Muhammad Nazar: Bek Watee Pukat Katrok U Darat Baro Pura-pura Tarek

Jangan justru sebaliknya, diaspora Aceh menambah beban daerah, warga atau daerah tempat domisili.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Muhammad Nazar saat menyampaikan sambutan pada acara Maulid Nabi Muhammad di Ciledug Tangerang, Banten, Minggu (28/1/2018). 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Warga Aceh yang berada di luar Aceh atau diaspora Aceh, harus produktif dan berperan dalam setiap lini kehidupan.

"Diaspora Aceh tidak boleh "lagee urot timoh dan manok uteuen lam gle yang sekedar tumbuh alamiah tanpa dirancang, dan bek watee pukat ka trok u darat baro pura-pura tarek, dan watee jeuet keubuet baro trok jak peusijuek," kata tokoh Aceh, Muhammad Nazar.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Gubernur Aceh Periode 2007-2012 itu saat berbicara pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Ciledug, Tangerang, Banten, Minggu (28/1/2018).

"Warga Aceh ketika melakukan migrasi atau penyebaran ke luar daerah, haruslah dalam arti diaspora yang berkualitas, produktif, kooperatif dan mampu menciptakan serta memainkan peranan yang positif," ujarnya.

(Baca: Kapolres Aceh Utara Untung Sangaji Soal Gerebek Salon: Nenek Moyang Kita Tidak Ada yang Waria)

(Baca: 10 Tahun Meninggalnya Soeharto, Makamnya Dipenuhi Pengunjung)

(Baca: Tentara Taliban Gunakan Balita Empat Tahun untuk Sembunyikan Bom dalam Rangka Menyerang Afganistan)

Jangan justru sebaliknya, diaspora Aceh menambah beban daerah, warga atau daerah tempat domisili.

"Warga Aceh seperti itu akan membawa kemudaratan bagi dirinya, keluarganya dan daerahnya sekaligus bagi warga lain. Nah, ini jangan sampai terjadi. Karena jika terjadi, itu namanya bukan menciptakan sejarah tetapi merusak sejarah dan kebaikan yang pernah ada," ingat Nazar.

Karena itu pula, menurut Nazar, Alquran telah memberikan konsep bagaimana seseorang atau kelompok dan kaum beriman ke luar dari daerah kelahiran, wajib membawa hasil yang bernilai, produktif dan memainkan peranan dengan strategi yang kooperatif satu sama lain.

Nazar mengutip beberapa ayat Alquran dari surat Al-Jumuah ayat 9-11 dan surat At-Taubah ayat 20.

Menurut Nazar, dalam ayat-ayat itu ada dua kata yang dapat dipadankan dengan makna diaspora walaupun tidak 100% sama, yaitu kata hajaru (berhijrah) dan intasyiru (menyebarkan diri) untuk tujuan mencari serta menyebarkan kebaikan dan kelebihan.

Pendorongnya juga beraneka ragam termasuk karena tertekan di daerah asalnya atau memang sengaja keluar dari daerah kelahiran untuk mencari kelebihan yang diberikan Allah.

"Nah, semua itu pernah dipraktikkan Rasullulah ketika bergerak dari Mekkah ke Madinah lalu kembali lagi ke Mekkah melakukan penaklukan. Karena itulah seorang rasul tidak pernah cengeng, tidak mengeluh dan tidak pernah menyerah dalam keadaan segenting apapun," ujar Nazar.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved