Putroe Kipas, disusul Intat Linto yang diarak bersama Peunewoe dan disambut dengan lantunan Salawat. 

Tradisi Tukar Bate Ranup, Seumeumah, dan Meusandeng turut menyuburkan rangkaian acara.Teungku Musdar Arsyad dari Harrisburg, Pennsylvania, membuka acara dengan pembacaan Al-Qur'an.

Tari Ranup Lampuan ditampilkan secara solo oleh Fatimah As-Sughra, siswi SDN 24 Banda Aceh

Nyanyian Bungong Seulanga dan Bungong Jeumpa menggema bersama ibu-ibu Aceh yang dipimpin oleh Muhammad Rais.

Miniatur Peulaminan Aceh didatangkan langsung dari tanah Nanggroe, lengkap dengan Sange Meukasab, Ranup dan Bate Ranup, Seuhap, Payong Meukasap, serta kipas khas Aceh yang juga dibagikan kepada tamu sebagai Bungong Jaroe.

Kuliner dan Perpaduan Budaya

Hidangan khas Aceh seperti timphan, dodoi, keurepuk muling, wajik, bu leukat kuneng, dan teumpoe turut disajikan, sebagian diimpor langsung dari Aceh

Café Seulanga Philadelphia bertanggung jawab atas penyajian makanan Aceh

Tak hanya itu, makanan khas Liberia dan tarian Afrika yang menghujani pengantin dengan uang--mirip tradisi Saweran dalam budaya Sunda dan Batak--menambah warna dalam perayaan ini.

Pesta ini merupakan puncak dari rangkaian adat pernikahan kedua mempelai yang sebelumnya telah diadakan di Perth, Australia. 

Di antaranya Khatam Qur'an, manoe pucok, dan boh gaca. Acara dipandu oleh Firzan Sidra al-Ulya, lulusan SMAN 5 Banda Aceh, dan ditutup dengan nasehat pernikahan dari Profesor Karim Douglas Crow.

Perkawinan adat Aceh di Washington DC ini bukan sekedar seremoni, melainkan simbol kuatnya persatuan antara masyarakat Aceh di tanah kelahiran dan mereka yang menetap di perantauan. Sebuah bukti bahwa tradisi dapat melintasi batas geografis dan tetap hidup dalam hati para pewarisnya. (*)

Host  : Siti Masyithah
Editor: Rahmat Erik Aulia

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved