Kematian 14 Anak Diduga Terkait Vaksin DBD, Pemerintah Filipina Lakukan Penyelidikan
Lebih dari 800.000 anak sekolah telah menerima vaksin tersebut pada tahun lalu
SERAMBINEWS.COM, MANILA - Pemerintah Filipina tengah menyelidiki kasus kematian 14 anak yang diduga memiliki keterkaitan dengan vaksin demam berdarah.
Vaksin demam berdarah yang disebut Dengvaxia tersebut sempat diberikan pada anak-anak Filipina dengan cara imunisasi massal.
Lebih dari 800.000 anak sekolah telah menerima vaksin tersebut pada tahun lalu.
Namun kemudian, Sanofi, produsen vaksin yang berpusat di Perancis, mengeluarkan pengumuman bahwa pemberian vaksin tersebut dapat memperburuk gejala pada orang yang belum pernah terinfeksi.
(Baca: China akan Buat Hutan Baru Seluas Irlandia, Apa Alasannya?)
(Baca: Besok, Listrik Padam Empat Jam di Abdya, Ini Penjelasan PLN)
Bersamaan dengan pengumuman tersebut, muncul kabar 14 anak yang mendapat suntikan vaksin Dengvaxia meninggal dunia.
Meski belum ada bukti langsung yang mengarahkan vaksin sebagai penyebab kematian.
Pemerintah Filipina lantas memutuskan menghentikan distribusi dan penjualan vaksin Dengvaxia di masyarakat sejak Desember 2017.
Pemerintah juga menuntut pertanggungjawaban Sanofi.
Sanofi telah melakukan klarifikasi dan bersikeras vaksin tersebut tidak berbahaya apalagi menyebabkan kematian.
(Baca: Pakai Sepatu Kets dan Kaus saat Resmikan Kereta Bandara, Roy Suryo Kritik Jokowi)
(Baca: Terpisah Selama 78 Tahun akibat Perang, Pria Ini Akhirnya Bisa Bertemu Kembali dengan Kakaknya)
Pemerintah Filipina pun menunjuk panel ahli independen untuk meninjau kasus tersebut dengan harapan mendapat hasil dalam satu dua pekan ke depan.
"Dua hal yang kami ingin ketahui, pertama menurut mereka apa yang menjadi penyebab kematian anak-anak tersebut dan kedua apakah menurut mereka kematian itu berkaitan dengan vaksinasi," kata Asisten Menteri Kesehatan Filipina Enrique Domingo, dikutip AFP, Jumat (5/1/2018)