Tanggap Darurat Tangse Berakhir 7 Maret
Sekda Pidie, M Iriawan mengatakan masa tanggap darurat pascabanjir bandang yang terjadi pada Sabtu (25/2) lalu di Kecamatan Tangse
Hingga kini, tambah Iriawan, kondisi pascabanjir sudah lebih baik. Logistik dan kebutuhan alat kesehatan sudah memadai hingga dua pekan mendatang. Dijelaskan, soal ekses banjir yang mengakibatkan putus jembatan di Desa Blang Malo, Tangse, sebetulnya tanggungjawab provinsi karena itu jalan provinsi. Begitupun, kondisi jalan dipastikan dua hari ke depan sudah lancar karena sudah dibantu pemasangan jembatan bailey oleh Balai Sungai Sumatera I Direktorat Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum.
Iriawan menambahkan, Pemerintah Aceh telah merencanakan pusat pembangunan. “Saat ini ada tim Bappeda Aceh di Tangse, mereka sudah lima hari meninjau kondisi eks banjir,” ujar Sekda Pidie.
Malah, dari pembicaraan dengan Kepala Bappeda Aceh, sebut Sekda, Pj Gubernur Aceh serius ingin membangun Tangse. “Tangse akan menjadi pusat pembangunan dan kawasan pengembangan,” sebut Sekda.
Bupati Pidie, H Mirza Ismail SSos diminta tanggapan Senin (5/3) mengaku semua sungai di Tangse rawan erosi. “Penanganan Tangse butuh jangka panjang dan dana besar tidak serta-merta,” ujar Mirza Ismail.
Di sisi lain, Bupati Pidie, H Mirza Ismail menambahkan supaya masyarakat jangan lagi menebang kayu. “Jika ada oknum yang terlibat, tulis saja namanya biar semua tahu,” tambah Mirza.
DAS Krueng Ulim
Kondisi ribuan meter Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Ulim, Pidie Jaya belakangan juga sangat memperihatinkan dan perlu penanganan serius. Kabid Perencanaan Pembangunan Ekonomi Bappeda Pijay, Muhammad Rabiul STMT, menjawab Serambi kemarin mengatakan, hasil pendataan yang dilakukan pihaknya, bahwa tebing Krueng Ulim yang dinilai mendesak untuk secepatnya ditanggulangi sepanjang kurang lebih enam kilometer kiri dan kanan sungai.
Jika kedua sisi sungai itu dibiarkan, dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap kehidupan warga. Selama ini, mereka yang bermukim sepanjang DAS selalu dihantui keresahan terutama pada saat hujan disertai banjir. Tak jarang rumah yang berada di kedua sisi sungai terendam. Apalagi beberapa titik tebing dalam kondisi sekarat. Tebing yang rawan terhadap musibah dan perlu ditangani yaitu, mulai dari jembatan atau Tutue Ara hingga Desa Pantang Cot Baloi. Penguatan tebing, lanjut Rabiul, lebih cocok dengan penanaman bambu sepanjang DAS.
Kepala Bappeda Pijay, Ir H Razali Adami MP membenarkan, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan tebing sungai dari ancaman keganasan sungai adalah dengan menanam pohon bambu. Karenanya, Bappeda akan mengusahakan supaya tahun 2013 mendatang, DAS Krueng Ulim diprogramkan untuk menanam bambu melalui dana Otsus.(aya/ag)