Alat Lab Meledak, Dekan FKP Unsyiah Terluka
Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (FKP Unsyiah), Prof Dr Adlim MSc mengalami
BANDA ACEH - Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (FKP Unsyiah), Prof Dr Adlim MSc mengalami kecelakaan saat sedang bereksperimen di Laboratorium (Lab) FKIP Unsyiah, Senin (17/7) sekitar pukul 12.30 WIB. Gelas labu leher tiga yang digunakan Prof Adlim untuk bereksperimen tiba-tiba meledak, sehingga pecahan kacanya terbang menyayat telinga guru besar itu. Seorang mahasiswi bimbingannya juga terluka.
Hal itu diungkapkan Prof Dr Musri Musman MSc, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Kimia Unsyiah kepada Serambi kemarin siang setelah musibah itu. Musri yang pada saat kejadian berada di ruang lainnya dalam laboratorium itu mengatakan, ledakan tersebut menyebabkan dua orang terluka, yaitu Prof Adlim dan mahasiswi bimbingannya, Nurul Agustian yang sedang melakukan riset.
Prof Adlim mengalami luka di bagian kuping dan tangan, sedangkan Nurul terluka di kening, karena terkena serpihan kaca.
Pada saat itu, cerita Musri, orang-orang yang berada di lab tiba-tiba dikejutkan oleh suara ledakan yang terdengar sangat dekat. Dia bahkan sempat mengira suara itu berasal dari ban sepeda motor yang pecah di lokasi parkir kendaraan.
“Tapi karena penasaran saya bergegas ke ruang eksperimen dan melihat Prof Adlim dan mahasiswinya sudah berdarah-darah,” ujar Musri yang dulunya satu almamater dengan Adlim, yakni sama-sama kuliah di Prodi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah.
Lalu dia dan rekan-rekan lab lainnya segera membantu kedua korban dengan melarikannya ke Rumah Sakit Prince Nayef Unsyiah Darussalam. “Prof Adlim mengalami luka robek di telinga, sedangkan si mahasiswi tergores di bagian dahi,” ujar Musri.
Menurut percakapan dokter dan perawat yang didengarnya, telinga Prof Adlim harus dijahit karena sayatannya cukup lebar.
Sebelum kejadian, kata Musri, dia sempat melihat kedua korban sedang melakukan eksperimen dengan chitosan. Berdasarkan penelusuran Serambi melalui internet, chitosan merupakan serat alami yang dibuat dari kulit udang yang berfungsi untuk mengawetkan makanan. “Penelitian itu menggunakan labu leher tiga dan gas oksigen,” katanya.
Namun, dia mengaku tak mengerti mengapa gelas labu yang telah sesuai standar laboratorium itu bisa meledak. Seingat Musri, sebelum mengantar korban ke RS, tabung oksigen yang digunakan untuk eksperimen itu dalam posisi terbuka. “Saya sempat menutup kembali aliran oksigen dari tabung. Tapi saya tak tahu, apa (ledakan) itu ada hubungannya dengan tabung oksigen,” akunya.
Menurut Musri, keamanan peralatan di dalam lab sudah cukup baik. Korban melakukan eksperimen di dalam lemari asam, yaitu lemari yang digunakan untuk mereaksikan suatu bahan kimia. Setengah bagian lemari itu terbuat dari kaca tebal yang bisa dibuka-tutup layaknya jendela. “Ledakan itu tidak merusak lemari asam. Bahkan kaca lemari masih utuh karena memang cukup tebal,” kata Musri.
Sumber lain menyebutkan, kejadian itu berawal saat Prof Adlim selaku dosen pembimbing bersama empat mahasiswa sedang melakukan riset di lab yang merupakan bagian dari tugas akhir mahasiswa. Nurul yang mendapatkan jatah pertama untuk pengujian, langsung menyusun peralatan dengan Prof Adlim, sedangkan mahasiswa lainnya hanya melihat dari jarak sekitar tiga meter.
Disebutkan, saat itu keduanya langsung menyusun dan memanaskan salah satu alat, yaitu tabung labu leher tiga. Tapi tiba-tiba tabung yang berbahan kaca itu meledak dan serpihan kaca mengenai keduanya. Ledakan itu juga menimbulkan suara keras, sehingga mahasiswa dan dosen yang berada di luar ruangan itu langsung berhamburan ke dalam bilik lab. Kedua korban didapati sudah mengeluarkan darah, bahkan dari foto yang beredar darah tampak berceceran di lantai.
Kepala Labotarium Kimia FKIP Unsyiah, Erlidawati mengatakan, setelah ledakan itu kedua korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Prince Nayef bin Abdul Aziz yang berada di kompleks kampus Unsyiah. Pukul 15.30 WIB, Nurul Agustina yang luka di kening sudah diperbolehkan pulang, sedangkan Prof Adlim hingga pukul 16.00 WIB masih dirawat.
Erlidawati belum bisa memastikan penyebab ledakan peralatan labotarium itu, karena belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga disimpulkan jika peristiwa itu lebih ke faktor human error.
Sedangkan Nurul Agustian yang diwawancara saat ke luar rumah sakit mengatakan, saat kejadian ia sedangkan melakukan penelitian untuk skripsi tentang penyerapan zat merkuri yang dibimbing oleh Prof Adlim. Namun, mahasiswi semester VIII asal Sigli ini menilai peristiwa yang ia alami menjadi hal biasa di dalam laboratarium. Ketika ditanya penyebab, ia menyebutkan lebih karena faktor human error.
Menurut Prof Musri Musman, ledakan di lab bisa terjadi karena faktor apa pun. Bukan hanya karena bahan, rangkaian alat, dan cara melakukan eksperimen yang salah juga bisa menyebabkan ledakan. “Orang yang paling tahu penyebab ledakan ini adalah Prof Adlim. Kita doakan beliau cepat sembuh,” tukas Musri. (fit/mun)