Konflik Antara Ketua Umum PSSI dengan 15 Klub Liga 1 Makin Memanas

Lebih miris lagi, tim nasional Indonesia tidak bisa ikut berkompetisi di ajang Internasional seperti Piala Asia.

Editor: Faisal Zamzami
Kukuh Wahyudi/Bola/Juara.net
Pangkostrad Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI Periode 2016-2020 pada Kongres PSSI di Hotel Mercure, Jakarta, Kamis (10/11/2016). KUKUH WAHYUDI/BOLA /JUARA.NET 

SERAMBINEWS.COM - Konflik antara Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi dengan 15 klub Liga 1 tampak makin memanas.

Liga 1 Indonesia terancam berhenti karena ancaman aksi mogok oleh 15 klub yang tergabung dalam Forum Klub Sepakbola Profesional Indonesia (FKSPI).

Jika dalam waktu 14 hari (per tanggal 4 Oktober 2017) tidak ada tanggapan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB), maka ke-15 klub itu mengancam mogok bertanding di kompetisi Liga 1 2017.

(Baca: 15 Klub Liga 1 Ancam Mogok, Ketua Umum PSSI Bilang Bubarkan Saja)

Ancaman mogok tersebut mendapat respon dari Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi.

"Itu ancaman mogok, cuma cari sensasi saja mereka itu. Nggak ngerti saya mau mereka ini apa. Silakan kalau mereka mau mogok bertanding. Berarti Liga 1 kita bubarkan saja. Tak usah lagi mereka main," kata Edy, seperti dilansir dari kompasiana.com.

Jika Liga 1 benar-benar berhenti dan pemerintah campur tangan, maka kejadian dua tahun lalu pun akan kembali terulang, sanksi FIFA pun menanti.

Pada 2015, sepak bola Indonesia dikenai sanksi oleh FIFA lantaran pemerintah turut campur tangan.

Sanksi FIFA

Dalam surat sanksi FIFA untuk Indonesia meyebutkan Pada 22 April 2015, PSSI menginformasikan bahwa Kementerian Pemuda dan Olahraga telah melakukan langkah menentang PSSI tentang Kongres PSSI (17 April 2015).

Yang pada intinya Kementerian Pemuda Olahraga membentuk Tim Transisi untuk menggantikan PSSI.

Kemudian menyerahkan tugas dan tanggung jawab PSSI untuk menjalankan Indonesia Super League dan tim nasional dibawah KONI dan KOI.

Masih segar dalam ingatan bahwa sanksi FIFA pada 2015 sangat mengguncang sepak bola nasional.

Tidak ada liga resmi, pemain kalang kabut tak memiliki pekerjaan, bahkan beberapa harus mondar-mandir di dunia hiburan demi dapatkan penghasilan.

Lebih miris lagi, tim nasional Indonesia tidak bisa ikut berkompetisi di ajang Internasional seperti Piala Asia.

Halaman
123
Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved