Opini
‘Aceh Redevelopment’
SEMBILAN tahun lalu, persisnya 26 Desember 2004, menjadi momen yang sangat bersejarah dan seharusnya
(Refleksi 9 Tahun Gempa dan Tsunami)
Oleh Rahmadhani
SEMBILAN tahun lalu, persisnya 26 Desember 2004, menjadi momen yang sangat bersejarah dan seharusnya tidak pernah dilupakan oleh siapa pun, khususnya masyarakat Aceh. Pada hari itu, tanpa diduga Aceh ditimpa satu bencana gempa berkekuatan 9,2 skala Richter (SR) dan disusul dengan gelombang tsunami, yang merenggut ratusan ribu korban jiwa, kerugian harta benda dan berbagai kehancuran sarana prasarana umum lainnya.
Konsekuensi kejadian tragis yang pernah menimpa masyarakat Aceh di era kemanusiaan dan modern ini membuat masyarakat nasional, khususnya masyarakat internasional terkejut dan hampir tidak percaya bahwa kejadian bencana berskala besar tersebut sungguh terjadi dan menimpa masyarakat Aceh. Meraka juga prihatin karena pada saat yang bersamaan masyarakat Aceh juga sedang menghadapi sebuah konflik politik yang bersifat internal yang juga mengakibatkan kehilangan korban jiwa, kehancuran dan kerugian harta benda masyarakat lainnya. Ibarat bunyi kata pepatah, sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Tragis dan dilematis
Kehidupan masyarakat Aceh saat itu tidaklah berdaya, tragis dan dilematis. Konflik dan bencana tsunami yang telah menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat, telah menciptakan trauma psikologis yang mendalam bagi masyarakat Aceh. Peristiwa tersebut dirasakan sebagai satu bencana atau ‘malapetaka’, sehingga masyarakat Aceh larut dalam kesedihan, kehilangan, keterpurukan dan keputus-asaan. Namun, bak kata pepatah pucuk dicinta, ulam pun tiba, bencana berskala besar tersebut telah berhasil membuka mata dan menggugah hati masyarakat dunia melalui dukungan dan solidaritas global untuk bangsa Aceh.
Berbagai perhatian dan bantuan untuk Aceh sebagai manifestasi simpati dan solidaritas global terus dilakukan oleh ratusan LSM nasional dan internasional, lembaga multilateral dan berbagai pemerintah Negara sahabat lainnya. Bencana tragis dan masif yang menimpa masyarakat Aceh terjadi tanpa diduga-duga dan bencana tersebut telah berhasil memicu perhatian dan simpati masyarakat dunia juga terjadi tanpa diduga-duga.
Berbagai perhatian dan bantuan untuk Aceh dilakukan semata-mata dalam upaya membantu masyarakat untuk bangkit dan membangun kembali Aceh (Aceh redevelopment) secara lebih baik dari berbagai kehancuran dan keterpurukan. Pembangunan Aceh kembali dilakukan melalui motto “Let’s Build Aceh Back Better” sebagai semangat global yang dimediasi oleh sebuah lembaga yang diberi nama Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias dalam rangka mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias pascagempa dan tsunami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bencana gempa dan tsunami yang pernah terjadi dan dirasakan sebagai sebuah ‘malapetaka’ oleh masyarakat Aceh 9 tahun lalu telah berubah menjadi sebuah ‘peluang’ melalui berbagai bentuk pembangunan dan kehidupan yang jauh lebih baik yang dirasakan oleh masyarakat Aceh saat ini. Bencana tsunami juga telah membuka masyarakat Aceh yang sebelumnya tertutup dan terisolir dari dunia luar selama konflik kekerasan dan pada akhirnya Aceh kembali terbuka dan menjadi wilayah kosmopolitan sebagai tempat bersatunya berbagai bangsa dalam satu misi dan tugas kemanusiaan untuk Aceh blessing in disguise.
Tanpa terasa bencana gempa dan tsunami yang pernah menimpa Aceh dengan berbagai dampak yang ditimbulkan telah berlalu 9 tahun yang lalu. Pengalaman pahit tersebut tentunya tidak dapat dilupakan oleh siapa pun, tidak hanya oleh mereka yang pernah hidup pada masa itu, termasuk juga mereka yang pernah menjadi korban secara langsung. Peringatan Tsunami perlu terus dilakukan sampai kapan pun. Tidak hanya bagi masyarakat sekarang, namun juga bagi masyarakat masa akan datang dan tidak dilakukan sebagai kegiatan serimonial semata atau rutinitas tahunan tanpa makna.
Sebaliknya, peringatan tsunami yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh dengan selalu melibatkan seluruh komponen masyarakat, khususnya warga korban tsunami pada setiap 26 Desember akan menjadi satu media efektif untuk selalu mengingat kembali kejadian bencana besar yang pernah menimpa Aceh pada 26 Desember 2004 lalu; Mengenang orang-orang yang kita cintai yang telah menjadi korban bencana gempa dan tsunami; Melakukan introspeksi diri serta semangat untuk terus bangkit dari berbagai keterpurukan dan ketertinggalan menuju kehidupan masyarakat Aceh yang lebih baik, makmur dan sejahtera.
Perlu perhatian kita semua bahwa melakukan introspeksi diri sangatlah penting sebagai salah satu momentum memperingati kejadian Tsunami. Melalui introspeksi diri, kita berusaha menghindari perilaku lupa atau bangsa yang bagah gadoh ingat akan kejadian masa lalu, yang penuh dengan berbagai keterpurukan atau terus larut dalam euphoria kehidupan masyarakat Aceh masa kini yang penuh dengan berbagai kemewahan.
Solidaritas global
Peringatan kejadian tsunami juga menjadi momentum penting untuk selalu mengingat dan mengenang kembali kebaikan dan keikhlasan melalui dukungan dan solidaritas global yang pernah dilakukan oleh masyarakat global. Kita perlu membangun keikhlasan dan komitmen bersama bahwa filosofis Peringatan Tsunami ini tidak dipandang semata-mata hanya untuk berkumpul, mengenang, dan berakhir dengan kenduri atau makan siang bersama.
Sebaliknya, melalui semangat peringatan tsunami akan terus melahirkan perilaku masyarakat Aceh yang selalu berpikir positif, kreatif, inovatif dan dinamis terhadap upaya pembangunan Aceh ke arah yang lebih baik, sebagai manifestasi tanggung jawab moral kita kepada mereka yang pernah terlibat secara ikhlas dalam mendukung pembangunan Aceh kembali.
Masyarakat dunia bangga dengan masyarakat Aceh yang berhasil begitu cepat bangkit kembali dari berbagai keterpurukan dan kehancuran. Namun, mereka jauh lebih bangga bila masyarakat Aceh mampu belajar dari berbagai kejadian masa lalu dan menjadikannya sebagai sebuah hikmah dan pembelajaran untuk tidak menjadi bangsa yang cepat lupa atau kufur, sehingga kita larut dalam berbagai konflik baru dan terpecah-pecah untuk kepentingan sesaat.
Sehubungan dengan itu, mari sukseskan peringatan 9 tahun tsunami, sekaligus melakukan persiapan untuk pelaksanaan peringatan tsunami ke-10 pada 2014 mendatang dengan tema “A Decade of Hindian Ocean Tsunami Disaster Commemoration toward Better Aceh.”