Liputan eksklusif
PORA 2018 Jadi Nggak?
SETAHUN menjelang penyelenggaran multievent itu, tak ada tanda-tanda di mana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar
PENGANTAR: Teka-teki menyangkut kesiapan Kabupaten Aceh Besar menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Aceh (PORA) Tahun 2018 masih belum jelas. Pesta besar edisi XIII itu masih menjadi pertanyaan insan olahraga Aceh. Ataukah Aceh Besar memang tak mampu menyelenggarakan even empat tahunan itu? Serambi berupaya menelusurinya dan menuangkannya dalam liputan khusus kali ini, digarap oleh Imran Thaib, Jamaluddin, dan Subur Dani.
SETAHUN menjelang penyelenggaran multievent itu, tak ada tanda-tanda di mana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar membangun venue dan lokasi sport center, serta dari mana sumber dananya. Lalu, dalam keadaan yang demikian, bagaimana kabupaten tetangga Kota Banda Aceh ini mau dibilang siap sebagai host PORA 2018?
Boleh jadi, hal ini kian menandakan bahwa Aceh Besar gagal melaksanakan pesta bergengsi olahraga di Tanah Rencong. Padahal, jika belajar dari Jawa Barat (Jabar) yang menjadi tuan rumah Pekan Olahraga (PON) XIX Tahun 2019, mereka sudah siap setahun menjelang pelaksanaan. Bukan hanya itu, untuk memastikan kesiapan dalam arena PON, Jabar langsung tampil selaku tuan rumah sejumlah cabang di Pra-PON sepanjang tahun 2015.
Seakan belum cukup dengan Pra-PON, Tanah Pasundan juga menyelenggarakan pertandingan berlevel nasional, plus tes sejumlah cabang di PON nanti.
Boleh saja, kita menyaksikan persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Setahun menjelang pesta akbar Benua Asia itu, dua kota, yakni Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan, berlomba untuk berbenah. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla harus turun tangan agar memastikan kesiapan menjadi host Asian Games.
Lalu, bagaimana dengan Aceh Besar selaku tuan rumah? Jangankan untuk menyaksikan pembangunan venue, stadion utama, serta berapa anggaran dibutuhkan, lokasi open ceremony saja tak jelas nasibnya. Sungguh mengkhawatirkan. Aneh, tak ada tanda-tanda kalau mereka akan tampil sebagai tuan rumah, dan menyelenggarakan sebuah even besar.
Seperti diketahui, pada Juni 2014 di Kota Langsa, Aceh Besar keluar sebagai pemenang tuan rumah PORA 2018. Kala itu mereka harus bersaing dengan Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, dan Sabang. Ternyata, dalam pemilihan itu, KONI kabupaten/kota bersama pengprov memilih Aceh Besar (23 suara), Aceh Barat Daya (17), Aceh Jaya (4), Aceh Selatan (3), Aceh Tamiang (2), dan Sabang (1).
Akhirnya, nama tiga daerah terbanyak suara dikirim kepada Gubernur Aceh. Gubernur Zaini Abdullah saat itu akhirnya menetapkan Aceh Besar sebagai tuan rumah PORA tahun 2018. Penetapan tersebut berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 426/646/2014 yang diserahkan Asisten I Bidang Pemerintahan Aceh, Dr Iskandar A Gani pada Bupati Aceh Besar, Mukhlis Basyah SSos.
Penyerahan itu berlangsung di acara penganugerahan pelaku olahraga berprestasi tingkat Provinsi Aceh dalam rangka Haornas Ke-31 Tahun 2014 di Anjong Mon Mata Banda Aceh, Selasa (9/9/2014) malam. “Saya akan membangun fasilitas dalam rentang waktu empat tahun ke depan,” janji Mukhlis Basyah.
Kala itu Adun Mukhlis--sapaan akrab Mukhlis Basyah--ingin membangun stadion utama, venue, plus sarana penunjang di kawasan Kuta Malaka. Sebagai kawasan utama pembangunan sport centre, Kadispora Aceh saat itu, Asnawi meninjau lokasi. “ Pembangunan sport center untuk PORA harus jadi prioritas. Kita akan mengusulkan dana Rp 75 miliar di APBA nanti,” ungkap Kadispora Aceh, Asnawi kepada Serambi seusai meninjau lokasi sport center di Kuta Malaka, Rabu (5/10/2016) kala itu.
Namun, seiring pergantian pucuk pimpinan di Aceh Besar, maka lokasi PORA pun mulai berubah. Kini, Bupati Mawardi Ali ingin stadion utama di Kota Jantho. Bahkan, open ceremony, venue, dan sport centre harus dibangun bukan di Kuta Malaka. Dengan kondisi ini, tentu saja nasib PORA semakin tak jelas.
Kecuali itu, kendala utamanya adalah soal dana. Adun Mukhlis saat masih menjabat Bupati Aceh Besar mengakui bahwa dirinya sudah memplot dana Rp 25 miliar dari APBK 2017. Sebanyak Rp 40 miliar dipersiapkan membangun lima venue. Sayangnya meski lima proyek pembangunan venue sudah ada pemenang. Namun, hingga saat ini, pembangunan venue tenis lapangan, anggar, dan angkat besi belum dikerjakan. “Sepertinya proyek venue akan digantung. Karena, bila merujuk masterplan awal akan dibangun di Kuta Malaka. Namun, karena ada keinginan harus di Jantho, proyek itu sepertinya akan gagal,” ungkap sumber Serambi.
Dengan demikian, makin kompleks saja persoalan untuk membangun venue PORA. Ataupun jangan-jangan Aceh Besar juga ingin meniru Aceh Timur yang membangun fasilitas olahraga saat menjelang pelaksanaan PORA. Lalu, bagaimana nasib pesta olahraga terbesar di Aceh? Jawaban yang pasti ada pada elite politik di negeri ini. (ran)