Kisah Hidup 'Anak-anak Perang' yang Tumbuh di Masa Nazi Jerman
Kisah mereka menempatkan kita, sebagai pembaca, langsung di sana. Dan di sebelah cerita-cerita itu, ada foto-foto orang tua
SERAMBINEWS.COM - Sebuah buku baru mengumpulkan ingatan para 'Kriegskinder' bersama dengan foto-foto mereka saat ini. Fotografer Frederike Helwig mengungkap bagaimana anak-anak yang tumbuh besar di era Nazi Jerman mengenang masa kecil mereka.
Ingatan mereka seperti ingatan lainnya akan masa kanak-kanak: terpecah-pecah, hidup, tapi tanpa penjelasan atau kesimpulan.
Kisah mereka menempatkan kita, sebagai pembaca, langsung di sana. Dan di sebelah cerita-cerita itu, ada foto-foto orang tua yang masa kecilnya tengah kita tengok sekilas.
Baca: Pengembangan Pariwisata Kepulauan Banyak Aceh Singkil Terkendala Regulasi
Mereka adalah Kriegskinder, atau 'anak-anak perang': mereka mendapat julukan itu karena tumbuh besar di masa Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua.
"Satu hari saya sedang berada di Wilhelmsaue, sebuah kolam kecil di Berlin," kata Brigitte, yang lahir di Dortmund pada 1937.
"Jasad perempuan yang sudah mati mengambang di permukaan air, tertelungkup. Roknya sudah membalon, angin meniupnya dan dia seperti berlayar mengambang di permukaan kolam."
Ada empat puluh empat foto yang mendampingi anekdot yang dikumpulkan dalam buku Kriegskinder.
Fotografer Frederike Helwig bertugas mengambil gambar para anak-anak perang itu, sementara Anna Waak mengumpulkan kisah mereka tentang ingatan masa kecil, sebagian ada yang untuk pertama kalinya menceritakan masa itu; dan dilihat dari mata anak kecil, cerita-cerita ini terasa datar tapi juga sekaligus mengejutkan.
Dari puntung rokok yang menyala; bunyi batu kecil yang dilempar ke dalam mulut mayat seorang pria; dan dua tanaman tomat di balkon rumah yang sudah hancur.
Detail-detail kecil seperti ini sering terlewat oleh para intelektual, namun justru memberikan cara lain untuk melihat suatu topik yang sudah dibahas luas oleh sejarawan.
"Akses saya terhadap subjek ini berada di sisi emosional, tidak melalui sejarah atau statistik - angka-angka, dan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya, yang sudah kita ketahui," kata Helwig pada BBC Culture.
"Masalah saya dengan hal itu adalah pelakunya selalu saja 'orang lain' - sedangkan kami berusaha menekankan bahwa ini terjadi di sebagian besar keluarga Jerman, dan bagaimana ini bisa terjadi?"
Salah satu subjek wawancaranya harus mengkonfrontir beban sejarah yang lebih berat dibanding yang lain.
Niklas Frank, yang lahir pada 1939, adalah anak dari Hans Frank, Gubernur Jenderal Nazi di Polandia, dan dia sudah melakukan perjalanan melintasi Eropa dengan pengacara hak asasi manusia Philippe Sands dalam film dokumenter yang banyak dipuji, My Nazi Legacy: What Our Fathers Did.