Menatap Aceh

Perayaan Maulid di Aceh

12 RABIUL Awal 1434 Hijriah bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2013 Masehi diperingati umat Islam sedunia sebagai hari lahir

Editor: bakri
Perayaan Maulid di Aceh - 27012013_4.jpg
SERAMBI/RIZWAN
Makanan dan minuman diikatkan pada tali untuk undangan kenduri Maulid Muhammad SAW di Masjid Desa Meureubo, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Kamis (24/1).
Perayaan Maulid di Aceh - 27012013_5.jpg
SERAMBI/M ANSHAR
Warga menyantap hidangan yang disediakan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baabunnajah, Gampong Surien, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Kamis (24/1).
Perayaan Maulid di Aceh - 27012013_6.jpg
SERAMBI/M ANSHAR
Remaja masjid melantunkan zikir pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baabunnajah, Gampong Surien, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Kamis (24/1).
Perayaan Maulid di Aceh - 27012013_7.jpg
SERAMBI/M ANSHAR
Panitia membagikan kuah beulangong kepada warga pada kenduri Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Gla Meunasah Baroe, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Kamis (24/1).
12 RABIUL Awal 1434 Hijriah bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2013 Masehi diperingati umat Islam sedunia sebagai hari lahir (milad/maulid) Nabi Besar Muhammad saw. Tak terkecuali umat Islam di Aceh. Sejak siang hingga malam, prosesi maulid diperingati penuh khidmat, setiap tahun, sebagai wujud cinta umat Islam terhadap nabi akhir zaman ini.

Maulid ini dirayakan dengan beragam cara. Ada yang merayakannya bersama-sama di masjid, meunasah, balai pengajian, bahkan di kantor-kantor. Namun, bagi yang mempunyai kemudahan rezeki dan pemurah, merayakannya di rumah dengan mengundang anak yatim dan kerabat.

Di Meulaboh, Aceh Barat, misalnya, umat Islam memperingati maulid dengan membaca salawat dan berzikir di masjid dan diakhiri dengan kenduri maulid. Dalam kenduri itu, makanan dan minuman yang disumbangkan oleh warga desa diantar ke masjid, lalu digantung pada seutas tali bak jemuran yang nantinya akan diambil sendiri oleh hadirin, termasuk para undangan dari
desa-desa tetangga.

Hal yang paling khas dalam acara maulid ini adalah nasinya yang dinamai bu kulah. Nasi ini berupa nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang yang telah dilayu/diasapi, sehingga aromanya khas. Ada lagi nasi minyak, yakni nasi yang dimasak dengan bumbu yang diracik dari rempah-rempah juga dibungkus dengan daun pisang, sehingga menghasilkan nasi yang wangi aromanya. Nasi maulid ini biasa disantap dengan gulai-gulai khas Aceh seperti gulai ayam kampung, kari kambing atau kari lembu.

Ditambah menu kecil lainnya seperti sambal goreng udang, kuah asam keu’ueng, keumamah, dan sayur tumis. Bu kulah bersama lauk pauknya diantar warga sekitar ke masjid dalam bentuk idang meulapeh di dalam dulang (dalong) lalu dihidang dan disantap bersama dengan melibatkan anak-anak, khususnya yatim piatu.

Kenduri maulid umumnya diakhiri dengan dakwah agama pada malam hari. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota bahkan menggelar maulid akbar dengan segala pernak-perniknya, sehingga potensial menjadi daya tarik wisata spiritual. Tradisi seperti ini rutin diperingati umat Islam di Aceh dalam masa 100 hari sejak 12 Rabiul Awal. Begitu besarnya kecintaan umat Islam Aceh pada Muhammad, penghulu para nabi yang merupakan “imam kehidupan” dan rahmatan lil ’alamin.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved