PLN Bangun PLTG 50 MW di Ladong

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero melalui anak perusahaannya PT Pembangkitan Jawa-Bali

Editor: bakri
GENERAL Manager PT PLN UIP Pembangkit Sumatera, Weddy B Sudirman, Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera PLN, Supriyadi, Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara (dari kiri ke kanan) saat prosesi peletakan batu pertama pembangunan Mobile Power Plant Pembangkit Listrik Tenaga Gas Aceh Fase I sebesar 50 Megawatt di Gampong Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (4/1). 

BANDA ACEH - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero melalui anak perusahaannya PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB), membangun Mobile Power Plant (MPP) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Aceh sebesar 50 Megawatt (MW). Pembangunan pembangkit itu ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Gampong Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (4/1).

Hadir pada acara itu Wali Kota Banda Aceh, H Aminullah Usman SEAk MM, Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera PLN Supriyadi, Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara, General Manager PT PLN (Persero) UIP Pembangkit Sumatera Weddy B Sudirman, dan GM PLN Aceh, Jefri Rosiadi. Selain itu juga hadir sejumlah direktur perusahaan dan stakeholders PT PLN lainnya.

Nova Iriansyah mengatakan, hadirnya MPP bertenaga gas itu akan sangat bermanfaat. Hal itu sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pariwisata yang sangat bergantung pada keandalan listrik. “Listrik bukan sekadar untuk penerangan rumah, tapi untuk mendorong perekonomian daerah,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera PLN, Supriyadi yang menyebut pembangunan ini untuk mendukung pembangkit yang sudah ada. Dia mengatakan, untuk fase pertama akan dibangun MPP berkapasitas 50 MW yang ditargetkan selesai akhir 2018. Lalu pada fase kedua akan ditambah 100 MW, sehingga total kapasitasnya menjadi 150 MW.

“Artinya, kita tidak bergantung pada PLTU atau PLTA saja. Kalau cuaca buruk seperti kemarau, kita masih ada PLTG,” ujarnya, seraya menyebut bahwa pasokan gas sebagai bahan bakar PLTG dari Arun masih cukup.

Supriyadi juga berkomentar soal kondisi sistem ketenagalistrikan di Aceh yang masih perlu mendapat perhatian, dimana masyarakat masih merasakan pemadaman. Menurutnya, hal itu bukan karena daya pembangkit listrik di Aceh kurang, tapi karena terjadinya gangguan di beberapa pembangkit yang ada.

Sementara GM PLN Aceh, Jefri Rosiadi mengatakan, saat ini beban puncak listrik di Aceh 374 MW. Disebutkan, listrik yang diproduksi di Aceh sebesar 300 MW, dan sisanya 70-90 MW masih disalurkan dari Medan. “Kami berusaha tidak tergantung lagi pada sistem lain. Salah satunya dengan mendirikan PLTG yang dekat dengan pusat beban yaitu Banda Aceh,” jelasnya.

Adapun MPP Aceh termasuk ke dalam program kelistrikan 35.000 MW yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 2015. Pembangkit ini dibangun guna meningkatkan rasio elektrifikasi daerah terpencil, dengan konsep mesin yang mudah dipindah-pindah (mobile), pengoperasian yang ramah lingkungan, dan dibangun dalam waktu yang singkat. (fit)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved