Gubernur: Program Bebas Pasung Dilanjutkan

Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah mengungkapkan, tingkat prevalensi gangguan jiwa berat di Aceh

Editor: bakri
GUBERNUR Aceh dr Zaini Abdullah didampingi Direktur RSJ Aceh Amren Rahim dan Ketua Komisi VI DPRA Iskandar Daoed saat menandatangani prasasti peresmian Gedung Rawat Jalan RSJ Aceh, Sabtu (15/10). 

Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah mengungkapkan, tingkat prevalensi gangguan jiwa berat di Aceh yang mencapai 2,7 permil itu tergolong terbesar di Indonesia, karena jauh di atas rata-rata pravalensi gangguan jiwa nasional yang berada pada kisaran 1,7 permil.

“Kondisi demikian terjadi karena daerah ini terlalu lama dilanda konflik dan ditambah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004 lalu, yang membuat masyarakat Aceh banyak mengalami gangguan jiwa dan harus dipasung. Untuk itu, program dan kegiatan penanganan bebas pasung terus kita lanjutkan, ” kata Zaini Abdullah dalam sambutannya pada saat meresmikan penggunaan gedung rawat jalan RSJ yang baru, Sabtu (15/10).

Gubernur mengatakan, persentase ancaman gangguan jiwa di Aceh itu perlu disikapi serius oleh semua pihak, tidak hanya pemerintah, tapi berbagai unsur lainnya. Untuk mengantisipasi ancaman kondisi tersebut agar tidak memburuk, seluruh potensi harus diberdayakan, termasuk dengan melibatkan masyarakat secara umum dan pihak swasta. “Dengan kerja sama tersebut, Insya Allah, penanganan masalah gangguanjiwa di Aceh, dapat kita lakukan secara efektif dan lebih berkualitas,” kata pria yang akrab disapa Abu Doto itu.

Peresmian gedung rawat jalan RSJ yang baru ini merupakan upaya Pemerintah Aceh untuk menyediakan tempat pelayanan penanganan gangguan kesehatan jiwa yang bagus, agar pasien yang datang berobat ke ruang ini merasa tenang, nyaman, dan puas setelah dilayani tim medis.

Mengobati dan merawat orang yang terkena gangguan jiwa, kata Abu Doto, lebih sulit dibandingkan merawat dan mengobati orang yang tubuhnya sakit. Merawat orang yang mengalami gangguan jiwa, harus secara kontinyu, komprehensif, holistic, dan paripurna. Butuh kesabaran dan ketelitian yang tinggi, terutama dalam membaca kemauan dan jiwa pasiennya.

Sebelum banyaknya dokter spesialis jiwa di kota-kota, ungkap Abu Doto, orang yang mengalami gangguan jiwa dikatakan kemasukan setan.

Dijelaskan, penyakit gangguan jiwa sangat berbahaya, salah satunya sifat paranoid. Kecurigaannya terhadap orang sangat besar, dan untuk mengobati atau menyembuhkannya juga sangat sulit.

Tetapi, setelah banyak dokter spesialis jiwa di Aceh, tudingan orang yang mengalami gangguan jiwa, kemasukan setan dan jin, telah berkurang. Orang yang jiwanya terguncang, setelah dibawa ke dokter spesialis jiwa, dirawat, dan diberi obat di RSJ, penyakitnya ternyata sembuh, meski butuh waktu yang lama.

Setelah fasilitas di RSJ ini semakin membaik, kata Gubernur Aceh itu, maka menjadi tugas RSJ untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Masyarakat yang masih memasung keluarganya diharapkan mengantarnya ke RSJ untuk diobati.

Keluhan pihak RSJ tentang banyak klaim perawatan kesehatan jiwa yang tidak bisa dibayar BPJS, pinta gubernur kepada Kadis Kesehatan Aceh dan Kepala BPJS Aceh, perlu dicarikan solusi yang tepat dan cepat, agar pihak RSJ yang sudah memberikan pengobatan dengan baik kepada pasien gangguan jiwa tidak merasa dirugikan.

Gubernur juga menyerukan kepada para dekan dan dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah dan Psikologi, untuk mempromosikan dokter umum dan psikolog mudanya melanjutkan studi spesialis jiwa.

Aceh masih butuh ribuan dokter spesialis jiwa untuk menurunkan tingkat prevalensi gangguan jiwa masyarakat yang masih sangat tinggi, terutama spesialis gangguan jiwa anak dan remaja. Ini juga akibat negatif pengaruh perkembangan IT yang begitu cepat, yang berdampak pada perkembangan moral, budi pekerti, dan akhlaknya.

RSJ Berhasil Bebaskan Korban Pasung
Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, dr Amren Rahim M.Kes mengungkapkan, jumlah korban pasung yang telah dibebaskan RSJ Aceh dari lokasi pemasungannya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Aceh sudah banyak jumlahnya.

“Dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Dunia, 10 Oktober 2016 lalu, RSJ Aceh bersama Dinas Kesehatan Aceh, telah menjemput 16 orang pasien pasung dari Aceh Utara, dibawa ke RSJ Aceh untuk diobati sampai sembuh,” kata Amren Rahim di lokasi peresmian gedung rawat jalan RSJ Aceh yang baru, Sabtu (15/10).

Amren mengatakan, saat ini pihaknya sedang berhadapan dengan beberapa tantangan dalam peningkatan pelayanan kesehatan jiwa, di antaranya, rendahnya kepedulian keluarga pasien yang dirawat. Banyak pasien yang sudah sembuh, tidak dijemput kembali oleh keluarganya. Selain itu, pihak BPJS menolak klaim pembayaran atas pelayanan pengobatan yang telah dilakukan RSJ kepada sejumlah pasien gangguan jiwa.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved