Membuang Uang demi Merokok
Meski iklan tentang bahaya merokok ada di mana-mana, kebiasaan merokok tetap ada, termasuk di lingkungan kampus.
Di kampus, mereka
dengan mudah mengabaikan larangan merokok karena lingkungannya lebih
permisif. Saat masih menjadi siswa SMP atau SMA, orangtua dan guru bisa
melarang dan memarahi jika mereka kedapatan merokok.
Saat kuliah,
mahasiswa lebih sering berada di luar rumah dan dinilai mampu membuat
keputusan penting bagi hidupnya. Mereka dianggap sudah lebih dewasa.
”Banyak
teman saya, terutama laki-laki, merokok sejak lama. Sebagian kecil ada
yang ingin berhenti merokok dan meminta teman-teman yang tidak merokok
untuk mengingatkan jika dia menyalakan rokok lagi. Sayang, keinginan itu
hanya sebatas niat,” kata Ru’in Fatimah (20), mahasiswa semester IV
Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Minggu (24/3/2013), di Jakarta.
Setyo Deantoro (22), mahasiswa
semester VIII Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
berpendapat, sah-sah saja mahasiswa menghabiskan sebagian uang sakunya
untuk membeli rokok. Menurut dia, mahasiswa lain juga memakai uang saku
untuk membeli buku atau bahkan barang yang tidak perlu.
”Bagi
mahasiswa, merokok mungkin salah satu cara untuk menghabiskan uang,
sedangkan mahasiswi menghabiskan uangnya untuk membeli baju atau
kosmetik. Itu kan sama saja,” kata Setyo yang tengah menyusun skripsi.
Dia mengaku tidak suka merokok dan enggan memulai kebiasaan tersebut.
Ada larangan
Di
beberapa sudut kampus Universitas Gadjah Mada, seperti di Fakultas
Kedokteran, ada larangan merokok yang berlaku bagi seluruh penghuni dan
pengunjung di kampus. ”Mereka yang merokok akan mengungsi ke lokasi lain
yang tidak ada larangan tersebut,” kata Setyo.
Fariz Razmi (19),
mahasiswa semester IV Program Studi Teknik Elektro, Universitas
Indonesia, juga tak peduli dengan kebiasaan teman-teman yang merokok.
”Terserah mereka uang sakunya dipakai untuk apa. Saya tidak merokok karena dari dulu memang dilarang orangtua,” kata Fariz.
Menurut Ru’in, teman-temannya yang merokok menghormati keinginan mereka yang tidak merokok saat berada di kantin kampus.
”Biasanya mereka tidak protes saat diminta menyingkir sejenak agar kami yang ingin makan terbebas dari asap rokok,” kata Ru’in.
Larangan
merokok di sekolah pada umumnya masih ditaati siswa SMA. Namun, begitu
keluar pagar sekolah pelajar laki-laki kembali merokok. Pada masa ini
biasanya teman-teman perempuan mereka protes dan berani menasihati agar
tidak membuang uang untuk membeli rokok.
”Sayang, kan, orangtua susah-susah mencari uang malah ’dibakar’,” kata Chairani, siswa kelas X SMA Negeri 5 Pondok Gede, Bekasi.
Menurut
dia dan ketiga rekannya, Arum Sari Pertiwi, Laviana, serta Nadira
Ruvenda, banyak teman laki-laki mereka merokok sejak sebelum SMA.
Bahkan, beberapa orangtua teman mereka mengizinkan anaknya merokok di
rumah dengan alasan lebih baik melakukannya di rumah ketimbang di luar
agar bisa terkontrol.
Harus diperhitungkan