Kenang Safwan Idris, FAH UIN Gelar Diskusi

Mengenang 16 tahun meninggal dunia Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof Dr H Safwan Idris MA

Editor: bakri
ALIANSI alumni dan mahasiswa syariah (Amarah) UIN Ar-Raniry melakukan aksi di Simpang Lima Banda Aceh, Selasa (16/9). Mereka menuntut polisi mengusut kasus pembunuhan terhadap Prof Dr H Safwan Idris MA, mantan rektor universitas itu pada 16 September 2000 lalu. SERAMBI/SUBUR DANI 

BANDA ACEH - Mengenang 16 tahun meninggal dunia Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof Dr H Safwan Idris MA, yang ditembak oleh orang tidak dikenal (OTK) di kediamannya saat konflik masih berkecambuk di Aceh, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry menggelar diskusi serial, Senin (19/9) di Aula FAH kampus setempat.

Diskusi serial yang diselenggarakan oleh civitas akademika FAH mengusung tema “Mengenang 16 Tahun Kepergian Prof Sofwan Idris; Sosok Kharismatik, Berwatak Religius, dan Tokoh Pembaharu” bersama Prof Dr M Hasbi Amiruddin MA dan Dr Aslam Nur MA, dipandu oleh Dr Bustami Abubakar MHum.

Dekan FAH UIN Ar-Raniry, Syarifuddin MA,PhD dalam sambutannya mengatakan, bulan september adalah bulan kelabu bagi civitas akademika UIN Raniry secara khusus, dan rakyat Aceh secara umum, atas meninggalnya Tuan Guru Prof Safwan Idris pada tanggal 16 September tahun 2000.

Menurutnya, Safwan Idris dikenal sebagai sosok yang kharismatik, berwatak religius, tokoh pembaharu dan pemersatu bagi Aceh.”Kini 16 tahun sudah kepergian beliau, yang tidak pernah tahu apa salahnya, sehingga nyawa beliau harus dirampas secara paksa dan biadab tanpa menghiraukan sisi kemanusiaan,”katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Dr M Hasbi Amiruddin MA dalam pemamparannya mengatakan, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cara berpikir serta menjalani kehidupan dari seorang Prof Safwan Idris. Ia menilai, yang membuat kecintaan rakyat Aceh pada sosok Safwan ada pada 3 hal yaitu, intelektualitas, kualitas dan silaturahmi.

Sementara itu, Dr Aslam Nur MA yang tampil pada sesi kedua lebih melihat bagaimana tanggapan orang luar melihat dan menilai Prof Safwan. Menurutnya Prof Safwan merupakan refresentasi ideal orang Aceh.

“Bagaimana seharusnya orang-orang Aceh berinteraksi itu terlihat pada almarhum. Pak Safwan adalah seorang cendikiawan yang ahli dalam ilmu keagamaan dan juga seorang pemuka masyarakat Aceh,”katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, seperti yang dikutip dari tulisannya Prof Dr H Amir Luthfi yang merupakan mantan Rektor UIN Sulthan Syarif Qasim Riau mengatakan, bahwa sosok Safwan Idris sangat sederhana. Ia menilai sebagai seorang rektor tentu dia mampu membeli pakaian dan aksesoris yang bermerk, namun beliau lebih memilih mementingkan nilai dan kegunaannya.

“Ketika banyak tokoh dan pemimpin-pemimpin menonjolkan materi, tetapi Safwan Idris justru sangat sederhana, dan sebagai seorang ulama beliau amat toleransi dan selalu mengerjakan shalat pada waktunya,”kata Aslam Nur diakhir diskusi.(rel/mis)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved