Puisi
Kepergian Seorang Teman
semasa kecil kita bermain pelepah rumbia
Karya Deddy Firtana Iman
semasa kecil
kita bermain pelepah rumbia
hingga membuat sangkar burung
kapal ikan dan rumah mainan
sekedar menunggu magrib menyapa kita
terkadang kita direpeti
oleh bau badan menyengat
sampai ke dapur ketika ibu kita
sedang menyiapkan makan malam
dan kita pun tertawa
bila mengingat hal yang serupa
oh kawan
dahulu lintah selalu menyapa kita
ketika ke ladang mencari rumput,
belut, belalang dan ikan gabus
sebagai pelepas rindu
bahwa kita anak kaki langit
jika kau kembali pulang
urungkan niatmu
mencari kunang-kunang
di belakang rumahku
2015
Anak Rimba
seorang ibu telah melahirkan
anak laki-laki pertamanya di bawah
teriknya matahari
serta seekor lalat
langsung hinggap di hidung
ketika ia berhenti menangis
tidurlah nak, kau akan
terlelap di bawah pohon
berduri namun disukai jerapah
kau tidak perlu takut
jika dia kencing berdiri
tinggal kau lesapkan busur panahmu
sebab teramat buruk kencing berdiri
apalagi sambil berburu singa
sebentar lagi akan
turun hujan di kampung kita
pertanda kau akan menjadi
pemburu yang disegani
para penghuni hutan
2015
Puisi Teman Kepada Kawan
(Kepada Edi Miswar Mustafa)
Sebatang rokok telah
mengisahkan ribuan pertanyaan
dan juga jawaban sepasang sepatu
berlainan warna atau sandal jepit
sengaja ditukarkan dari mesjid
agar terlihat mewah
oleh anak kepala lorong
tentu saja kau masih ingat
kau dibuatnya uring-uringan
akan sebait sajak ala cerpen
Hamsad Rangkuti “Sang Penyair”
hingga mengendap di balik semak-semak
bermodalkan selembar koran
jika berhadapan dengan si bibir tipis itu
kita terlalu bodoh menertawakannya
dan tidak perlu kuperjelaskan lagi
cukup kita yang tahu
hidup bibir!
2015
* Deddy Firtana Iman, bergiat di Komunitas Kanot Bu.