Milad Ke-41 GAM, Keharuan Hasan Tiro Menjelang Pulang ke Aceh Pascadamai
“Rakyat Aceh mesti tahu sejarah, sebab tanpa perjuangan tersebut, tidak akan mungkin bagi kita bisa membina hubungan dengan negara-negara lain."
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Dr Tgk Hasan Muhammad Ditiro, nyaris meneteskan air mata saat menyampaikan pesan-pesan khusus kepada rakyat Aceh.
Suasana itu terlihat saat pucuk pimpinan GAM ini menerima Serambi (Serambinews.com) dan dua wartawan asal Aceh, di Hotel Concorde, Selangor Darul Ehsan, Malaysia, Minggu (5/10/2008).
Saat itu, Hasan Tiro dan rombongan, berada di Malaysia dalam perjalanan pulang ke Aceh dari tempat pengasingannya selama ini di Negara Swedia.
Ini adalah pertemuan pertama kali Hasan Tiro dengan wartawan asal Aceh, menjelang kepulangan perdana ke Aceh, setelah ditandatanganinya kesepahaman bersama (MoU) damai Aceh, di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.
Rekaman suasana pertemuan Hasan Tiro dengan wartawan asal Aceh ini dimuat menjadi berita utama (headline) Harian Serambi Indonesia edisi 6 Oktober 2008, dengan judul “ “Pesan Hasan Tiro dari Selangor, Malaysia: Rakyat Aceh Harus Ingat Sejarah * Komit Jaga Perdamaian”.

Dalam wawancara itu, dengan suara terbata-bata, Tgk Hasan M Ditiro yang di kalangan GAM lebih sering disapa Wali, meminta seluruh rakyat Aceh senantiasa ingat tentang sejarah perjuangan sehingga tercapainya perjanjian damai (MoU) Helsinki, yang didukung oleh bangsa-bangsa Uni Eropa dan dunia.
Suaranya sempat terhenti beberapa saat setelah mengucapkan Assalamulaikum.
“Rakyat Aceh mesti tahu sejarah, sebab tanpa perjuangan tersebut, tidak akan mungkin bagi kita bisa membina hubungan dengan negara-negara lain, seperti yang terjadi sekarang ini, I told to you in Acehness,” ujar Tgk Hasan Tiro dalam bahasa Aceh bercampur Inggris sambil tertawa, setelah sebelumnya menanyakan apakah kami bertiga datang langsung dari Aceh.
Dengan mata berkaca-kaca dan nyaris terisak, Wali melanjutkan pernyataannya, “So... He had done anything that happened. People in Papua.... lebih banyak yang mereka usaha sekarang bahwa berjuang itu penting sekali. Saya dengar orang Aceh banyak sekali di Jakarta sekarang memperjuangkan kepentingan Aceh. Dan, semua orang... semuanya mau seperti...” Tgk Hasan Tiro yang berbicara dalam bahasa Inggris bercampur Melayu kembali terhenti.
“Semuanya ingin seperti yang terjadi di Aceh,” timpal seorang yang hadir dalam pertemuan tersebut.
“Ya....” ujar Tgk Hasan Tiro menyambung pernyataan tersebut. “Thank you, thank you,” kata Wali sambil menutup pembicaraan.
Mengumbar senyum
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 25 menit, mulai pukul 17.11 sampai 17.36 waktu Malaysia (16.11-16.36 WIB), Wali kerap mengumbar senyum.
Sesekali ia juga terlihat sesekali bercanda dan tertawa lebar dengan orang-orang yang hadir dalam pertemuan yang berlangsung dalam suasana cukup familiar tersebut.
Pada pertemuan berlangsung di salah satu hotel dalam wilayah Selangor DE Malaysia itu, Wali didampingi oleh mantan Menteri Luar Negeri GAM dr Zaini Abdullah, pembantu khusus Muzakkir Abdul Hamid, Syarif Usman, Juru Bicara KPA Pusat Ibrahim bin Syamsuddin (KBS), serta tujuh mantan kombatan GAM eks Libya yang bertindak sebagai pengawal.